Astronom Denison Olmsted dibangunkan oleh tetangganya pada 13 November 1833. Mereka menyaksikan keanehan langit malam yang dipenuhi bintang jatuh, 72.000 atau lebih setiap jamnya.

Itu adalah hujan meteor yang kita sebut sebagai Leonids. Akan tetapi, pada saat itu tidak ada yang tahu apa sebab munculnya atau dari mana meteor itu berasal. 

Karena jumlah bintang jatuh yang memenuhi langit mencapai 20 per detiknya, Olmsted melihat dengan jelas pola yang luput dari pengamatan para astronom lain.

"Olmsted menyadari untuk pertama kalinya bahwa mereka datang dari satu titik, yang pertama dia sebut pancaran," kata Mark Littman dari University of Tennessee di Knoxville kepada National Geographic. 

Para astronom saat ini masih menggunakan pancaran untuk menamai hujan meteor: Leonid diambil dari asal-usulnya yakni di konstelasi Leo, Singa.

Tetapi Olmsted tidak berhenti dengan penemuan itu. Saat fajar menyinari langit dan meteor hilang dari pandangan, Olmsted bergegas masuk dan memberikan laporan singkat tentang badai meteor untuk surat kabar New Haven Daily Herald.

"Karena penyebab 'bintang jatuh' tidak dapat dipahami oleh ahlu meteorologi, diharapkan untuk mengumpulkan semua fakta terkait dengan fenomena ini, yang dinyatakan dengan ketepatan," tulis Olmsted kepada pembaca. 


Tanggapan berdatangan dari banyak negara bagian, bersama dengan pengamatan para ilmuwan yang dikirim ke American Journal of Science and Arts.

"Ini adalah momen penting dalam jurnalisme sains Amerika, benar-benar dalam jurnalisme sains di seluruh dunia," kata Litmman. "Sampai saat itu, surat kabar sebagian besar adalah kain politik, penuh dengan opini, tapi di sini mereka melakukan pekerjaan yang sangat baik dengan tanpa perasaan melaporkan meteor, menenangkan bahwa itu bukanlah 'the end of the days'."

Tanggapan tersebut mendorong Olmsted untuk membuat serangkaian terobosan ilmiah. Temuannya telah mengakhiri cengkeraman filsuf Yunani, Aristoteles selama 2.200 tahun tentang penjelasan meteor. Sang filsuf itu melihatnya sebagai gelembung gas melayang tinggi ke langit dan menyala.

Ilmu bintang jatuh berhutang banyak pada peristiwa ini karena adanya laporan sains dari masyarakat.

Dari pengmatan laporan yang diterima Olmsted menunjukkan bahwa hujan meteor terlihat secara nasional dan jatuh daru luar angkasa di bawah pengaruh gravitasi. Ini juga mencatat bahwa hujan telah muncul sebelumnya dalam siklus tahunan, sesuatu yang tidak diketahui para ilmuwan, tetapi tidak bagi petai Eropa, selama berabad-abad.

Olmsted menyadari bahwa meteor pasti menabrak atmosfer bumi dari luar angkasa. Dia memperkirakan kecepatannya sekitar 4 mil per detik, yang menurutnya sangat cepat. Karena dia tidak menyadari bahwa gesekkan, alih-alih pembakaran konvensional, yang menembakkan bintang jatuh. Olmsted menghitung ukurannya sangat besar hingga satu mil lebarnya, bukan partikel debu komet seukuran jarum.


Olmsted mencoba memperkirakan ketinggian meteor itu. Caranya, dia melakukan triangulasi ketinggian bola api dengan pengamat ilmiah lain di New York, yakni pada ketinggian 30 hingga 50 mil. 

Dia juga menduga bahwa hujan meteor itu berasal dari sebuah benda dengan orbit yang sangat memanjang mengelilingi matahari. Namun demikian, baru pada 1867 para astronom membuat hubungan antara meteor dan debu di sepanjang ekor komet, yang menghubungkan jejak komet Tempel-Tuttle ke Perseids.

Setiap 30 tahun atau lebih, terutama pada 1966, Leonids telah menghasilkan hujan yang sangat kuat sebagai pengingat peristiwa 1833. Meskipun demikian, intensitasnya telah menurun karena awan ekor komet yang menghasilkan meteor telah menipis dari waktu ke waktu.

Jejak empat bangunan yang berasal dari abad keempat belas hingga ketujuh belas ditemukan selama berlangsungnya proyek perbaikan jalan di Skotlandia selatan. Bangunan-bangunan rumah tersebut merupakan bagian dari permukiman sebuah desa yang diubah menjadi taman pada abad kedelapan belas oleh Duke of Hamilton.

The Scotsman memberitakan, bekas empat bangunan itu ditemukan di dekat area Netherton Cross dekat Bothwell, North Lanarkshire, Skotlandia. Tembikar, pecahan panci dan mangkuk masak, pipa tembakau dari tanah liat, potongan mainan, dan bukti pengerjaan logam yang didapatkan dari situs tersebut menjadikan temuan ini sebagai penemuan yang "luar biasa".

Di tingkat fondasi salah satu bangunannya, tim peneliti menemukan lingkaran poros, batu asahan, dua koin abad ketujuh belas, dan belati besi. Belati yang dibuat di Zaman Besi itu diyakini disimpan sebagai bagian dari ritual untuk melindungi struktur bangunan dan penghuninya dari bahaya, menurut Dr. Natasha Ferguson, arkeolog dari Guard Archaeology, seperti dilansir Archaeology magazie.

Natasha Ferguson yang menulis laporan penemuan tersebut mengatakan, “Kualitas khusus atau jimat dari belati ini sebagai objek pelindung mungkin telah meningkatkan tindakan ritual untuk melindungi rumah tangga dari bahaya duniawi dan magis."

"Penempatan benda-benda ini di bawah lantai dasar salah satu rumah mungkin dimaksudkan untuk menegaskan ruang ini sebagai tempat aman bagi mereka dan generasi yang akan datang," beber Ferguson, seperti diberitakan The Scotsman.


Praktik meninggalkan benda-benda khusus di bangunan abad pertengahan dan pasca abad pertengahan telah banyak terdokumentasikan dengan baik. Terkait praktik tersebut, diyakini bahwa ritual semacam itu akan melindungi bangunan dan penghuninya. Laporan tersebut menemukan bahwa objek-objek yang "sengaja dipilih" itu memang telah sengaja ditempatkan di properti tersebut.

Dipercaya bahwa lingkaran spindel, percahan mainan, dan batu asahan mungkin mewakili hubungan personal dengan seorang individu, aktivitas, atau tempat yang akan membuatnya istimewa bagi penghuninya.

Laporan itu menambahkan, "Potensi keunikan belati sebagai benda prasejarah ini mungkin memberikan kualitas keanehan. Penggunaan kembali benda-benda prasejarah sebagai pengendapan dalam pengaturan abad pertengahan telah dicatat dalam penggalian gereja-gereja abad pertengahan di Inggris, dan panah batu secara tradisional diidentifikasi sebagai 'elf-bolts' dan lama dikenal karena sifat magis jahat mereka."

Dr. Gemma Cruickshanks, dari Museum Nasional Skotlandia mengatakan tampaknya belati itu tertutup sarung pada saat dikuburkan.

“Itu mungkin utuh dan masih bisa digunakan pada saat itu. Bentuk belati ini tidak bisa dibedakan dari contoh-contoh Zaman Besi, menandakan bentuk belati yang sederhana ini memiliki sejarah yang sangat panjang,” ujar Cruickshanks.

Bukti peleburan besi, pemurnian, dan kemungkinan praktik pandai besi juga ditemukan, bersama dengan bekas kegiatan pemilihan paku di situs tersebut.

Permukiman tempat berdirinya empat bangunan itu berada dekat dengan Netherton Cross abad ke-10, patung salib simbol kekristenan di Hamilton. Di area ini sekarang berdiri Gereja Paroki Tua Hamilton (Hamilton Old Parish Church).

Area Netherton Cross itu berjarak sekitar 1 kilometer dari Jembatan Bothwell, tempat pertempuran tahun 1679 yang mengakhiri pemberontakan Covenanter di Skotlandia.

“Sangat mungkin masyarakat terkena dampak konflik, baik yang menderita kerusakan harta benda atau sebagai saksi jalur pasukan Covenanter,” kata laporan itu.

Wilayah pinggiran atau desar Netherton lenyap pada abad ke-18 karena adanya perbaikan pada perkebunan oleh Duke of Hamilton, dengan taman yang tertata rapi dan simetris dibangun sebagai gantinya. Jalan raya kemudian juga dibangun di sekitar wilayah tersebut. Pembangunan jalan raya ini menggusur bangunan-bangunan lama desa dengan empat bangunan batu tua yang ditemukan itu sebagai jejak terakhir permukiman tersebut.


Sebelum kejatuhannya di tangan Ottoman, Konstantinopel diriwayatkan akan jatuh ketika kaisarnya memiliki nama yang sama dengan nama pendiri kotanya. Kalangan Muslim pun pernah diriwayatkan akan takluknya kota tersebut di tangan mereka, sehingga memicu ambisi kesultanan Ottoman terhadap Bizantium.

Dari sekian banyak usaha Ottoman Turki menguasai kawasan Balkan sebelum menaklukan Bizantium, semua berkat saling perangnya orang-orang Kristen di Eropa, dan wabah hitam yang menyerang Balkan pada 1356.

Meskipun kondisi perencanaan jangka panjang untuk menaklukan Konstantinopel, menurut sejarawan perang Rupert Butler dan timnya, Ottoman Turki harus menunda rencana tersebut karena invasi tak terduga dari Mongol yang dipimpin Timur Lenk.

Mereka menulis dalam buku Perang yang Mengubah Sejarah, Buku Pertama: dari Pertempuran Megiddo (1457 SM) hingga Bleinheim (1704), ekspedisi tersebut baru berjalan oleh sultan Mehmed II, pasca kematian sultan Murad II pada Februari 1451.

"Dia mempunyai ambisi besar untuk merebut Konstantinopel dan menjadikannya ibu kota Kemaharajaan Ottoman sehingga akan mengangkangi dunia," terang Butler dan timnya.

Setahun setelah kematian ayahnya, Mehmed II merekrut Urbanus, ahli meriam Hongaria, berencana untuk menerobos dinding Konstantinopel. Saat sudah diproduksi pada 1453, meriam tersebut diperiksa di Adrianopel, ibukota Ottoman yang tak jauh dari Konstantionpel.

"Larasnya berukuran 8,1 meter panjangnya, memiliki kaliber 20,3 sentimeter, dan diawaki oleh 700 orang, tetapi dapat melontarkan sebuah bola meriam seberat 1 ton sejauh 1,6 km," tulis mereka.

Selain peralatan tempur yang keras, Mehmed II mengumpulkan pasukan besar di Adrianopel yang tercatat atas 80.000 prajurit, 20.000 tentara milisi, dan 20.000 sukarelawan ghazi (mujahidin fanatik).

April hingga Agustus 1452, Mehmet II juga membangun benteng yang disebut Boghaz Kesen (penggorok) dengan puing-puing di dekatnya. Menurut sejarawan kelautan Roger Crowley dalam Constantinople, The Last Great Siege, bahwa benteng tersebut akan mencekik bantuan ke Konstantinopel dan mengakibatkan kota tersebut terkepung.

"Kemampuan Mehmet untuk mengoordinasikan dan menyelesaikan proyek super dengan kecepatan sangat tinggi terus-menerus membuat bingung lawan-lawannya di bulan-bulan mendatang," terang Crowley.

Meskipun sempat ada armada Venesia yang berusaha mendobrak blokade, Maret 1453 justru membuat jalur pertahanan laut Konstantinopel benar-benar terputus. Sebuah armada Ottoman yang dipimpin Suleyman Balthoglu menjegal rute.

Venesia menyarankan agar kaisar Konstantin XI mencari bantuan dengan negara Kristen lain. Tetapi kaisar memilih berunding dengan Mehmet II, yang berujung penolakan. Maka sepanjang pertempuran tidak ada bantuan untuk Konstantinopel, kecuali dari kepausan dan segelintir dari Venesia.

Butler dan timnya menjelaskan, bahwa Konstantinopel memiliki benteng yang kuat, dan membuat Ottoman harus merencanakan penyerangan dengan matang. Tembok kota terdiri atas tiga garis tembok yang terpisah, tebal, dan sejajar yang dikelilingi parit selebar 18,2 meter yang dapat digenangi saat darurat.

9 April 1453, serangan dimulai dengan menuju dua benteng di bagian barat tembok darat. Namun armada laut Ottoman yang dipimpin Baltoghlu gagal menerobos penghalang selat yang melintang di Tanjung Emas, sehingga kmudian ia dipecat dan armada dipimpin langsung oleh sultan untuk melewatinya lewat daratan.

Meriam yang sudah dipesan kian lama akhirnya dipakai juga oleh Ottoman pada 12 April. Bombardir tersebut diperkuat dengan bom untuk menghancurkan tembok.

"Meriam raksasa Urbanus hanya bisa menembak tujuh kali sehari, begitu rumit dan menghabiskan waktu proses untuk memasukkan peluru dan menembaknya," papar Butler. "Tetapi tembakannya sangat memekakkan telinga dan menimbulkan kerusakan besar terhadap tembok maupun nyali musuh."


Moral Bizantium kembali meningkat selama satu bulan, karena pasukan Ottoman yang gugur ketika sudah menerobos tembok terlemah tanpa menewaskan prajurit Bizantium, dan para ksatria Skotlandia yang menggagalkan usaha Turki yang mencoba menerobos melalui bawah tanah kota.

Selanjutnya mereka justru mendapat kabar buruk dengan datangnya kapal pengintai Venesia pada 24 hingga 25 Mei 1453. Armada tersebut mengabarkan bahwa tak ada lagi bantuan dari Eropa.

Harapan Sultan Mehmed II sempat mulai sirna karena banyaknya prajurit yang gugur. Tercatat, bahwa pasukan yang tersisa 150.000 orang. Bahkan para menteri pun sempat menyarankan untuk mundur apabila rencana serangan besar-besaran 28 Mei gagal.

Butler menulis, keberuntungan datang kepada Ottoman saat serangan besar-besaran itu digencarkan dan meningkatkan kembali harapan sultan dengan ditemukannya gerbang kecil yang ditinggalkan terbuka.

"Para penyerbu tidak membuang-buang waktu untuk memasuki gerbang itu," terangnya. "Orang Bizantium berusaha membendungnya, tetapi gagal karena kalah jumlah."

Setelah berhasil menembus kota, tentara Ottoman langsung membuka gerbang-gerbang lainnya. membuat tentara bantuan dari Genoa kabur ke pelabuhan, dan orang Venesia memilih berkhianat. Sehingga hanya Bizantium bersama orang Catalan yang tetap bertahan hingga tewasnya kaisar Konstantin XI.

Kemenangan di Konstantinopel menjadi puncak kejayaan kesultanan tersebut untuk memotivasi ekspedisi berikutnya. Bahkan atas keberhasilannya, Mehmed II diberi gelar Al-Fatih (sang penakluk).

Jatuhnya Konstantinopel, menurut para sejarawan, menjadi pengantar bangsa Eropa ke masa Renaisans, meski saat itu Turki juga gencar-gencarnya melakukan penyerangan di benua biru.

"Selama tiga abad berikutnya, hingga pengepungan yang sama terkenalnya dan pertempuran di bawah tembok Wina pada 1683, orang Turki tetap menjadi ancaman besar bagi Eropa Kristen," paparnya.


Untuk pertama kalinya, pesawat luar angkasa Tianwen-1 milik Tiongkok berhasil mengabadikan foto Mars dalam misi penjelajahan mereka ke Planet Merah itu. Mereka telah berhasil mengirimkan foto planet Mars tersebut ke pusat pengendali China National Space Administration (CNSA), badan antariksa nasional mereka, di Beijing. CNSA menyatakan, pesawat luar angkasa Tianwen-1 sudah berada di dekat Mars dan sedang bersiap untuk mendarat di Planet Merah tersebut tahun ini.

Foto planet Mars yang berhasil diabadikan oleh Tianwen-1 adalah berupa foto hitam-putih. Foto itu telah dirilis pada akhir pekan lalu oleh CNSA. Foto itu menunjukkan fitur geologi di sana, termasuk penampakan kawah Schiaparelli dan Valles Marineris, hamparan ngarai yang luas di permukaan Planet Merah tersebut.

CNSA menyatakan bahwa foto tersebut diambil sekitar 2,2 juta kilometer (1,4 juta mil) dari Mars. Mereka juga menyatakan bahwa kini posisi pesawat luar angkasa Tianwen-1 sudah lebih dekat lagi, yakni berjarak 1,1 juta kilometer dari planet itu. CNSA juga menambahkan bahwa semua sistem pada pesawat luar angkasa Tianwen-1 dalam "kondisi baik.”

Pesawat robotik itu menyalakan salah satu mesinnya untuk "melakukan koreksi orbit" pada Jumat dan diperkirakan akan melambat sebelum "ditangkap oleh gravitasi Mars" sekitar 10 Februari nanti, kata CNSA sebagai dikutip oleh AFP dan ScienceAlert.

Tianwen-1 diluncurkan pada Juli 2020. Ia memang ditargetkan untuk bisa memasuki orbit Mars pada 10 Februari 2021 besok. Pesawat luar angkasa seberat lima ton itu membawa robot pengorbit, robot pendarat, dan robot penjelajah Mars yang akan mempelajari tanah di Planet Merah itu.

Nama Tianwen-1 sendiri memiliki arti “Pertanyaan ke Surga”. Misi Tianwen-1 ini disebut-sebut sebagai program luar angkasa paling ambisius dari Negeri Tirai Bambu.

Melalui misi Tianwen-1 ini, Tiongkok berharap mereka dapat mendaratkan robot penjelajah mereka di planet Mars pada Mei 2021 nanti. Mereka menargetkan robot penjelajah mereka bisa mendarat di Utopia Planitia, cekungan besar di Mars, setelah nanti terlepas dari robot pengorbit. Setelah mendarat, robot pendarat ini akan melepaskan robot penjelajah kecil bertenaga surya yang berfungsi untuk mengeksplor permukaan Mars setidaknya selama tiga bulan.

Jika pendaratan tersebut berhasil, Tiongkok akan menjadi negara kedua yang sukses menempatkan robot penjelajah mereka di permukaan Mars. Sebelumnya, Amerika Serikat sudah mendaratkan delapan robot penjelajah mereka di Planet Merah itu sejak 1976.

Selama beberapa dekade terakhir Tiongkok telah menggelontorkan miliaran dolar Amerika Serikat untuk misi-misi luar angkasa mereka. Sebelumnya, selama Perang Dingin, Tiongkok hanya bisa menyaksikan Amerika Serikat dan Uni Soviet (kini Rusia) membuat beberapa langkah lebih maju dalam program-program luar angkasa mereka masing-masing.

Kini dengan dipimpin oleh militer mereka, Tiongkok mulai serius meluncurkan misi-misi luar angkasa. Dua dasawarsa lalu, tepatnya pada tahun 2003, untuk pertama kalinya Tiongkok telah mengirim manusia ke luar angkasa. Jadi, Tianwen-1 bukanlah misi luar angkasa mereka yang pertama.

Selain itu, Tianwen-1 juga bukanlah upaya pertama Tiongkok untuk mencapai Mars. Misi mereka sebelumnya dengan Rusia pada 2011 berakhir sebelum waktunya karena peluncuran misi tersebut berakhir gagal.

Tak hanya misi ke Mars, Tiongkok juga pernah meluncurkan misi ke Bulan. Hingga saat ini setidaknya Tiongkok telah mengirim dua robot penjelajah mereka ke Bulan.

Dalam misi menggunakan robot penjelajah yang kedua pada 2019, Tiongkok berhasil mencatatkan diri sebagai negara pertama yang berhasil melakukan soft landing (pendaratan mulus) di sisi jauh Bulan.


 Pada Juni 1934, dua penambang emas di Pegunungan San Pedro di Wyoming, Amerika Serikat menemukan sebuah gua kecil yang terkubur jauh di dalam batu tebal. Di debu-debu yang mengendap, para pencari emas menemukan sesuatu yang mengejutkan, yakni sisa-sisa manusia kecil yang terawat dengan baik tapi telah lama terlupakan.

Asal-usul manusia kecil itu masih menjadi misteri. Suku-suku penduduk asli Amerika, kerap menceritakan kisah-kisah legendaris tentang "orang kecil" atau Nimeriga. 

Dalam beberapa cerita, orang kecil tersebut dikatakan memiliki kekuatan magis atau kekuatan penyembuhan. Namun, pada cerita lain, mereka adalah suku ganas yang menyerang penduduk asli Amerika dengan panah beracun. 

Penemuan mumi manusia kecil menarik banyak perhatian ke daerah itu serta menimbulkan pertanyaan dan kontroversi. Banyak yang meragukan akan kebenaran cerita para penambang emas--meyakini bahwa temuan itu dibuat-buat dan cerita tersebut adalah hoaks.

Para ilmuwan pun berbondong-bondong datang ke pegunungan San Pedro. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang kebenaran temuan orang mungil yang dijuluki Pedro, yang tingginya sekitar setengah inci ketika duduk dan empat belas inci ketika berdiri.


Bertahun-tahun setelah penemuan Pedro, para ilmuwan melakukan pengujian yang lebih invasif, memanfaatkan sinar-X untuk mencoba membuka misteri.

Beberapa antropolog awalnya menyimpulkan bahwa jenazah itu adalah jenazah bayi, kemungkinan besar lahir prematur, atau yang meninggal tak lama setelah lahir.

Arena perselisihan pendapat pun terjadi. Sebagian ilmuwan percaya itu ialah sisa-sisa orang dewasa, mungkin berusia 16-65 tahun.

Rontgen menemukan gigi yang tajam pada Pedro dan adanya makanan di perut yang tampak seperti daging mentah. Hasil rontgen juga menemukan bahwa Pedro mengalami kematian yang kejam--menunjukkan patah tulang di tulang belakang serta tulang tengkorak yang rusak.

Penemuan jasad mumi menimbulkan spekulasi signifikan bahwa jasad itu adalah tipuan. Kehadiran zat agar-agar di kepala Pedro membuat beberapa orang percaya bahwa jenazah itu sebenarnya adalah jenazah bayi, yang ditemukan dari fasilitas medis, atau bahwa para penambang telah membuat jenazah menggunakan bentuk taksidermi mentah.

Namun, yang lain berpendapat bahwa sisa-sisa itu adalah bukti ras mirip Leprechaun, seperti yang disebutkan dalam legenda masyarakat adat setempat, atau bukti keberadaan makhluk ekstra-terestrial. Sulit bagi banyak orang untuk memahami bahwa manusia sekecil itu bisa jadi sudah dewasa.

Sementara pengujian modern dapat memberikan lebih banyak jawaban tentang asal-usul Pedro, pengujian semacam itu tidak mungkin dilakukan karena lokasi jenazah tidak diketahui selama beberapa tahun.

Diungkapkan dalam Ancient Origins bahwa sisa-sisa itu dipajang selama pertunjukan-pertunjukan di tahun 1940-an, dan kemudian dibeli oleh seorang pria bernama Ivan Goodman.

Setelah kematian Goodman pada tahun 1950, jasadnya diserahkan kepada seorang pria bernama Leonard Waller (kadang-kadang dilaporkan sebagai Walder). Jenazahnya belum terlihat sejak saat itu.


 White Lotus Society dalam bahasa Tionghoa disebut sebagai Bai Lian Jiao adalah gerakan seribu tahun yang ada di zaman kekaisaran Tiongkok. 

Sebagai gerakan keagamaan, ajaran-ajaran White Lotus didasari pada tradisi Buddha, meskipun beberapa elemen Taoisme dan praktik-praktik Tiongkok pribumi lainya juga dimasukan kedalamnya. 

Lambat laun, White Lotus Society berkembang menjadi gerakan politik dan ikut serta dalam beberapa pemberontakan terkemuka dalam sejarah Tiongkok. 

White Lotus lahir pada era Dinasti Song antara abad ke-10 hingga ke-12. Mereka dicurigai oleh pemerintah karena gerakan ini tidak didirikan secara resmi. 

Sejak berdirinya Dinasti Yuan oleh Kubilai Khan pada akhir abad ke-13, White Lotus diakui dan disponsori oleh penguasa Mongol. Hal ini membantu penyebaran ajaran gerakan mereka ke khalayak yang lebih besar--mengubahnya menjadi cabang penting dari agama Buddha.


Seiring berjalanya waktu, ketika orang awam mulai mengembangkan gagasan mereka sendiri tentang agama ini, terjadi banyak perubahan. Salah satu yang paling menonjol dari perubahan ini adalah keyakinan bahwa Buddha akan turun dari Surga untuk membawa keselamatan bagi umat manusia.

Dengan demikian, White Lotus memiliki karakter millenarianis, yakni keyakinan suatu kelompok akan perubahan besar yang positif. Biasanya gerakan model ini muncul ketika terdapat pemerintah yang korup dan menyebabkan penderitaan di kalangan rakyatnya.

Oleh karena Dinasti Yuan yang korup, mereka mulai memberontak terhadap pemerintah. Akibatnya, White Lotus dilarang oleh pemerintah Yuan pada 1308 dan baru saja dilegalkan beberapa tahun kemudian.

Gerakan ini sekali lagi dilarang pada tahun 1322, karena telah terjadi peningkatan jumlah pemberontakan yang dipimpin oleh para pengikutnya terhadap pemerintah.

Dinasti Yuan pun akhirnya berakhir sebagai di Pemberontakan Turban Merah, yang berlangsung dari 1351 hingga 1368.

White Lotus memberikan dasar agama untuk pemberontakan, dan kelompok-kelompok pemberontak juga dipimpin oleh individu-individu dari White Lotus.

Seperti Han Shantong dan seorang jenderal bernama Zhu Yuanzhang, yag kemudian hari mendirikan Dinasti Ming.


 Zaman Devon eksis sekitar 350 juta tahun lalu. Saat itu, Bumi hanya dihuni oleh ikan yang mulai menghuni perairan dangkal. Dalam rantai evolusi biologi, ikan kala itu memiliki tangan atau kaki untuk menuju ke daratan--menjadi awal mula evolusi makhluk Bumi hingga saat ini.

Namun, masalah mendasar dalam evolusi biologi ini adalah pada proses transisi ikan hingga menjadi vertebrata berkaki empat (tetrapoda). Akibatnya ada banyak pertanyaan dan perdebatan seputar transisi evolusi tersebut.

Kini, fosil ikan purba yang ditemukan di Kanada oleh tim planteolog dari Flinder University dan Universite du Quebec a Rimouski, membantu menguak misteri evolusi sirip ikan menjadi tangan manusia.


Studi mengenai fosil yang disebut Elpistostege, dipublikasikan pada jurnal  Nature. Ia merupakan predator terbesar yang hidup di perairan dangkal seperti muara Quebec pada zaman Devon. Spesies ini memiliki taring tajam yang kuat sehingga bisa memakan beberapa ikan bersirip yang lebih besar.

“Ini adalah pertama kalinya kami menemukan jari-jari terkunci di dalam sirip dengan fin-rays. Rongga jari-jari dalam sirip itu seperti tulang jari yang ditemukan di tangan kebanyakan hewan,” kata John Long dari Flinders University. 

“Temuan ini mendorong kami untuk mengetahui asal jari-jari pada ikan dan vertebrata. Mengungkapkan bahwa pola tangan vertebrata, pertama kali berkembang jauh dalam evolusi, tepat sebelum ikan mulai meninggalkan perairan,” terangnya.


Spesimen fosil Elpistostege berukuran 1,57 meter ini, memiliki kerangka lengan pertama pada urutan evolusi ikan. Para peneliti mengungkapkan bahwa fosil tersebut memiliki struktur purba untuk
humerus (lengan), jari-jari dan ulna (lengan bawah), deretan karpus (pergelangan tangan) dan falang yang disusun dalam jari-jari.

“Asal usul jari-jari berkaitan dengan pengembangan kemampuan ikan untuk menopang beratnya di air dangkal atau untuk perjalanan singkat di darat. Meningkatnya jumlah tulang kecil di sirip memungkinkan lebih banyak bidang fleksibilitas untuk meringankan bebannya pada sirip,“ kata co-author penelitian ini, Richard Cloutier dari Universite du Quebec a Rimouski. 

Mengenai rantai evolusi dengan manusia, Cloutier menjelaskan, “Elpistostege belum tentu leluhur kita, tetapi yang terdekat kita, bisa sampai pada ‘fosil transisi’, transisi antra ikan dan tetrapoda.”


Para astronom telah memetakan kontur dari pusaran supermasif di Galaksi Host IRAS 13224-3809, yang ditemukan di rasi Centaurus sekitar 1 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Untuk mencapai hal ini, para peneliti mengandalkan pengamatan terpanjang yang pernah dilakukan dari lubang hitam yang bertambah oleh observatorium sinar-X Badan Antariksa Eropa (ESA) XMM-Newton.

Begini cara akresi bekerja: saat material di ruang angkasa ditarik ke arah lubang hitam, ia mencapai kecepatan tinggi sehingga materi yang berputar akan memanas, mencapai suhu dalam jutaan derajat dan bahkan lebih panas dari itu.

Pusaran super-panas ini menghasilkan radiasi, yang dapat dideteksi oleh teleskop ruang angkasa saat sinar-X bertumbukan dan memantulkan partikel gas di sekitar pusaran.

Kata para ilmuwan saat menyaksikan interaksi itu, sejalan dengan cara kita ketika mendengar suara-suara bergema di sebuah ruangan - dan di banyak cara yang sama seperti gema sonik memberitahu kita tentang bentuk dan struktur ruang 3D. demikian pula 'gema cahaya' dapat mengungkapkan bentuk lubang hitam supermasif yang tidak terlihat.

"Dengan cara yang sama, kita dapat menyaksikan bagaimana gema radiasi sinar-X merambat di sekitar lubang hitam untuk memetakan geometri suatu daerah dan keadaan gumpalan materi sebelum menghilang ke singularitas," jelas astrofisikawan William Alston dari University of Cambridge.

"Agak seperti lokasi gema kosmik."

Teknik ini, yang disebut pemetaan gema sinar-X, bukan hal baru, tetapi terus berkembang. Alston dan pembacaan gema cahaya timnya datang dari nilai lebih dari 23 hari menatap melintasi ruang ke jantung IRAS 13224-3809, ditangkap selama 16 orbit pesawat ruang angkasa dari 2011 hingga 2016.

Dengan melakukan itu, mereka melihat sesuatu yang tidak mereka harapkan untuk dilihat: Korona lubang hitam—daerah elektron super panas yang melayang di atas piringan akresi objek—menyala secara dramatis dari waktu ke waktu yang kecerahannya bervariasi dengan 50 faktor dalam waktu hanya beberapa jam.

"Ketika ukuran korona berubah, begitu juga gema cahaya - agak seperti jika langit-langit katedral bergerak naik dan turun, mengubah bagaimana gema suara Anda terdengar," kata Alston.

"Dengan melacak gema cahaya, kami dapat melacak perubahan korona ini, dan— yang bahkan lebih menarik—mendapatkan nilai yang jauh lebih baik untuk massa dan putaran lubang hitam daripada yang bisa kami tentukan jika korona tidak berubah dalam ukuran."

Para peneliti sekarang berharap menggunakan metode yang sama untuk menyelidiki dan memetakan fisika lubang hitam dari banyak galaksi lainnya. Ratusan lubang hitam supermasif sudah berada dalam jangkauan pandangan panjang XMM-Newton. Bahkan, akan lebih banyak lagi  terlihat ketika satelit Athena ESA diluncurkan (dijadwalkan untuk 2031).

"Pekerjaan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa masa depan mempelajari lubang hitam sangat bergantung pada melihat bagaimana mereka berbeda," kata astronom Matthew Middleton dari University of Southampton di Inggris. "Ini akan menjadi fokus dari sejumlah misi baru yang diluncurkan dalam sepuluh tahun mendatang, yang akan mengantarkan pada era baru pemahaman objek-objek eksotis ini."


 Para penambang yang sedang menggali batu permata menemukan hal langka. Bukannya mengungkap batu permata mengkilap dan warna-warni yang dikenal sebagai ammolit, mereka justru menemukan sisa-sisa fosil monster laut purba.

Terdapat kerangka hampir lengkap dari reptil laut yang dikenal sebagai mosasaurus. Ia kemungkinan berasal dari genus Tylosaurus yang hidup selama zaman dinosaurus sekitar 70 tahun lalu.

Pada masa itu, Alberta, Kanada (tempat di mana mosasaur ditemukan), terbaring di bawah laut, tertutup oleh Western Interior Seaway yang membentang dari Teluk Meksiko ke Laut Arktika.

“Kami memiliki segalanya mulai dari kepala sampai ujung ekor,” kata Donald Henderson, kurator dinosaurus di Royal Tyrrell Museum of Palaeontology di Drumheller, Alberta.

“Meski begitu, kami tidak memiliki siripnya. Mungkin itu hilang membusuk, atau pernah digigit,” imbuh Henderson.


Para penambang dari Enchanted Designs Limited, sedang mencari sepotong ammolite berwarna pelangi yang dapat digunakan untuk membuat perhiasan. Batu mulia ini terbuat dari cangkang amon yang sudah menjadi fosil–semacam moluska laut yang sudah punah.

Penambangan yang dilakukan di Formasi Bearpaw (Pegunungan Bears Paw di Montana, tepat di sebelah selatan Alberta) biasanya menemukan satu hingga dua reptil laut yang memfosil dalam setahun sehingga penemuan ini cukup terduga. Meski begitu, sangat sulit menemukan kerangka yang hampir lengkap seperti mosasaur.

Fosil-fosilnya tertanam di dalam batu lumpur yang cukup lunak. Secara keseluruhan, binatang itu memiliki panjang sekitar 20-23 kaki (6-7 meter).

Mosasaurus termasuk predator puncak. Namun, perlu diingat bahwa mereka adalah reptil, bukan dinosaurus.

Temuan fosil perut dan tanda gigitan menunjukkan bahwa mosasaurus memakan kura-kura, ikan amon, dan sejenisnya. Salah satu senjata rahasia mereka berada pada gigi di atap mulut yang melengkung ke belakang.

“Sekali mereka mencengkram dengan gigi depannya, itu akan membuat Anda sulit lolos. Satu-satunya cara bisa keluar adalah meluncur melalui tenggorokan,” papar Henderson.

Belum jelas kapan mosasaurus yang baru ditemukan ini akan dipamerkan. Namun, kita dapat melihat spesimen mosasaurus lainnya di Royal Tyrrell Museum's Dinosaur Hall atau pameran Grounds for Discovery.

 Bulan Februari sudah berakhir dan sekaligus menjadi penanda dimulainya bulan baru, Maret. Bagi Anda yang gemar mengamati langit, memasuki bulan baru berarti memasuki kegiatan baru dalam menyaksikan peristiwa langit lainnya.

Untuk itu kami rangkumkan peristiwa langit yang terjadi selama bulan Maret. Bisa dibilang pada bulan Maret ini tidak ada sesuatu yang besar dan menarik minat banyak orang.

Pada tanggal 7 Maret, Neptunus akan mengalami konjungsi, atau dalam posisi yang sejajar dengan Matahari.

Neptunus akan berada pada jarak terjauhnya dari Bumi, yakni 30,93 Astronomical Unit (AU), atau setara dengan 4.627.062.140,75,10 km. Neptunus juga akan berada pada sisi berlawanan dengan Bumi, dengan Matahari berada di antara keduanya.

Bila diamati dari Bumi, Neptunus akan terlihat sangat dekat dengan Matahari pada jarak 0°57’. Artinya, kita tidak dapat melakukan pengamatan dari Bumi. Kalaupun bisa, maka Neptunus akan sangat redup dengan diameter piringan 2,2’’.

Konjungsi Inferior Merkurius

Pada tanggal 15 Maret Merkurius akan sejajar di antara Matahari dan Bumi, dan terpisah 3°29′ dari Matahari.

Posisi ini juga menjadikan Merkurius berada pada lintasan terdekatnya dengan Bumi, yakni pada jarak 0,62 AU, atau setara dengan 92.750.679,83 km.

Senasib dengan Neptunus, Merkurius juga tidak dapat diamati dari Bumi. Waktu terbit dan terbenam yang hampir bersamaan dengan Matahari menjadi penyebabnya.

Peristiwa konjungsi inferior Merkurius juga menjadi tanda berakhirnya kenampakan planet ini saat senja dan bertransisi menjadi planet yang muncul saat fajar dalam beberapa minggu lagi.

Ekuinoks

Pada tanggal 21 Maret, Matahari berada di posisi ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa.

Hal ini berpengaruh pada durasi siang dan malam yang menjadi sama, yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan Bumi utara, tanggal itu menjadi vernal ekuinoks atau titik balik musim semi. Hal ini juga sekaligus menjadi penanda dimulainya musim semi.

Vernal Ekuinoks akan terjadi pada pukul 04.44 WIB

Sementara itu, bagi masyarakat belahan Bumi selatan, tanggal 21 Maret akan menjadi ekuinoks musim gugur, dan menjadi penanda dimulainya musim gugur

 

 Ukiran batu yang sudah tersembunyi selama 600 tahun berhasil ditemukan pada makam uskup abad pertengahan di Katedral Dunkeld, Skotlandia. Diduga milik Uskup Cardeny dari abad ke-15.

Penemuan ukiran batu yang menunjukkan gambar beberapa tokoh suci ini memberikan cahaya baru bagi sejarah situs. Memberi informasi bahwa makam di beberapa titik telah dipindah dari lokasi aslinya dan dibangun ke arah dinding

Colin Muir, ahli konservasi batu di Historic Environment Scotland (HES) yang memimpin penelitian, menyatakan: "Penemuan tersebut sangat langka. Ukiran tersembunyi di makam Uskup Cardeny dari abad ke-15 ini akan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah Katedral Dunkeld dan seni ukiran batu abad pertengahan."

"Penemuan tersebut juga memberikan alasan segar mengapa kita harus melakukan eksplorasi lebih lanjut. Terutama untuk mengetahui kapan tepatnya makam itu dipindahkan, beserta alasannya. Mungkin ada detail tersembunyi lainnya yang tersimpan di dalam dinding belakang makam," tambah Muir.

Penelitian yang lebih mendalam kini sedang dilakukan menggunakan teknologi fotogrametri 3D yang mutakhir.

Model 3D yang lebih detail, diciptakan dengan mengumpulkan beberapa gambar menggunakan kamera dan cermin. Cara itu memungkinkan para peneliti melihat ukiran dengan lebih dekat.

Dengan adanya konservasi lebih lanjut, Muir berharap, ia dan timnya dapat segera mengungkap rahasia dari ukiran tersebut.

Diketahui bahwa situs Katedral Dunkeld tersebut telah lama menjadi pusat kegiatan gereja yang penting. Buktinya, peninggalan St Columba dibawa ke sana dari Iona, oleh Raja Kenneth McAlpin pada 849.

Sementara itu, makamnya dibangun pada 1420 sebagai tempat peristirahatan terakhir Cardeny, uskup terlama di katedral tersebut. Cardeny mulai menjadi uskup pada 1399 dan dipilih langsung oleh Paus Benedict VIII.



Ini adalah studi lanjutan dari studi sebelumnya. Di mana sebelumnya mengungkap keberadaan spesies baru kanguru raksasa yang ditemukan di Nombe Rockshelter Papua Nugini. Menurut penelitian baru dunia hewan ini, spesies ini masih bisa bertahan lama setelah megafauna bertubuh besar di daratan Australia punah. Seekor kanguru raksasa yang pernah berkeliaran dengan empat kaki melalui hutan terpencil di Dataran Tinggi Papua Nugini (PNG) mungkin telah bertahan baru-baru ini 20.000 tahun yang lalu.

Ahli paleontologi Flinders University, bekerja sama dengan arkeolog dan geoscientist Australian National University, telah menggunakan teknik baru dalam studi mereka. Bertujuan untuk memeriksa kembali tulang megafauna dari situs fosil Nombe Rockshelter yang kaya di Provinsi Chimbu. Ini dalam upaya untuk lebih memahami sejarah alam PNG yang menarik.

Analisis baru menghasilkan revisi usia tulang dan menunjukkan bahwa beberapa spesies mamalia besar, termasuk harimau Tasmania yang punah dan marsupial mirip panda (disebut Hulitherium tomasettii) masih hidup di Dataran Tinggi PNG ketika manusia pertama kali tiba. Ini mungkin sekitar 60.000 tahun yang lalu.

Hebatnya dua spesies kanguru besar yang telah punah, termasuk satu yang berkaki empat daripada melompat dengan dua kaki, mungkin telah bertahan di wilayah tersebut selama 40.000 tahun lagi.

"Jika spesies megafauna ini benar-benar bertahan di Dataran Tinggi PNG lebih lama daripada spesies yang setara di Australia, maka itu mungkin karena orang jarang mengunjungi daerah Nombe, dan dalam jumlah yang rendah sampai setelah 20.000 tahun yang lalu," kata Profesor Ilmu Arkeologi ANU Tim Denham, salah satu penulis utama dalam studi baru.

Hasil studi tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Archaeology in Oceania pada 16 September dengan judul Re‐evaluating the evidence for late‐surviving megafauna at Nombe rockshelter in the New Guinea highlands.


"Tempat perlindungan batu Nombe adalah satu-satunya situs di Nugini yang diketahui telah ditempati oleh orang-orang selama puluhan ribu tahun dan melestarikan sisa-sisa spesies megafauna yang punah. Kebanyakan dari mereka unik di Nugini,” kata Denham, yang awalnya melakukan kerja lapangan di Dataran Tinggi PNG pada tahun 1990. “Nugini adalah bagian utara yang berhutan, pegunungan, dari benua Australia yang sebelumnya lebih luas yang disebut 'Sahul' tetapi pengetahuan kita tentang sejarah fauna dan manusianya buruk dibandingkan dengan daratan Australia."

Rekan penulis penelitian Profesor Gavin Prideaux, dari Laboratorium Paleontologi Universitas Flinders, mengatakan studi Nombe terbaru konsisten dengan bukti serupa dari Pulau Kanguru, yang sebelumnya diproduksi oleh ahli paleontologi Flinders. Ini juga menunjukkan kanguru megafauna mungkin telah bertahan hingga sekitar 20.000 tahun yang lalu di beberapa tempat dari daerah yang kurang dapat diakses di benua itu.

"Meskipun sering diasumsikan bahwa semua spesies megafauna di Australia dan Nugini punah dari pantai ke pantai pada 40.000 tahun yang lalu, generalisasi ini tidak didasarkan pada banyak bukti aktual," kata Profesor Prideaux. "Ini mungkin lebih berbahaya daripada membantu dalam menyelesaikan dengan tepat apa yang terjadi pada lusinan mamalia besar, burung, dan reptil yang hidup di benua itu ketika orang pertama kali tiba."

Tempat perlindungan batu Nombe, yang terletak di sekitar komunitas Nongefaro, Pila dan Nola di PNG, jarang dikunjungi oleh kelompok nomaden masyarakat Dataran Tinggi pada zaman prasejarah. Tempat perlindungan batu tersembunyi pertama kali digali oleh para arkeolog pada tahun 1960-an. Tetapi fase kerja lapangan yang paling intensif dilakukan pada tahun 1971 dan 1980 oleh arkeolog ANU Dr Mary-Jane Mountain, yang juga merupakan penulis makalah terbaru.

Penelitian awalnya menghasilkan deskripsi dan interpretasi terperinci pertama dari situs Nombe dan memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang sejarah manusia di Dataran Tinggi PNG.

"Mary-Jane awalnya berhipotesis bahwa megafauna di situs tersebut mungkin telah bertahan selama puluhan ribu tahun setelah kolonisasi manusia. Tetapi ini hanya dikonfirmasi dengan munculnya teknik baru dalam arkeologi, penanggalan, dan ilmu paleontologi," kata Profesor Denham.

Profesor Prideaux mengatakan aplikasi baru dari teknik analisis modern ini, atau penggalian baru di situs Nombe akan lebih lanjut mengonfirmasi garis waktu megafauna yang masih hidup dan durasi pendudukan oleh orang-orang di PNG.

Badan Antariksa Eropa (ESA) baru saja meluncurkan pesawat luar angkasa buatan Inggris BepiColombo ke planet terdekat matahari yaitu Merkurius pada Sabtu (20/10/2018). BepiColombo meluncur di atas roket paling kuat milik ESA, Ariane 5.

Misi peluncuran pesawat antariksa tersebut merupakan kerja sama antara ESA dan Badan Antariksa Jepang (JAXA). Misi perjalanan ini akan dilaksanakan selama tujuh tahun. Tujuannya  untuk mengungkapkan misteri seputar planet Merkurius.

Dengan mengikuti “lintasan keluar” BepiColombo akan berayun melintasi Bumi dalam kurva yang lebar sebelum akhirnya menuju planet Venus.

Pesawat antariksa tersebut akan sampai ke planet paling dalam di tata surya pada tahun 2025. Setelah sesampainya di sana, pesawat tersebut akan menempatkan dua robot probe atau pengali di sekitar Merkurius.

Dua robot yang ditempatkan masing-masing merupakan milik ESA dan JAXA.

"Peluncuran BepiColombo adalah tonggak besar bagi ESA dan JAXA, dan akan ada banyak kesuksesan besan di masa mendatang. Setelah menyelesaikan perjalanan yang menantang, misi ini akan membawa pulang banyak ilmu pengetahuan," ucap Jan Worner, Direktur Umum ESA.

Ilmuwan berharap misi yang bernilai sebesar Rp27,8 triliun ini akan menjawab banyak pertanyaan tentang planet Merkurius. Seperti mengapa planet tersebut memiliki inti besar yang terbuat dari besi dan apakah itu mampu menahan jejak air.

Hasil misi yang dilakukan oleh ESA dan JAXA ini dapat memberikan wawasan baru tentang asal usul dan evolusi tata surya.

Fitur utama BepiColombo dilengkapi dengan teknologi propulsi ion listrik yang canggih, yang dapat menembak dua kali pada satu waktu. Itu juga akan memancarkan sinar gas xenon bermuatan listrik. Tembakan bertindak sebagai rem dalam melawan gravitasi matahari yang sangat besar.

“Ini merupakan salah satu misi antarplanet yang paling kompleks yang pernah kami lakukan,” ucap Andrea Accomazzo, direktur penerbangan ESA untuk pesawat tersebut.

"Salah satu tantangan terbesar adalah gravitasi Matahari yang sangat besar, yang menyulitkan menempatkan pesawat ruang angkasa ke orbit yang stabil di sekitar Merkurius," tambahnya.

Accomazo mengatakan bahwa perlu pengereman secara terus menerus agar tidak tertarik gravitasi matahari tanpa kendali.

"Kami harus terus-menerus mengerem untuk memastikan jatuh terkontrol ke arah Matahari, dengan pendorong ion menyediakan daya dorong rendah yang dibutuhkan selama jangka waktu yang panjang dari fase pelayaran," ucap Accomazo.

Misi ke Merkurius ini bukan pertama kalinya dilakukan, setidaknya sudah ada dua pesawat antariksa yang telah mengunjungi planet terpanas di tata surya ini.

Pesawat antariksa pertama yang mengunjungi planet ini adalah Mariner 10 milik NASA yang terbang melintasi planet tersebut sebanyak tiga kali antara tahun 1974 dan 1975. Yang kedua, pesawat Messenger mengorbit di planet tersebut antara tahun 2011 hingga 2015.

BepiColombo ini dinamai setelah Giuseppe "Bepi" Colombo, seorang ilmuwan dan insinyur dari Italia yang memainkan peran utama dalam misi Mariner 10 pada tahun 1974.




 


 Para arkeolog Mesir menemukan patung Sphinx di kuil Kom Ombo, kawasan Aswan, Mesir, saat sedang melakukan operasi pengurangan air tanah dalam sebuah proyek. 

Mostafa al-Waziri, Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Kepurbakalaan Mesir, mengatakan bahwa patung tersebut kemungkinan berasal dari periode Ptolemaik. Sphinx ini ditemukan di sisi tenggara kuil Kom Ombo di antara dinding luar dan bukit arkeologi.

Selain menemukan Sphinx, arkeolog juga menemukan dua relief batu pasir bekas peninggalan Raja Ptolemy V.

Abdel Moneim Said, Kepala Departemen Kepurbakalaan Aswan, mengatakan bahwa penemuan ini dapat mengungkap lebih banyak informasi mengenai tempat bersejarah.

Menurut Said, dua penemuan sebelumnya yang berasal dari era Raja Ptolemy V terbuat dari batu pasir dengan tulisan Hieroglyphic dan Demotic. Temuan tersebut kemudian dipindahkan ke Museum Nasional peradaban Mesir di al-Fustat untuk pemulihan, dan akan dipamerkan di museum.

Sphinx seringkali digambarkan dengan kepala seorang pria yang mengenakan hiasan kepala firaun dan berbadan singa. Meskipun begitu, terkadang penggambaran dalam sosok wanita juga  ditemukan.

Sphinx berasal dari Mesir dan dibuat sebagai simbol dalam mitologi Mesir serta mitologi Yunani dan Asia.

Kuil Kom Ombo yang yang menjadi lokasi penemuan dianggap sebagai candi ganda karena memiliki pintu kembar dan terdapat lorong-lorong untuk menghormati dua dewa.

Dengan adanya penemuan artefak ini, Mesir berharap adanya peningkatan kunjungan wisatawan menuju Mesir, setelah revolusi pada tahun 2011.




 


 Danau raksasa ditemukan di Mars untuk pertama kalinya. Para astronom mengatakan, penemuan ini menambah harapan terkait ketersediaan air di planet tersebut, juga kemungkinan adanya kehidupan.

Menurut penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Science, danau yang terletak di bawah lapisan es Mars tersebut memiliki lebar 20 kilometer. Itu adalah sumber air terbesar yang pernah ditemukan di Planet Merah.

“Ada air di sana, tak diragukan lagi,” kata Enrico Flamini, manajer misi Mars Express dari badan antariksa Italia.

Meski begitu, danau tersebut tidak bisa diselami atau diminum. Ia terletak hampir 1,6 kilometer di bawah permukaan es di lingkungan yang keras dan dingin. Apakah bentuk kehidupan mikrob bisa berkembang di sana masih jadi perdebatan.

Beberapa ahli skeptis terhadap kemungkinan tersebut karena danau sangat dingin dan tandus, juga tercampur dengan garam dan mineral Mars yang terlalu berat.

Suhunya diperkirakan di bawah titik beku air murni. Meski begitu, danau tetap cair karena kandungan magnesium, kalsium, dan natrium.

Deteksi radar

Penemuan ini berhasil dilakukan dengan menggunakan instrumen radar pengorbit Mars Express milik European Space Agency (ESA) yang diluncurkan pada 2003.

Alat tersebut dikenal dengan nama Mars Advance Radar for Subsurface and Ionosphore Sounding (MARSIS), yang didesain untuk menemukan air di Mars dengan cara mengirim getaran radar yang menembus permukaan dan lapisan es.

Selanjutnya. MARSIS mengirim laporannya dengan gelombang radio dan memantulkannya kembali ke pesawat luar angkasa.

Pantulan itu menyediakan informasi bagi para ilmuwan tentang apa yang ada di bawah permukaan Mars.

Sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Roberto Orosei dari National Institute for Astrophysics, mengamati wilayah bernama Planum Australe, yang terletak di selatan ‘topi es’ Mars dari Mei 2012 hingga Desember 2015.

Sebanyak 29 set sampel radar menunjukkan adanya perubahan yang sangat tajam – memungkinkan para ilmuwan untuk memetakan skema danau.

“Profil radar di daerah ini mirip dengan danau cair yang ditemukan di bawah lapisan es Antartika dan Greenland di Bumi,” tulis peneliti.

Perlu dikonfirmasi lagi

“Ini pertama kalinya ada sumber air yang terdeteksi di Mars. Sangat menarik,” kata David Stillman, ilmuwan senior di Department of Space Studies, Southwest Research Institute.

Meski begitu, Stillman, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa pesawat luar angkasa atau instrumen lainnya perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi penemuan tersebut.

Ia mengingat kembali bagaimana instrumen radar SHARAD milik badan antariksa Italia yang diluncurkan pada 2005, tidak dapat mendeteksi air di bawah permukaan.

“Aneh rasanya jika SHARAD tidak bisa menemukan hal yang sama. Faktanya, SHARAD bahkan tak mampu menembus es Mars dan tidak ada yang tahu alasannya. Oleh sebab itu, saya masih agak skeptis terhadap penemuan ini,” papar Stillman.

Namun, di sisi lain, para peneliti juga semangat dengan potensi penemuan di masa depan. Jika cairan dapat ditemukan di kutub selatan Mars, kemungkinan itu juga ada di tempat lain di planet tersebut.

Chris Hadfield, astronaut Kanada, melalui akun Twitternya mengatakan bahwa penemuan ini berkaitan dengan pertanyaan mendasar tentang kehidupan.

“Di Bumi, ketika ada air, maka ada kehidupan. Mungkin begitu juga di sana dan kita tidak sendirian,” tuturnya.



Kerangka manusia yang tercerai berai dan dua yang hampir lengkap, ditemukan di lubang kuburan dangkal di Manassas, Virginia, AS.

Kota tersebut merupakan lokasi meninggalnya 15 ribu tentara Union saat Pertempuran Bull Run Kedua pada 1862. Tulang-tulang yang diduga milik para pejuang wilayah Utara itu, memberikan gambaran suram dari Perang Saudara yang terjadi di AS.

Setelah perang, petugas medis menghampiri para pria yang terluka parah. Beberapa di antaranya, telah terbaring di luar ruangan berhari-hari. Para dokter harus menentukan dengan cepat mana yang bisa diselamatkan dan yang tidak.

Baca juga: Ilmuwan Selidiki Asal Penyakit Sifilis Melalui Kerangka 300 Tahun

Kerangka tercerai-berai yang ditemukan di Manassas berasal dari hasil amputasi tentara yang memiliki peluang bertahan hidup.

Meski begitu, adanya luka pada salah satu kerangka menunjukkan bahwa dokter memutuskan untuk tidak mengoperasinya. Kerangka tersebut diduga milik prajurit yang mengalami luka tembak di bokongnya.

Tidak ditemukannya kancing celana panjang di sekitarnya, menunjukkan bahwa tentara itu masih sempat hidup setelah tertembak.


“Yang mungkin terjadi adalah: ia masih hidup saat peluru mengenai bokongnya. Dokter pun sempat membuka celana tentara tersebut untuk melihat luka tembakan. Namun, setelah itu, mereka memutuskan untuk mengabaikannya,” papar Doug Owsley, antropolog di National Museum of Natural History, setelah melihat tingkat keparahan cedera pada kerangka.

Para dokter berpikir luka tembak yang dialami tentara tersebut terlalu parah sehingga sulit melakukan amputasi.

Yang mengejutkan menurut Owsley adalah kerangka yang tercerai-berai itu dipotong sengan sangat rapi. Selama ini, pembedahan pada masa Perang Saudara memiliki reputasi yang buruk. Sebuah studi bahkan menyebutkan bahwa ahli bedah pada zaman Kekaisaran Inca, jauh lebih baik dari dokter-dokter di era Perang Saudara. Oleh sebab itu, penemuan kerangka dengan potongan yang baik ini, cukup mengejutkan peneliti.

“Beberapa amputasi kemungkinan diselesaikan kurang dari sepuluh menit. Itu dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman – bukan pekerjaan pemula,” kata Owsley.

Owsley dan rekannya berpikir bahwa ahli bedah tersebut mungkin Benjamin Howard, dokter yang juga merawat tentara terluka saat pertempuran Antietam.

Manassas National Battlefield Park akan menambahkan rincian dari penelitian baru ini ke dalam database mereka tentang Pertempuran Bull Run Kedua. Selain itu, dua kerangka telah dikirimkan ke Pemakaman Arlington untuk dikubur -- peneliti berhasil mengidentifikasi mereka sebagai tentara yang gugur.


Para arkeolog di Suriah menemukan sisa-sisa ‘gereja rahasia’ yang kira-kira berasal dari abad pertama Kekristenan. Itu tersembunyi di wilayah yang pernah menjadi kekuasaan ISIS selama dua tahun.

Namun, entah bagaimana caranya, gerbang kuno yang mengarah ke bawah tanah, tampaknya telah luput dari perhatian pasukan ISIS yang pernah menempatinya.

Di samping gundukan tanah yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, para peneliti menemukan terowongan luas yang menjadi rute pelarian, pintu tersembunyi, prasasti Yunani, dan altar dengan ukiran salib dan simbol kristiani lainnya.

‘Gereja rahasia’ yang ditemukan di kota Manbij ini diduga pernah berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan selama Kekaisaran Romawi.

Di dalamnya bahkan terdapat kuburan yang mungkin digunakan untuk pendeta gereja. Sisa-sisa manusia juga ditemukan di dalam makam batu besar.

Seandainya ISIS mengetahui tentang reruntuhan gereja yang pertama kali ditemukan peneliti pada 2014 ini, mereka pasti sudah menghancurkannya. Para arkeolog merahasiakannya selama bertahun-tahun sebelum menggalinya pada 2017, setahun setelah ISIS meninggalkan area tersebut.

Penduduk setempat juga membantu menemukan bagian kedua terowongan dengan menggunakan tangga batu menuju gua yang dipenuhi dengan kamar-kamar dan simbol Kristen.

“Tempat ini sangat spesial. Saya pikir, di sinilah para penjaga akan berdiri di gerbang untuk melihat pergerakan di luar. Selanjutnya mereka akan memperingatkan yang lainnya untuk keluar di pintu lain apabila perlu melarikan diri,” papar Abdulwahab Sheko, kepala Exploration Committee di Manbij.

Pada abad-abad awal Kekristerinan, umat Kristen menghadapi persekusi dari Kekaisaran Romawi. Pertama-tama oleh Kaisar Nero. Ada kesalahpahaman dengan ajaran mereka yang menimbulkan tuduhan inses, kanibalisme, dan kekejaman lainnya.

Menurut John Wineland, profesor sejarah dan arkeologi di Southeastern University, itu mungkin terkait dengan salah paham tentang  “persekutuan Kristen di mana Kristus berkata untuk mengambil dan memakan tubuh dan meminum darah-Nya”.

Akibatnya, umat Kristen dipaksa untuk beribadah secara rahasia sampai abad 313. Pada saat itu, agama Kristen tidak dianggap sebagai kejahatan lagi oleh Kaisar Konstatinus.

Meskipun lokasi pertama mungkin digunakan sebagai tempat perlindungan bagi orang Kristen yang ingin berdoa, namun penemuan simbol relijius di seluruh situs kedua menunjukkan bahwa itu muncul setelah agama Kristen diterima.

Saat ini, setelah ISIS keluar dari wilayah tersebut, para peneliti mengatakan, mereka berkomitmen untuk melindungi ‘gereja rahasia’ ini.
 

Apakah Alien Benar-Benar Ada?

Posted by BaronNight On 4:49 AM 0 comments


Alien hingga kini masih menjadi misteri. Pasalnya, meski diyakini oleh beberapa orang ada, tetapi makhluk luar angkasa ini belum pernah benar-benar ditemukan. Namun, bagaimana orang yang pernah pergi ke luar angkasa meyakini keberadaan alien?

Jeff Hoffman, seorang astronot badan antariksa AS (NASA) meyakini adanya kehidupan lain di alam semesta. Hoffman sendiri pernah melakukan lebih dari lima misi di antariksa dan menghabiskan 1.211 jam hidupnya di luar angkasa. "Saya percaya ada kehidupan di tempat lain di alam semesta," ungkap Hoffman dikutip dari Mashable, Sabtu (24/03/2018).

Seperti yang kita tahu, hanya 600 orang dari sekitar 108 miliar penduduk bumi yang telah menjelajah luar angkasa. Beberapa dari astronot tersebut kemudian duduk bersama dalam sebuah konferensi di Los Angeles dengan pembuat film Darren Aronofsky. Mereka berkumpul bersama untuk membuat video bertajuk One Strange Rock yang ditayangkan di National Geographic pada Senin (26/03/2018).

Dalam konferensi tersebut, mereka membahas kehidupan di bumi yang ajaib. Bayangkan saja, makhluk di bumi memiliki keunikannya sendiri. Contohnya, organisme bersel satu yang muncul dari bahan anorganik, yang berevolusi karena terlindung oleh medan magnet bumi dan ozon serta oksigen dan air yang mendukung.

"Anda melihat semua sistem ini... dan ini menakjubkan, semua hal harus bersatu untuk mewujudkan realitas besar ini," kata Aronofsky. Meski begitu, pertanyaan apakah alien benar-benar ada sangat sulit untuk dijawab. Apalagi alam semesta angat besar sehingga untuk menemukan alien mungkin susah.

"Kami pada dasarnya telah membuktikan bahwa setiap bintang memiliki planet," ujar Chris Hadfield, seorang astronot dari Kanada. "Lalu kamu mulai menghitung perkiraannya," imbuh pria yang telah menghabiskan 4.000 jam di luar angkasa itu.

Sayangnya, perhitungan tersebut juga sulit. Lagi-lagi masalahnya adalah betapa luasnya alam semesta. Jadi, perhitungannya pun disesuaikan dengan ukuran alam semesta.

Menurut astronot David Korneich, dalam batasan alam semesta yang teramati saja, mungkin ada septiliun bintang. Jika setiap bintang memiliki setidaknya satu planet, maka tampaknya tak terbayangkan bahwa tak ada kehidupan di tempat lain. "(Tetapi tetap saja) kami harus memikirkan berbagai hal untuk menemukan bukti," kata Mae Jamison, astronot wanita Afrika-Amerika di luar angkasa.

Meski percaya ada kehidupan lain di luar bumi, Hoffman juga terus mencari bukti. "Sebagai ilmuwan, saya mencari bukti," ujar profesor aeronautics dan astronautics di MIT teresebut. "Sampai sekarang, kita tidak punya bukti. Jadi saya tidak punya apapun untuk mendukung keyakinan saya. Tapi saya masih percaya," imbuhnya.

Hingga kini, kita tahu bahwa para ilmuwan dunia terus menerus menemukan bukti bahwa kehidupan bisa ada di tempat yang tak mungkin sekalipun. Salah satunya di Etiopia. Di negara tersebut, para peneliti menemukan bakteri yang hidup di danau asam. Bakteri tersebut bahkan hidupnya tergantung pada logam berat dan tidak membutuhkan oksigen.

Ini menjadi salah satu dugaan bahwa bisa jadi di suatu yang jauh dari bumi, ada kehidupan yang hadir. Mungkin saja ada sesuatu yang hidup di bawah es bulan Jupiter. "Kehidupan cenderung umum, tetapi rumit. Kehidupan cerdas sangat langka," ujar Hadfield.


Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ahli astrofisika berhasil menemukan planet di luar galaksi Bima Sakti. Sebelumnya, planet-planet yang terdeteksi hanya berada dalam Bima Sakti.

Dengan mengukur fenomena astronomi -- disebut microlensing -- para ilmuwan berhasil mengidentifikasi sekelompok planet menggunakan data dari Observatorium X-ray Chandra milik NASA.

Planet-planet yang baru ditemukan ini ukurannya bervariasi. Mulai dari seukuran bulan hingga Jupiter. Dan galaksi mereka berjarak 3,8 jutaan cahaya dari tempat kita sendiri.

“Kami sangat bersemangat. Ini pertama kalinya ada yang berhasil menemukan planet di luar galaksi kita,” kata Profesor Xinyu Dai, ahli astrofisika di University of Oklahoma

Penemuan ini dipublikasikan oleh Profesor Dai dan rekannya, dr. Eduardo Guerras dalam The Astrophysical Journal.

Analisis microlensing yang memanfaatkan tingkat kecerahan benda-benda luar angkasa seperti bintang dan quasar, merupakan satu-satunya metode yang mampu mengidentifikasi planet dengan jarak sejauh itu.

“Ini merupakan contoh bagaimana kuatnya analisis teknik microlensing. Galaksi tersebut memiliki 3,8 jutaan cahaya. Tidak ada kesempatan untuk mengobservasinya secara langsung, bahkan dengan teleskop terbaik sekalipun. Namun, ternyata sekarang kami bisa mempelajarinya, mengungkap kehadiran, serta memiliki gagasan tentang massa mereka. Ini merupakan sains yang amat keren,” papar dr. Guerras.

Microlensing

merupakan efek astronomi di mana cahaya yang berasal dari bintang jauh atau quasa dibelokkan oleh gravitasi benda perantara – seperti bintang lain atau lubang hitam – jika dilihat dari Bumi.

Apabila sumber cahaya diposisikan persis di belakang perantara, benda tersebut akan bertindak sebagai “lensa”. Lalu, ia membuat cakram cahaya saat sinar dari sumber melewati semua sisi.

Kecerahan cakram dipengaruhi oleh kehadiran planet di dekat bintang lensa. Inilah yang digunakan untuk menentukan keberadaan planet-planet tersebut yang seharusnya terlalu jauh untuk dikenali.

Efek ini telah diprediksi oleh teori relativitas Einstein. Oleh sebab itu, cakram cahaya ini juga dikenal dengan “cakram Einstein”.

Dalam penelitiannya, Profesor Dai dan dr. Guerras mengatakan bahwa mereka menggunakan teleskop untuk mempelajari sifat microlensing emisi latar belakang quasar yang digunakan untuk membuat pengukuran sebagai bukti planet-planet tersebut.

"Planet-planet kecil ini adalah kandidat terbaik dari kekhasan yang kami amati dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik microlensing. Kami menganalisis frekuensi tinggi kekhasan tersebut dengan memodelkan data untuk menentukan massa," kata Profesor Dai.