Graeae adalah tiga saudara perempuan nasib yang berbagi satu mata dan satu gigi dalam mitologi Yunani. Mereka terlahir sebagai wanita tua dan nama mereka adalah Deino (ketakutan), Enyo (horor), dan Pemphredo (alarm).

Angka tiga memiliki makna simbolis yang besar dalam banyak mitos. Graeae memiliki kesamaan tertentu dengan tiga Norn, yang dikenal sebagai 'Pembentuk Takdir' dalam mitologi Nordik. Norn adalah dewi yang mengatur nasib orang, menentukan nasib serta rentang hidup individu.

Orang mungkin juga membandingkan Graeae dengan tiga pemintal Takdir, Moirai yang juga disebut Takdir dalam mitologi Yunani. Tiga Moirai menentukan rentang hidup setiap manusia dari lahir sampai mati. Mereka begitu kuat sehingga tidak ada dewa yang memiliki hak atau sarana untuk mengubah keputusan mereka. Meskipun tidak ada manusia yang bisa menyalahkan takdir.

Subjek nasib juga tercermin dalam agama Baltik di mana Laima (dewi nasib Baltik) yang bersama dengan Dievs, langit, dan Saule, matahari, Laima menentukan panjang dan keberuntungan hidup manusia.

Kisah mitos Graeae telah berubah seiring berjalannya waktu. Dalam konsepsi aslinya, mereka hanyalah personifikasi dari usia tua yang baik dan terhormat, yang memiliki semua atribut kebajikan tanpa kelemahan alaminya.

Mereka sudah tua dan beruban sejak lahir. Namun, di kemudian hari, mereka dianggap sebagai perempuan yang tidak berbentuk, jompo, dan sangat jelek, hanya memiliki satu mata, satu gigi, dan satu wig abu-abu di antara mereka, yang mereka pinjamkan satu sama lain ketika salah satu dari mereka ingin muncul di hadapan dunia. 

Dalam legenda lain mereka digambarkan sebagai setengah angsa atau perempuan tua yang jelek. Usia mereka begitu tua sehingga masa kanak-kanak manusia bagi mereka sulit dibayangkan.

Terlahir sebagai putri Dewa Laut, dewa laut Phorcys dan Ceto, dan saudara perempuan Gorgon, Graeae adalah makhluk yang kuat dan mereka muncul dalam mitos Perseus, pahlawan yang membunuh Medusa.

Monster, Gorgon, umumnya digambarkan sebagai seorang wanita manusia bersayap dengan wajah mengerikan dan ular berbisa hidup di tempat rambut. Menurut legenda kuno, Perseus dikirim oleh raja untuk mendapatkan kepala Medusa. Perseus pergi ke tiga Graeae, yang berbagi satu mata di antara mereka, dan dengan mencurinya dia membuat mereka memberitahunya di mana nimfa dari utara tinggal. Mereka memberinya sandal bersayap, tas ajaib yang bisa memuat apa saja, dan topi Hades yang membuatnya tidak terlihat setiap kali dia memakainya. Hermes memberinya pedang yang tidak bisa dipatahkan, dan Athena perisai.

Dengan semua peralatan ini, Perseus berhasil membunuh Medusa dengan melihatnya melalui pantulan perisai dan melarikan diri dari saudara perempuannya dengan mengenakan topi. Sandal bersayapnya membawanya pulang. Kemudian dia menawarkan kepala Medusa kepada Athena. Graeae juga disebut Gray Sisters, Graiai, dan Graiae.


Meskipun kata 'mandala' hanya berarti "lingkaran" atau "objek diskoid" dalam bahasa Sansekerta, maknanya jauh lebih kompleks. Secara tradisional, mandala mewakili kerumitan alam semesta dan berfungsi sebagai panduan untuk praktik reflektif seperti meditasi.

Mandala telah hadir dalam Tantra Hinduisme, Tantra Buddha, dan Jainisme selama ratusan tahun.

Biasanya dibuat dan dilukis dalam beberapa versi pada kayu, dinding, kertas, batu, dan kain. Mandala diabadikan dalam arsitektur sakral dan juga menunjukkan sifat tidak kekalnya dalam bahan seperti mentega dan pasir.

Namun, ada fitur utama yang ditemukan di sebagian besar desain mandala tradisional yaitu geometri. Awalnya, mandala terdiri dari lingkaran konsentris di dalam bujur sangkar, bujur sangkar di dalam lingkaran, bintang bercabang enam, atau segitiga silang terbalik.

Cara tradisional untuk membuat mandala adalah mulai dari tengah dan meluas ke luar pada desain. Bentuk paling dasar dari mandala memiliki empat "gerbang berbentuk T", mencakup warna kuning, merah, hijau, dan biru.

Seringkali, kita membayangkan gambar yang rumit ketika kita memikirkan kata mandala. Kalacakra Buddhis Tantra atau Roda Waktu merupakan contoh mandala visual yang paling terkenal. Mandala dipercaya mewakili sifat murni dari segala sesuatu. Jika bermeditasi pada mandala, diyakini mampu mengubah persepsi dan pengalaman yang tidak murni dan mendapatkan akses ke realitas terdalam.

Contoh mandala yang terkenal lainnya ditemukan pada salah satu lukisan skala besar paling awal dari Nepal (1100 M0. Mandala yang menggambarkan Chakrasamvara yang murka dan pendampingnya Vajrawarahi. Enam dewi mengelilingi pasangan, masing-masing ditampilkan pada kelopak bunga teratai bergaya yang membentuk wajra (senjata).

Lukisan pasir Buddha Tibet menjadi bentuk paling populer kedua dari kreasi mandala. Dibutuhkan latihan selama bertahun-tahun untuk membuat mandala ini. Mandala pasir dibuat dengan menempatkan bubuk berwarna di atas cetak biru geometris kapur putih. Seringkali empat biksu mengerjakan satu mandala pasir – di masing-masing dari empat kuadran tradisional.

Mereka tidak mengerjakan desain pada saat yang sama, setiap bhikkhu bergiliran setelah yang lain menyelesaikan tugasnya. Mandala pasir dianggap sebagai alat pencerahan pribadi, juga cara untuk membawa kedamaian, kebijaksanaan, dan pembebasan bagi semua makhluk.

Yang paling menarik dari mandala pasir adalah karya dihancurkan secara ritual setelah kerja keras dalam pembuatannya. Dibutuhkan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk membuat mandala pasir. Tindakan ini dimaksudkan untuk melambangkan gagasan Buddhis tentang ketidakkekalan.

Mandala telah dimasukkan dalam desain arsitektur juga. Misalnya, Candi Borobudur di Jawa dibangun sebagai mandala-yantra interaktif. Seseorang seharusnya berjalan dalam struktur ini dalam pola tertentu sambil mencari pencerahan.

Candi Borobudur terdiri dari sembilan platform bertumpuk, enam bujur sangkar dan tiga lingkaran, dan diatapi oleh kubah pusat. Terdapat 2.672 panel relief dan 504 patung Buddha yang menghiasi bangunan untuk memberikan inspirasi dan refleksi.

Gambar suci yang sangat mirip mandala telah dicatat dalam beberapa budaya dan konteks di seluruh dunia. Misalnya, penyembuh Navajo membuat desain seperti mandala di pasir. Seperti ritual biksu Buddha Tibet, gambar-gambar ini diyakini memiliki khasiat penyembuhan.

Namun, penyembuh Navajo sering berfokus pada membantu satu orang. Penyembuh memilih desain khusus sesuai dengan situasi dan meminta pasien menempatkan dirinya di tengah desain. Dewa penolong dipanggil dan keseimbangan serta kesehatan dipercaya dapat dipulihkan. 'Mandala' ini terkadang dibandingkan dengan roda pengobatan Amerika Utara.

Seorang psikolog, Carl Gustav Jung membuka mata Barat terhadap konsep mandala yang berasal dari Timur.

Jung melihat mandala sebagai sarana untuk mendapatkan akses yang lebih baik ke dalam diri. Membayangkan mandala dalam mimpi atau muncul secara tidak terduga dalam karya seni menunjukkan bahwa individu tersebut memperoleh kesadaran diri. Bentuk lingkaran suci diyakini sebagai cara seseorang menyatukan aspek-aspek yang berlawanan dari kepribadiannya.

Saat ini, mandala biasa ditemukan dalam konteks terapi seni. Hal ini karena bentuk seni diyakini dapat memberikan wawasan tentang perubahan dalam kehidupan seseorang dan meningkatkan relaksasi.

Menggambar melingkar dipandang menenangkan dan menggambar, melukis, atau mewarnai mandala membantu orang mengekspresikan kreativitas mereka juga.

Psikolog dapat menganalisis urutan gambar mandala yang dibuat selama beberapa minggu atau bulan. Tujuannya untuk mendapatkan wawasan tentang perubahan fitur pengalaman, kepribadian, dan emosi seseorang. Ini karena gambar mandala akan berubah seiring berjalannya waktu. Menggambar mandala juga digunakan sebagai alat meditasi juga.

Kompleksitas dalam penciptaan dan maknanya memberikan representasi suci tentang alam semesta. Meski banyak digunakan sebagai terapi seni, mandala masih dianggap sakral dalam banyak budaya.




 

Periode Renaisans Awal merupakan periode yang menarik di mana sains dan agama Bersatu. Ini terlepas dari kepercayaan kuat umat Katolik dan penolakan mereka terhadap sains.

Sejarawan kontemporer menganggap ‘Divina Commedia’ Dante sebagai salah karya seni paling terkenal. Karya ini mencoba mendefinisikan neraka berdasarkan kepercayaan Kristen dan tulisan-tulisan kuno.

Karya seni termasuk novel pendek dan puisi Dante Alighieri dibuat antara tahun 1307 dan 1320. Di sini, ia menggambarkan neraka dengan kompleksitas yang eksplisit. Seakan ia benar-benar pergi mengunjungi neraka sendiri. Setelah karyanya selesai di tahun 1320, para sarjana yang berbeda bekerja keras untuk memetakan fitur fisik neraka berdasarkan karya tersebut.

Namun meski sudah menggunakan teori geometri kompleks, mereka tidak dapat membayangkan “dunia fantasi” yang diciptakan Dante.

Periode Renaisans mendorong para sarjana untuk menggunakan pendekatan filosofis terhadap dunia sains. Selain itu, mereka juga menggunakan analisis literatur keagamaan dan seni yang menyajikan peristiwa-peristiwa alkitabiah.

Di tahun 1588, gereja Katolik meminta Galileo Galilei menggunakan pengetahuan matematikanya untuk mengukur dimensi neraka berdasarkan lukisan Dante.

Meski baru berusia 24 tahun, Galileo merupakan seorang yang luar biasa di bidang fisika. Bahkan dianggap oleh beberapa sejarawan sebagai orang paling cerdas di abad ke-16.

Deskripsi neraka Dante menjelaskan bahwa neraka dibentuk oleh 9 lingkaran. Setiap lingkaran semakin kecil saat semakin dekat dengan inti bumi. Semakin dalam lingkaran, semakin ganas neraka itu. Lingkaran terakhir diperuntukkan bagi manusia paling hina di muka bumi seperti tentara Romawi yang membunuh Yesus.

Bentuk neraka digambarkan oleh literatur Kristen dalam bentuk kerucut yang terbentuk dari pertempuran antara Tuhan dan Lucifer. Ketika Tuhan memukul Lucifer, dia jatuh di dekat kota Cuma di Italia. Kemudian membentuk pintu masuk neraka dan dampaknya menciptakan bentuk kerucut seperti yang dilukiskan Dante.

Galileo pun mempelajari seni Dante secara mendalam dan mulai memperdebatkan imajinasi sang Penyair dengan menggunakan sains. Galileo bukanlah sarjana pertama yang mencoba mengukur dimensi neraka. Tetapi ia adalah orang pertama yang memahami bahwa dimensi neraka memiliki perhitungan fisikanya sendiri. Dante menjelaskan bahwa neraka adalah kerucut yang terbentang dari inti bumi hingga ke luar.

Untuk pengukuran ini, Galileo menggunakan Yerusalem sebagai pusat bumi dan menghitung jaraknya dengan Cuma (Italia) yaitu 2.700 km. Berdasarkan hal ini, Galileo telah menyimpulkan bahwa kerucut neraka akan memiliki diameter 5.550 km.

Segera setelah itu, Galileo menyadari bahwa ada kesalahan besar dengan perhitungannya. Berdasarkan hukum fisika, silinder besar yang menurun ke pusat bumi, dalam kehidupan nyata, akan runtuh karena beratnya.

Galileo bahkan melakukan perhitungan dan upaya lain untuk mengukur diameter neraka. Namun ia menemukan bahwa mereka semua melakukan kesalahan yang sama. Dia menyebutkan bahwa para cendekiawan terhebat saat itu, termasuk dirinya sendiri, tidak mengerti bagaimana struktur dunia nyata bekerja.

Kesalahan inilah yang mendorong Galileo membuat beberapa terobosan luar biasa ke dalam dunia fisika. Ia bahkan menciptakan beberapa hukum fisika yang masih berlaku hingga saat ini.

Bertahun-tahun kemudian Galileo menerbitkan sebuah buku pada tahun 1638 berjudul "Dua Ilmu Baru". Pada buku tersebut, ia menetapkan dasar mekanika dalam sains dengan menggunakan kesalahan seperti itu sebagai contoh. Dengan demikian, era fisika Aristoteles berakhir dan melahirkan ilmu pengetahuan modern.

Jika apa yang diukur oleh Galileo dan dilukis oleh Dante benar, ternyata neraka tidak sebesar yang dikira oleh orang-orang. Namun, usaha untuk mengukur serta kesalahan ini justru melahirkan ilmu pengetahuan modern.


Peneliti tengah mengembangkan material baru yang bisa diprogram mengikuti bentuk baik itu dalam dua dimensi maupun tiga dimensi.

Material baru ini terinspirasi dari kemampuan sefalopoda yang memiliki kemampuan mengubah bentuk serta warna dalam waktu cepat. Contoh sefalopoda antara lain gurita dan sotong, ahli kamuflase terbaik di dunia binatang.

Segfalopoda dapat mengubah warna tubuhnya dalam hitungan detik. Hal ini dimungkinkan berkat kromatofora di kulit, serta iridophores dan leucophores yang memantulkan cahaya.

Dengan itulah makhluk hidup bisa mengubah warna dalam hitungan detik, yang berguna untuk menghindari pemangsa yang mengancam sekaligus bersembunyi dari predator.

Trik mereka yang lain adalah dengan cara mengubah bentuk kulit mereka. Kulit sefalopoda memiliki bagian yang sangat berotot yang disebut dengan papilla. Dengan bantuan bagian inilah tektur kulit sefalopoda dapat berubah.

Sotong Eropa, misalnya, setidaknya memiliki sembilan set papilla, yang masing-masing dapat berubah dari kulit dua dimensi yang rata menjadi sekitar selusin bentuk yang berbeda. Semuanya dikontrol secara individual.

Dengan memanfaatkan papilla, gurita dan sotong bisa "menyatu" dengan batuan dan karang, bahkan meniru makhluk laut lainnya.

Terinspirasi oleh papila, tim peneliti kemudian mencoba mengembangkan material baru yang diproyeksikan memiliki kemampuan seperti kulit sefalopoda.

"Banyak hewan memiliki papilla, tetapi mereka tidak bisa memperpanjang dan menariknya seketika seperti gurita dan cumi-cumi," kata Roger Hanlon, ahli biologi sefalopoda dari Institut Oseanografi Woods Hole seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (12/10/2017).

Material yang tengah dikembangkan oleh tim peneliti terdiri dari jaring serat yang disematkan pada karet silikon. Jaring ini dilapisi sedemikian rupa sehingga bagian-bagiannya kaku selama proses transformasi. Ini memungkinkan beberapa bagian memanjang saat diaktifkan atau digelembungkan dengan udara.

"Peneliti telah mengembangkan banyak cara canggih untuk mengatur bentuk yang lembut dan mudah diatur, namun kami ingin melakukannya dengan cara sederhana yang cepat, kuat dan mudah dikendalikan," kata James Pikul, Kepala Peneliti Universitas Pennysylvania.

"Kami tertarik dengan bagaimana sefalopoda mampu mengubah tektur kulit mereka. Jadi kamu belajar dan mendapat inspirasi dari otot-otot yang memungkinkan sefalopoda mengendalikan tektur mereka kemudian menerapkan gagasan ini ke sebuah metode untuk mengendalikan bentuk bahan yang lembut dan mudah direnggangkan," ujarnya.

Dari penelitian itu, peneliti menciptakan dua bentuk dari gagasan mereka. Bentuk pertama dapat menyerupai bentuk kerikil abu-abu. Yang lain membentuk tanaman sekulen Graptoveria amethorum. Karya mereka telah dipublikasikan pada jurnal Science volume 358.

Namun, tak memutup kemungkinan material tersebut digunakan untuk militer. Mengingat risetnya didanai oleh Kantor Penelitian Angkatan Darat AS dan Kantor Penelitian Ilmiah Angkatan Udara AS.

Material ini dapat digunakan membantu mempelajari hewan di alam liar tanpa mengganggu lingkungan sekitarnya. Bisa juga dimanfaatkan dalam bidang kemiliteran.


 


Untuk makhluk yang panjangnya kurang dari satu setengah inci, ikan zebra (Danio rerio) terlihat besar dalam penelitian biomedis.

Ikan zebra adalah penelitian yang bagus untuk sesama vertebrata, juga manusia. Karena keduanya memiliki banyak kesamaan: otak, jantung, hati, ginjal. Sekuens genom telah menunjukkan bahwa 84% gen yang menyebabkan penyakit pada manusia, juga ditemukan pada ikan zebra.

Semenjak ahli sel biologi University of Queensland, Ben Hogan mulai mempelajari ikan zebra pada tahun 2001, penggunaan ikan zebra di laboratorium telah melonjak, katanya. Keuntungan menggunakan ikan tersebut terlihat jelas. Karena embrio bentuknya transparan dan berkembang di luar tubuh sang induk, para ilmuwan dapat memanipulasi gen untuk memodelkan penyakit manusia dan mengamati perubahan penyakit pada hewan hidup secara langsung–sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di laboratorium hewan lain, semisal tikus.

Meskipun ikan zebra dewasa memiliki garis-garis di tubuhnya, ikan muda yang cukup tembus pandang sehingga para ilmuwan dapat mempelajari sistem vaskular dan sistem lainnya dengan memperkenalkan fluoresensi, atau terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap sinar atau radiasi elektromagnet lainnya.

Pada otak ikan zebra, Hogan telah menemukan "sel penyapu" tak terduga yang dapat membersihkan sampah. Jika sel-sel semacam itu ada pada manusia dan bisa dikendalikan, sel-sel tersebut mungkin berguna untuk melawan demensia dan stroke, katanya.

Menjalankan eksperimen berulang-ulang membutuhkan banyak subjek tes, dan harus dilakukan pada ikan zebra. Di alam liar, terbitnya matahari memicu kawin; Di laboratorium Hogan, dipacu saat lampu dinyalakan, dan saat pembatas tangki yang memisahkan antara jantan dan betina, diangkat. Tarian kawin oleh jantan membuat betina terangsang dan bertelur–sebanyak 300 butir telur. Lalu jantan membuahinya dengan melepaskan spermanya di dalam air. Pembiakan mingguan tersebut mereka lakukan untuk memastikan persediaan embrio.

Sejauh ini penelitian ikan zebra telah menghasilkan wawasan tentang kanker, diabetes, penyakit otot, dan banyak lagi. Elizabeth Burke, seorang peneliti di National Institutes of Health, memprediksi bahwa "perenang kecil bergaris ini memiliki potensi besar untuk memajukan penelitian medis di masa depan."

Fakta lain iklan zebra: Embrio ikan zebra menyerap obat-obatan yang ditambahkan ke dalam air. Mereka telah berhasil melakukannya dengan sukses dan menemukan obat baru yang mungkin digunakan pada beberapa obat kanker yang diuji coba pada ikan zebra, dan kini telah memasuki uji klinis.


Lebih dari 100 juta tahun, tiga pejantan capung jarum ini menunggu para betinanya.

Baru-baru ini tiga pejantan tadi ditemukan terawetkan di dalam resin dari era Cretaceous. Mereka kini menghadirkan pemahaman baru mengenai cara capung jarum kawin dengan pasangannya. Para peneliti mengatakan, bagian serupa kelopak di kaki serangga tersebut memberi petunjuk tentang 
ritual pacaran yang mirip namun lebih rumit daripada yang dipraktikkan oleh spesies capung modern.

Proses kawin yang terjadi pada capung jarum (Zygoptera) dan kerabatnya, yaitu kelompok capung Anisoptera,telah dijelaskan sebagai kombinasi rumit dari kerjasama dan konflik. Dalam beberapa spesies, para pejantan mengejar dan meringkus si betina sebelum pasangan tersebut bergulat dalam posisi kawin yang khusus.

Serangga purba itu, yang dinamaiYijenplatycnemis huangi, lebih besar dibandingkan capung jarum yang ada saat ini dan memiliki ciri khas dari struktur kakinya yang menonjol dan dihiasi dengan tanda serupa mata. Bintik besar berbentuk mata yang nampak di kaki Y. huangi diketahui berguna sebagai mekanisme pertahanan diri, dengan menakut-nakuti predator atau menangkis serangan terhadap sayap-sayap mereka.

Namun menurut Zheng Daran dan Wang Bo dari Nanjing Institute of Geology and Paleontology, Chinese Academy of Sciences, hiasan tadi digunakan untuk menarik perhatian betina. Capung jarum memiliki penglihatan yang baik, dan bintik yang menonjol tadi dapat mempermudah menarik perhatian si betina, meningkatkan kemungkinan untuk kawin.

Saat ini, beberapa pejantan capung jarum menggoyangkan kaki mereka sebagai ritual kawin, walaupun penampilan mereka jauh lebih tidak mencolok.

Melissa Sanchez Herrera, seorang penerima beasiswa dari National Geographic dan pakar capung, mengatakan bahwa struktur kaki serangga era Cretaceous yang lebih besar itu telah pudar seiring waktu karena ternyata hiasan tadi menarik perhatian predator.

Selain itu, kaki yang besar dapat memperlambat kecepatan dan efisiensi terbang si pejantan.

Apapun alasan perubahan tersebut terjadi, Sanchez Herrera yakin bahwa serangga yang ditemukan terperangkap tadi merupakan sebuah temuan hebat, karena telah memberikan para peneliti kesempatan untuk memahami evolusi dari struktur tubuh yang berbeda di antara capung jarum kuno dengan yang hidup saat ini.

“Penemuan ini merupakan keberuntungan, hanya keberuntungan,” pungkas Herrera.

Hujan meteor tahunan yang satu ini sudah mulai beratraksi di langit malam sejak tanggal 16 April dan berakhir tanggal 25 April, beberapa hari setelah malam puncaknya. Tanggal 22-23 April akan jadi malam puncak bagi atraksi lintasan-lintasan bintang jatuh yang tampak datang dari rasi Lyra, konstelasi berbentuk alat musik petik.

Hujan meteor Lyrid terjadi ketika Bumi melintasi sisa puing komet C/1861 G1 Thatcher. Saat pertama kali diamati dari Bumi sekitar 2600 tahun lalu, hujan meteor Lyrid pernah mencapai puncak dengan laju 100 meteor per jam. Akan tetapi,  laju hujan meteor Lyrid semakin semakin menurun dan kini yang bisa dilihat hanya berkisar 10-20 meteor per jam saat hujan Meteor Lyrid berlangsung.

Debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 yang jadi sumber dari hujan meteor Lyrid, ditemukan oleh  A. E. Thatcher. Berdasarkan perhitungannya, Thatcher menyimpulkan kalau komet tersebut merupakan komet periode panjang dengan periode 415 tahun dan baru akan kembali ke Bumi di akhir abad ke-23. Komet Thatcher memiliki kemiringan orbit hampir 80 derajat terhadap Tata Surya dan ukurannya tidak lebih besar dari butiran pasir. Butiran debu inilah yang memasuki atmosfer Bumi dan melintas cepat dengan kecepatan 49 km/det.

Meskipun malam puncak diperkirakan tanggal 22 – 23 April, hujan meteor Lyrid bisa berlangsung cukup intens dengan laju rata-rata 18 – 23 meteor per jam selama 3 hari.

Bagi pengamat di Bumi,  waktu terbaik untuk menikmati Hujan Meteor Lyrid adalah tengah malam sampai jelang fajar.  Meskipun demikian rasi Lyra yang menjadi arah datang hujan meteor Lyrid akan terbit pukul 22:00 WIB. Di Indonesia, rasi Lyra bisa dilihat di area timur laut.

Hujan meteor Lyrid dapat dinikmati pengamat di Indonesia. Keuntungan lain, Bulan sabit tipis yang terbit tengah malam tidak akan mengganggu pengamat dengan cahayanya. Bulan sedang menuju fase Bulan Baru pada tanggal 26 April. Hujan meteor Lyrid memiliki kemungkinan untuk menghasilkan fireballs atau meteor yang sangat terang seperti Bulan Purnama.

Untuk bisa menemukan hujan meteor Lyrid, arahkan pandangan ke langit, tepatnya ke arah timur laut dan carilah segitiga musim panas (Vega, Deneb & Altair). Deneb adalah bintang paling cerlang pada rasi Cygnus, Altair pada rasi Aquila dan pusatkan perhatian Vega, bintang paling terang pada rasi Lyra. Dari arah rasi Lyra inilah akan tampak berkas sinar berseliweran dengan cepat. Itulah hujan meteor Lyrid.

Sambil menunggu hujan meteor Lyrid para pengamat juga bisa menikmati kehadiran hujan meteor Pi Puppid yang akan mencapai puncaknya pada tanggal 23 April. Saat Matahari terbenam, rasi Puppis yang jadi arah datang hujan meteor Puppid sudah berada di zenit. Karena itu, pengamat sudah bisa menikmati atrasi hujan meteor Pi Puppid sejak Matahari terbenam sampai rasi ini terbenam jelang tengah malam.

Untuk menemukan Hujan Meteor Pi Puppid, arahkan pandangan ke rasi Puppis yang berada tak jauh dari rasi Canis Mayor. Dari rasi Puppis yang berbentuk dek kapal inilah, akan tampak hujan meteor Pi Puppid yang berasal dari sisa debu yang terlontar Komet 26P Grigg-Skjellerup.

Selain Hujan meteor Pi Puppid, kehadiran planet-planet seperti Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus tentu menjadi warna tersendiri. Planet merah Mars akan menemani pengamat di ufuk barat saat Matahari terbenam. Di ufuk timur, planet terbesar di tata Surya, Jupiter juga terbit dan akan menemani pengamat sampai jelang fajar saat planet ini terbenam. Saturnus akan terbit hampir beriringan dengan munculnya rasi Lyra di langit malam. Jelang dini hari, Bulan sabit tipis terbit disusul Venus si bintang kejora.

Clear Sky!



 


Meski banyak sejarawan yang menilai Kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua bagian antara barat dan timur, tampaknya pandangan itu tidak sama dengan masyarakat Romawi pada masanya. Keduanya, justru saling menopang Romawi yang kekuasaannya begitu luas.

Namun, tengoklah pada abad kelima Masehi. Digadangkan periode ini adalah akhir dari Romawi di barat yang beribu kota Roma. Kisahnya disebutkan sebagai kejatuhan Romawi sebelum kendali kekuatan tunggalnya tersisa di Konstantinopel.

Pada babak kisah jatuhnya Kekaisaran Romawi di Barat bermula dari wafatnya kaisar Anthemius di tahun 472 M. Dalam sistem pemerintahan Romawi yang kini terbagi dua bagian, penunjukkan kaisar dilakukan atas penunjukkan dari kaisar timur. Sebelumnya, Anthemius ditunjuk pada 467 M oleh kaisar timur Leo I.

Sementara, seorang jenderal hebat di Dalmatia (kini Albania, Kroasia, Bosnia, dan Herzegovina), Marcellinus mangkat dan digantikan oleh keponakannya Julius Nepos di tahun 468 M. Nepos punya hubungan kerabat dengan Leo I dengan menikahi keponakan perempuannya.

Untuk mengisi jabatan kaisar yang kosong, Olybrius penguasa yang sebenarnya didukung oleh jenderal Romawi keturunan Jermanik Flavius Ricimer, tetapi kekuasaannya hanya empat bulan di tahun 472 M karena meninggal.

Kemudian Olybrius digantikan oleh Glycerius. Keduanya tidak diakui oleh Leo sebagai kaisar di barat. Leo justru memilih Julius Nepos untuk duduk di takhta tertinggi Roma, dan memberikan dukungan untuk merampas kekuasaan.

Glycerius langsung menyerah setelah Nepos di tahun 474 M mendapat dukungan rakyat ketika kembali dari Konstantinopel. Hal itu disebabkan pendukung utamanya, Gundobad menyerah tanpa perlawanan.
Walau demikian, Glycerius diangkat menjadi uskup di Salonae untuk menghiburnya atas kehilangan takhta. Kabar itu tercatat dalam naskah pendek tentang kekuasaan Romawi di abad ke-5, Anonymus Valesianus: 

"Oleh karena itu, atas perintah kaisar Zeno, bangsawan Nepos, yang tiba dari Konstantinopel di pelabuhan kota Roma, menggulingkan Glycerius dari jabatan kaisar dan mengangkatnya menjadi uskup, dan Nepos diangkat menjadi kaisar di Roma."

Berkat keberhasilan Nepos, Dalmatia menjadi bagian kekuasaan Romawi Barat. Akan tetapi masalahnya, Romawi harus kehilangan kendali atas Galia (Prancis), sebab Euric raja Visigoth mendeklarasikan kemerdekaannya dari Romawi yang mengikuti Geiseric dan Vandal yang telah merdeka terlebih dulu.


Dalam konflik Galia, Nepos tidak mengirim pasukan apa pun. Visigoth akhirnya diakui berdaulat di sebagian besar Galia dan sebagian besar Spanyol di tahun 475 M.

Sejarawan Ralph W. Mathisen dari University of South Carolina di Roman Emperors menilai, tahun 475 M adalah penanda "kekaisaran Romawi barat berada di atas kakinya sendiri untuk terakhir kalinya. Kepemilikan geografisnya telah menyusut ke Italia dan beberapa negeri di selatan Galia."

Di tahun itu pula Nepos menggantikan Gaul Ecdicius seorang pimpinan militer dengan Orestes. Kondisi Romawi barat yang tidak baik, membuat Orestes justru mengangkat putranya, Romulus Augustulus sebagai kaisar.
"Ketika dia mengetahui hal ini, Nepos melarikan diri ke Dalmatia," tulis narasi di Anonymus Valesianus. Pada saat itu, Nepos kabur dari Roma dan Orestes memburunya dengan kekuatan militer. Nepos hanya bisa pasrah dan melarikan diri ke kampung halamannya di Dalmatia.

Singkatnya, Romawi memang masih dipimpin oleh Nepos walau berada di dalam pengasingan berdasarkan pengakuan timur. Awalnya, Orestes yang ingin menjadi kaisar, tetapi karena ditangguhkan selama dua bulan untuk keputusan dari timur, ia lebih menunjuk putranya yang masih muda itu selama Nepos melarikan diri.

"Masalah paling serius yang dihadapi pemerintah baru adalah bagaimana mengelola beragam pasukan barbar yang diduga berada di bawah komandonya," terang Mathisen.

"Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membayar mereka. Solidi emas Romulus dikeluarkan di Roma, Milan, dan mungkin Ravenna. Dan satu masalah yang dihadapi para pengerajin adalah memasukan seluruh nama 'Romulus Augustus' dalam koin." Namun belum pernah ada koin Romawi yang mencetak nama itu.


Masalah militer meningkat setahun setelahnya ketika para prajurit mengajukan tuntutan untuk hibah tanah yang ditolak Orestes. Akibatnya, para prajurit mengalihkan dukungannya untuk Odovacar, kepala suku Jermanik yang mengabulkan permintaan mereka. Akibatnya, perlawanan terjadi pada 23 Agustus untuk melawan Orestes dan terbunuh.

Ravenna diduki Odovacar dan membuat Romulus Augustulus yang masih muda itu diturunkan dari takhta, tetapi tidak dibunuh karena rasa iba dan usianya. Anonymus Valesianus melaporkan, Romulus diasingkan di kastil Lucullan di Campania (bagian selatan Italia).

Kabar ini sampai terdengar ke kaisar Zeno di Romawi timur. Namun, kondisi di barat tidak bisa terkendalikan dan Nepos yang masih hidup tidak pernah bisa kembali duduk di takhta Roma setelah Odovacar menguasai Italia. Keagungan Romawi barat seketika jatuh, dan Eropa memasuki babak peradaban baru: abad pertengahan yang gelap.


 


Bangsa Celtic Kuno merayakan penaklukkan mereka dengan cara yang ekstrem: yakni dengan menggantung kepala korbannya yang telah putus di leher kuda. Mengarak ‘piala-piala’ berdarah itu sepanjang jalan.

Teks Yunani dan Romawi Kuno menyatakan bahwa bangsa Celtic di wilayah Gaul—sekarang dikenal sebagai Prancis dan sekitarnya—memotong kepala musuhnya setelah pertempuran, kemudian membawanya ke rumah sebagai ‘trofi’.

Patung-patung dengan gambar praktik tersebut—yang ditemukan di permukiman Entremont di selatan Prancis—juga semakin menguatkan kisah keji ini.

Menurut Réjane Roure, arkeolog dari Valéry University of Montpellier, bangsa Celtic kerap membalsem dan mengawetkan penggalan kepala korban. Alasan mereka memajangnya di rumah adalah sebagai simbol kemenangan, status, dan kekuasaan. Juga untuk menakuti musuh-musuhnya.

Saat ini, para arkeolog telah menemukan bukti mengerikan yang mendukung teori tersebut: sebuah kepala putus yang telah diawetkan dari dua ribu tahun lalu. Hal ini mereka sampaikan pada Journal of Archaeological Science.

Para peneliti menganalisis potongan tengkorak yang ditemukan di situs bangsa Celtic, Le Cailar, di Prancis. Wilayah yang terhubung ke Sungai Rhône tersebut dulunya merupakan pelabuhan bagi para pedagang Mediterania.

Dari 2003 hingga 2013, para ilmuwan di situs Le Cailar menggali sekitar 50 tengkorak yang hancur menjadi 2.500 bagian. Rangka kepala manusia itu ditemukan di samping senjata dan gerbang permukiman.

Menurut peneliti, penempatan kepala dan senjata di sana membuktikan bahwa mereka dipajang di ruang besar nan terbuka—kemungkinan sengaja dipamerkan.

Para ilmuwan, secara kimiawi, menganalisis 11 fragmen tengkorak untuk melihat apakah mereka memiliki jejak pembalseman. Enam fragmen mengandung tanda-tanda resin konifer, bersama dengan molekul yang hanya ada ketika getah pohon pinus dipanaskan sampai suhu tinggi.

Peneliti mengatakan, ini pertama kalinya analisis kimia berhasil membuktikan bahwa bangsa Celtic mengawetkan kepala manusia pada Zaman Besi.