Para peneliti dari Institut Arkeologi Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia telah menemukan sebuah surat kuno di pusat kota Veliky Novgorod, barat laut Rusia. Menariknya, surat kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-12 hingga 15 ini ditulis di kulit pohon birch.

Kota kuno Novgorod merupakan penghubung utama antara Rusia dan Eropa Barat, menjadikannya salah satu kota bersejarah terpenting negara itu. Pada masa kejayaannya yakni di abad ke-14, Novgorod menjadi salah satu kota terbesar di Eropa dengan populasi mencapai 400.000 jiwa.

Dilansir dari Ancient Origins, tanah liat yang tergenang oleh air sejak abad ke-12 berhasil membuat surat kuno itu terpelihara dengan baik. Temuan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari surat-surat kuno pohon birch yang sebelumnya sudah didapat dari daerah tersebut.

Temuan ini digali dari kedalaman 8 meter, tepat di mana lapisan budaya Novgorod pada abad ke-12 berada. Diketahui bahwa temuan surat kulit kayu birch kali ini yang diberi nomor 1144 berisi tentang masalah keuangan yang berkaitan dengan pembayaran suatu layanan.

Selama proses penggalian, para peneliti juga menemukan berbagai macam artefak lain. Misalnya, sepatu kulit, piring kayu hingga wadah-wadah keramik. Mereka juga menemukan lambang timah dari abad ke-12 hingga lambang timah seorang ahli teologi St John dari abad ke-13 dan St Lazarus dari Bethany.

Voice of Russia sebelumnya pernah melaporkan di tahun 2014 para arkeolog menemukan enam teks yang ditulis pada kulit pohon birch dari kota yang sama. Temuan artefak-artefak itu menambah koleksi teks kulit pohon birch yang sudah ada lebih dari 1.000 jumlahnya. Karena banyaknya teks-teks serupa, hal tersebut telah mengubah banyak pandangan tradisional berkaitan dengan keadaan masyarakat saat itu.

Teks-teks kulit pohon birch yang ditulis oleh orang-orang baik laki-laki maupun perempuan, dari berbagai rentang usia dan beragam status sosial mengubah pemahaman tentang tingkat melek huruf zaman Rusia kuno. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang pada zaman itu jauh lebih berkembang daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Para arkeolog menjelaskan bahasa yang tertulis di kulit pohon birch adalah bahasa Slavia yang khas. Bahasa yang digunakan bebas dari pengaruh besar Gereja Slavonik yang biasa terlihat pengaruhnya dalam penulisan sastra pada zaman itu.

Diketahui bahwa surat kulit pohon birch pertama ditemukan pada 26 Juli 1951 oleh Nina Fedorovna Akulova dan setidaknya 1.025 temuan serupa ditemukan setelahnya. Sebanyak 923 surat ditemukan di Novgorod dan biasanya berasal dari periode antara akhir abad ke-11 dan awal abad ke-15. Ada pula surat yang dibuat oleh seorang anak bernama Onfim yang diperkirakan berusia 6 hingga 7 tahun.



Hampir semua artefak yang ditemukan ditulis dengan stylus dari perunggu dan besi, tidak pernah menggunakan tinta.  Surat-surat itu terawetkan karena tanah berawa yang mengisolasi artefak-artefak itu dari oksigen.

Penulis dan penerima teks-teks kulit pohon birch adalah pendeta, pejabat tinggi, pemilik rumah, pedagang, pelayan, pengrajin, prajurit, wanita, dan bahkan anak-anak. Sebagian besar surat berhubungan dengan penggunaan sehari-hari, korespondensi bisnis dan pribadi, seperti instruksi, keluhan, kontrak, berita, pengingat, dan latihan belajar.

Mereka menyentuh kehidupan keluarga dan manajemen rumah tangga, perdagangan dan keuangan, kejahatan dan proses hukum, perjalanan, ekspedisi militer, dan berbagai jenis materi lainnya yang semuanya mengungkapkan sejumlah besar detail kehidupan Rusia utara abad pertengahan.

Ada pula surat dari kulit pohon birch tertanggal antara tahun 280 dan 1300 yang ditulis oleh seorang pria bernama Mikita kepada Anna. Dilaporkan oleh The New York Times pada tahun 2014, pada surat tersebut berisi ajakan untuk menikah. Kala itu, para arkeolog mengatakan setelah diuraikan oleh ahli bahasa menghidupkan temuan mereka yang lain.

“Mereka membuka jalan bagi kita, jendela dalam kehidupan dan hubungan sehari-hari. Orang-orang Novgorod kuno berbicara kepada kita melalui gulungan-gulungan ini,” ujar Sergei Yazikov yang pernah memimpin penggalian di Jalan Bolshaya Moskovskaya.

Teks-teks yang baru ditemukan adalah diyakini bersifat bisnis tetapi saat ini masih dianalisis oleh ahli bahasa. Menurut Heritage Daily, penemuan teks kulit pohon birch telah secara signifikan mengubah pemahaman tentang tingkat budaya dan bahasa yang digunakan oleh Slavia Timur.


 



Seberapa dinginkah Bumi? Sebuah studi terbaru dari data satelit menyatakan bahwa suhu di lembah-lebah di lapisan es Antartika mencapai suhu -98° celsius (atau -148° fahrenheit).

Suhu ini lebih rendah dari sebelumnya yang hanya mencapai -93° celsius. Artinya, wilayah tersebut kini semakin dingin.

Para ilmuwan mendapat kesimpulan tersebut setelah membaca suhu satelit di daratan Antartika Timur, yang meliputi Kutub Selatan. Mereka lalu mengkalibrasi hasil pembacaan itu dengan data terbaru yang diambil dari stasiun cuaca.

“Saya belum pernah berada di wilayah sedingin itu, dan saya harap tidak akan pernah mengalaminya,” kata Ted Scambos, salah satu anggota peneliti dari University of Colorado-Boulder.

“Setiap napas yang dihirup di sana akan terasa menyakitkan. Anda harus berhati-hati agar udara yang masuk tidak membuat beku tenggorok atau paru-paru,” tambahnya.

Dalam studi ini, tim peneliti melihat data satelit NASA, Terra dan Aqua, serta Polar Operational Enviromental Satellites milik NOAA, dari tahun 2004 hingga 2016. Diketahui bahwa penurunan suhu biasanya terjadi pada malam hari selama musim dingin di belahan bumi selatan – tepatnya pada Juni, Juli, dan Agustus.

Penelitian terbaru ini juga menunjukkan sesuatu yang menarik tentang bagaimana rekor terendah di Antartika bisa terjadi: sama seperti ketika langit cerah dan angin tidak terlalu kencang, udara harus sangat kering untuk mendapatkan suhu di bawah nol. Setiap uap air di udara lalu akan memanaskannya.

Di wilayah tersebut, kami melihat periode udara yang sangat kering. Kondisi ini memungkinkan panas dari permukaan salju memancar ke angkasa dengan lebih mudah,” kata Scambos.

Udara yang sangat kering, selanjutnya masuk ke kantung-kantung es, dan membuatnya semakin dingin. Para ilmuwan mengatakan, suhu mungkin bisa lebih rendah dari sekarang.

“Proses radiasi yang mengontrol rekor permukaan rendah, temperatur udara, dan perubahan komposisi di atmosfer, menyiratkan bahwa di masa depan, kita mungkin mengalami suhu rendah ekstrem lainnya,” tulis peneliti dalam jurnal yang dipublikasikan pada Geophysical Research Letters.








 


‘Lingkaran batu’ kuno di Skotlandia telah terkonstruksi segaris dengan pergerakan matahari dan bulan lebih dari 5.000 tahun lalu, berdasarkan sebuah penelitian terbaru.

Peneliti menggunakan teknologi 2D dan 3D untuk menguji pola lingkaran dari Callanish dan Stenness. Batu-batu ini diketahui berasal dari tahun 3000 SM, 500 tahun sebelum monumen Stonehenge dibangun di Inggris. Tim juga menemukan monumen yang lebih sederhana di Skotlandia, yang diketahui ada sejak tahun 1.000 SM.

“Tidak ada yang pernah secara statistik membuktikan bahwa lingkaran batu dibangun dengan pemikiran mengenai fenomena astronomikal,” ujar Gail Higginbotom, kepala proyek di University of Adelaide dan Australian National University.

“Penelitian ini akhirnya membuktikan bahwa Briton kuno menghubungkan Bumi pada langit dengan batu yang berdiri, dan hal ini terus dilakukan dengan cara yang sama selama 2.000 tahun,” tambahnya.

Peneliti menemukan, setengah dari situs tersebut, ufuk utara lebih tinggi dan lebih dekat dari ufuk utara. Hal tersebut membuat matahari muncul di puncak tertinggi di ufuk utara.

“Lingkungan ini dipilih karena mampu mempengaruhi penampakan bulan dan matahari, terutama kemunculan mereka serta tenggelamnya mereka di waktu-waktu khusus, seperti posisi bulan yang hanya muncul di posisi paling utara dan terjadi hanya 18,6 tahun sekali,” ujar Higginbottom.

Penelitian ini dipublikasikan di Journal of Archaelogical Science.


 

Antartika tengah mengalami musim panas ketika Erik Gulbranson dan John Isbell melakukan \'perburuan\'.

Terbungkus dalam jaket parka untuk melawan suhu dingin, angin kencang, dan silau matahari yang bersinar 24 jam, Gulbranson, Isbell, dan sekelompok peneliti internasional mencari fragmen-fragmen fosil.

Antara bulan November 2016 dan Januari 2017, mereka mendaki lereng bersalju McIntyre Promontory yang tingginya di atas bidang es dan gletser. Mereka memilah-milah batuan sedimen abu-abu di Pegunungan Transantartika untuk mendapatkan petunjuk.

Di akhir ekspedisi, mereka menemukan 13 fragmen fosil dari pepohonan yang berasal lebih dari 260 juta tahun lalu, sekitar waktu peristiwa kepunahan massal terbesar di Bumi terjadi. 

Penemuan fosil tersebut menyimpan petunjuk tentang hutan terdingin dan terkering di benua itu pada masa lampau.

Di akhir ekspedisi, mereka menemukan 13 fragmen fosil dari pepohonan yang berasal lebih dari 260 juta tahun lalu, sekitar waktu peristiwa kepunahan massal terbesar di Bumi terjadi. 

Penemuan fosil tersebut menyimpan petunjuk tentang hutan terdingin dan terkering di benua itu pada masa lampau.

Sejarah hijau

"Secara keseluruhan, benua itu jauh lebih hangat dan lebih lembab daripada sekarang ini," kata Gulbranson, seorang profesor di University of Wisconsin– Milwaukee.

Pemandangan pada masa itu pasti dipenuhi hutan dengan tanaman dengan keragaman rendah dan tahan terhadap suhu ekstrem kutub, seperti hutan boreal di Siberia saat ini. 

"Anehnya, lokasi lapangan ini sebenarnya sangat dekat dengan garis lintang mereka sekarang," tambahnya.

Fosil tersebut mengawetkan biologi dan kimia pohon-pohon kuno, yang akan membantu para peneliti menyelidiki lebih lanjut ekosistem lintang tinggi ini. Tujuannya, untuk mengetahui bagaimana beberapa jenis tumbuhan dapat bertahan dari peristiwa kepunahan massal, sementara lainnya tidak. Terlebih lagi, fosil mikroorganisme dan jamur juga terawetkan dalam fosil kayu kuno ini.

Spesimen-spesimen tersebut tampak serupa dengan hutan yang membatu di Taman Nasional Yellowstone, yang menjadi fosil saat material vulkanik mengubur pohon-pohon hidup.

"Mereka termasuk beberapa fosil tumbuhan yang paling terawetkan dengan baik di dunia," ujar Gulbranson. "Jamur pada kayu itu sendiri kemungkinan menjadi mineral dan berubah menjadi batu dalam hitungan minggu. Dalam beberapa kasus, hal itu mungkin terjadi saat pohon masih hidup. Hal-hal ini terjadi sangat pesat. Anda bisa saja menyaksikannya secara langsung jika berada di sana."

Para periset menemukan bahwa tumbuhan prasejarah ini bisa mengalami transisi cepat antara musim, mungkin dalam rentang waktu satu bulan. Ketika tanaman modern membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk transisi dan menghemat air secara berbeda tergantung pada waktu, pohon-pohon kuno dapat berfluktuasi dengan cepat di antara musim dingin yang gelap dan musim panas yang cerah.

"Entah bagaimana, tumbuhan ini mampu bertahan tidak hanya empat sampai lima bulan dalam kegelapan total, tetapi juga empat sampai lima bulan dalam keadaan tersinari secara terus menerus," ungkap gulbranson.

"Kami belum sepenuhnya memahami bagaimana mereka bisa mengatasi kondisi ini," tambahnya. "Tidak ada yang seperti itu hari ini. Pohon-pohon ini bisa mengaktifkan siklus tumbuh dan mematikannya seperti saklar lampu."

Kepunahan massal

Periode Permian, berlangsung antara 299 hingga 251 juta tahun yang lalu, ditandai dengan kemunculan superbenua Gondwana.

Sebagai tumbukan benua-benua, lingkungan ekstrem pun melanda massa daratan raksasa, yang pada era modern termasuk Antartika, Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Semenanjung Arabia ini. Tudung es mendominasi sebagian besar wilayah selatan dan melontarkannya di antara musim panas berkepanjangan dan musim dingin yang gelap gulita, sementara wilayah utara mengalami panas yang hebat dan fluktuasi musiman.

Makhluk-makhluk prasejarah belajar untuk beradaptasi terhadap iklim yang bergejolak sampai kepunahan Permian, yang menurut Gulbranson kemungkinan besar disebabkan oleh gunung-gunung berapi di Siberia. Peristiwa tersebut memusnahkan lebih dari 90 persen spesies laut dan 70 persen hewan darat, yang kemudian membuka jalan bagi para dinosaurus untuk menguasai Bumi.

Melanjutkan pencarian

Tim ilmuwan berencana untuk melanjutkan penelitian di Antartika dengan mengunjungi ulang benua tersebut dalam beberapa minggu mendatang. John Isbell dan para peneliti lainnya telah turun ke lokasi, dan Gulbranson akan bergabung dengan mereka di lokasi kutub pada 23 November mendatang.



Planet X ! Terminologi ini tentu tidak asing bagi para penggemar teori konspirasi. Tapi istilah ini pertama kali muncul ketika Percival Lowell memprediksi kehadiran sebuah planet lain yang ikut mengganggu orbit Uranus dan memulai pencarian planet ke-9.

Singkat cerita, setelah kematian Lowell, Clyde Tombaugh menemukan Pluto. Tapi Pluto terlalu kecil untuk bisa mengganggu orbit Uranus.  Akan tetapi ide tentang planet lain di tepi Tata Surya masih bertahan. Baik dalam konteks pencarian lewat pengamatan maupun oleh para penggemar teori konspirasi.

Kehadiran sebuah planet lewat perhitungan matematika bukan hal baru. Setidaknya sejarah mencatat demikian. Neptunus adalah planet pertama yang ditemukan lewat perhitungan oleh John Couch Adams dari Inggris, dan Urbain Jean Joseph Le Verrier dari Perancis, secara terpisah. Keduanya memprediksi kehadiran sebuah planet besar yang mengganggu orbit Uranus.

Perhitungan yang dilakukan kemudian dikonfirmasi oleh pengamatan. Neptunus diamati oleh Johann Gottried Galle di Observatorium Berlin berdasarkan perhitungan Le Verrier.  Ada perhitungan yang berhasil, ada juga yang gagal. Kehadiran planet Vulkan di antara Merkurius dan Matahari tak pernah ditemukan.

Nah, satu abad setelah Percival Lowell memperkirakan kehadiran planet X, perhitungan yang sama kembali diajukan untuk menemukan planet ke-9!

Kali ini hasil perhitungan tersebut diajukan oleh Konstantin Batygin dan Mike Brown. Pemodelan matematika dan simulasi komputasi yang dilakukan keduanya memberi indikasi kehadiran planet masif diarea Sabuk Kuiper yang diberi kode Planet Sembilan. Nama Planet Sembilan digunakan sebagai indikasi pengganti dari Pluto si planet ke-9 yang sudah diklasifikasi ulang sebagai planet katai. Pada tahun 2003, Mike Brown menemukan Eris yang ia sebut kandidat planet ke-10 yang kemudian memicu kontroversi pendefinisian ulang planet oleh IAU.

Nama lain yang digunakan untuk planet Sembilan adalah George, Planet of the Apes, Jehoshaphat dan Phattie.

Kedua peneliti dari Caltech ini menemukan bukti ada planet yang dikategorikan sebagai planet Bumi-super yang massanya sekitar 10 massa Bumi, di tepi Tata Surya. Tepatnya di area sabuk Kuiper. Planet ini diprediksi memiliki orbit yang lonjong dan posisi terdekatnya dari Matahari pun sekitar 200 AU atau hampir 20 kali jarak Neptunus – Matahari! Bahkan planet ini butuh waktu 10.000 – 20.000 tahun untuk bisa mengelilingi Matahari.

Tapi, yang perlu diingat, planet ini masih belum dikonfirmasi keberadaannya lewat pengamatan. Jadi secara resmi, planet Sembilan ini belum ada.

!break!
Pencarian planet Sembilan. Dalam gambar Orbit obyek Sabuk Kuiper, Planet Sembilan dan area yang diamati oleh teleskop Subaru. (JPL Batygin & Brown/Caltech - diagram A. Cuadra-Science)
Pencarian Planet Sembilan

Pencarian planet Sembilan dimulai tahun 2014 saat Chad Trujillo dan Scott Sheppard menemukan obyek Sabuk Kuiper 2012 VP113 yang jarak terdekatnya dengan matahari 80 AU. Obyek Sabuk Kuiper yang dipanggil Biden tersebut merupakan obyek kedua yang memiliki orbit sangat jauh. Obyek lainnya ada Sedna yang perihelionnya 76 AU. Dari orbit Biden dan Sedna inilah, dibangun dugaan tentang keberadaan planet masif lainnya yang bersembunyi di balik kegelapan, menggembalakan benda-benda kecil di tepi Tata Surya.

Hal inilah yang mengawali kolaborasi astronom teoretis Konstantin Batygin dan astronom pengamat Mike Brown untuk mencari tahu keberadaan planet masif tersebut. Menariknya lagi, tujuan awalnya justru bukan untuk menemukan planet baru tapi untuk membuktikan kalau ide planet masif itu hanya ide gila lainnya. Selama beberapa dekade pencarian planet lain di tepian Tata Surya tidak pernah membuahkan hasil. Bahkan survei WISE atau Wide-Field Infrared Survey Explorer tidak berhasil menemukan planet masif seukuran Jupiter dan Saturnus di area Sabuk Kuiper yang kemudian mematahkan teori kehadiran planet Tyche.

Tapi, astronom tetaplah astronom. Mereka adalah peneliti yang ketika membantah pun harus punya bukti dan argumentasi yang kuat, alih-alih hanya beropini tanpa bukti.

Maka, teori dan data yang ada pun dikaji. Pada akhirnya, pemodelan matematika dibangun untuk melihat berbagai kemungkinan yang didasarkan pada teori dan data pengamatan yang sudah ada. Perspektif dari sisi teori dan observasi pun dipaparkan untuk memperoleh kajian terbaik. Keduanya membangun model dari model gangguan yang ditimbulkan dan mempengaruhi obyek KBO lainnya.

Pemodelan dibuat dan simulasi komputasi pun dilakukan. Yang pasti ini bukan pekerjaan utak atik gathuk yang dengan mudah menghasilkan kesimpulan.

Dari kajian yang dilakukan, ditemukan ada kemiripan pada orbit Sedna, 2012 VP 113, 2004 VN112, 2007 TG422, 2010 GB174, dan 2013 RF98. Ke-6 obyek ini adalah obyek-obyek yang menempati area Sabuk Kuiper, area dimana komet periode pendek berasal.

Kemiripan yang ditemukan, orbit ke-6 obyek Sabuk Kuiper ini mengelompok dan bergerak dari selatan ke utara saat memotong bidang Tata Surya dengan kecepatan yang berbeda-beda.  Kemiringan orbit ke-6 KBO juga mirip. Miring ke arah yang sama dengan sudut 30 derajat relatif terhadap orbit ke-8 planet yang ada di Tata Surya. Menariknya, meskipun bergerak dengan kecepatan berbeda, saat dilihat, ke-6 KBO itu bisa berada pada lokasi yang sama. Dengan kata lain, sumbu ke-6 obyek Sabuk Kuiper ini sejajar dan mereka mengelompok pada area yang sama.

Pada awalnya diduga bisa saja hal tersebut terjadi karena bias pengamatan atau memang kebetulan. Jika memang kebetulan pun ini adalah kebetulan yang luar biasa. Karena kemungkinan tersebut hanya terjadi 0,007%. Tapi jika bukan kebetulan maka tentunya ada sesuatu yang bisa mempengaruhi gravitasi ke-6 KBO tersebut untuk memiliki orbit yang mengelompok. Dan sesuatu itu harus memiliki massa yang cukup masif untuk bisa memberi pengaruh.

!break!
Ada beberapa teori yang diajukan untuk dikaji.

Teori pertama yang diajukan adalah kehadiran obyek lainnya di Sabuk Kuiper yang masih belum ditemukan. Seandainya ada cukup banyak obyek di Sabuk Kuiper, maka pengaruh gaya tarik yang diberikan dapat memicu dan menjaga pengelompokan orbit KBO tersebut.  Tapi seberapa banyak yang dibilang banyak agar kondisi yang diamati saat ini bisa tercapai?

Setidaknya Sabuk Kuiper harus memiliki massa 100 kali lebih besar dari massa seluruh obyek di Sabuk Kuiper saat ini. Kajian lebih lanjut menunjukan teori ini lebih sulit dan skenario ini pun gugur karena tidak memungkinkan.

Teori lainnya, keberadaan planet masif lain yang bertindak sebagai penggembala yang menjaga obyek di KBO untuk tetap berada dalam kesejajaran mereka. Maka dibangunlah pemodelan dan simulasi untuk membuktikan teori tersebut.

Hasil simulasi memperlihatkan, jika ada planet masif dengan orbit yang tidak sejajar maka kesejajaran atau pengelompokan ke-6 obyek KBO tersebut bisa terjadi dan dipertahankan. Orbit tidak sejajar disini mengacu pada perihelion si planet masif tersebut berada 180 derajat dari perihelion obyek lainnya. Dengan kata lain, perihelion si planet berseberangan dari obyek KBO lainnya.

Tapi pertanyaan lain muncul. Dengan konfigurasi orbit seperti ini, bukankah akan terjadi papasan yang menyebabkan orbit tidak stabil untuk jangka panjang. Bahkan ada kemungkinan terjadi tabrakan. Tapi ternyata, setelah menjalankan simulai untuk rentang waktu panjang, ditemukan kalau orbit bersebrangan si planet ke-9 justru mencegah obyek di Sabuk Kuiper saling bertabrakan dan bahkan menjaga semuanya tetap berkelompok dan sejajar. Sebagai contoh, setiap 4 orbit yang diselesaikan planet Sembilan, obyek Sabuk Kuiper sudah menyelesaikan 9 kali orbitnya. Tidak ada tabrakan.

Keberadaan planet Sembilan tidak hanya menjelaskan kesejajaran obyek Sabuk Kuiper. Kehadirannya bisa memecahkan persoalan orbit Sedna dan 2012 VP113 yang misterius. Jarak terdekat kedua obyek itu bahkan tak pernah mendekati Neptunus. Secara umum, obyek-obyek KBO dipengaruhi oleh Neptunus, Mereka dilontarkan ke luar oleh Neptunus tapi kemudian akan kembali lagi.

Jika Planet Sembilan memang ada, maka ia yang mencuri obyek KBO dan secara perlahan mendorongnya ke luar dan menempatkannya pada orbit yang tidak dipengaruhi Neptunus.

Simulasi ini juga berhasil memprediksi keberadaan obyek Sabuk Kuiper yang orbitnya tegak lurus bidang orbit planet – planet di Tata Surya. Hasil tersebut sesuai dengan hasil pengamatan selama 3 tahun terakhir. Para pengamat sudah mengidentifikasi empat obyek yang orbitnya tegak lurus orbit Neptunus.  Untuk memastikan, ke-4 obyek itu kemudian dimasukan dalam simulasi dan hasilnya ternyata cocok!

!break!
Planet Sembilan dan pengelompokan orbit 6 obyek Sabuk Kuiper lainnya. (Caltech/R. Hurt/IPAC)
Menjejak Planet Sembilan

Untuk bisa memecahkan semua persoalan Sabuk Kuiper yang dipaparkan di atas, jarak terdekat  planet Sembilan dengan Matahari harus di antara 200 – 350 AU. Dan meskipun agak sulit untuk menentukan jarak terjauhnya, tapi diperkirakan aphelion planet Sembilan berada pada jarak 500 – 1200 AU. Sebagai perbandingan jarak Neptunus 30 AU dari Matahari.

Pertanyaan lain, semasif apa planet masif yang bisa menjadi planet penggembala bagi obyek-obyek di KBO ini? Minimal, planet Sembilan harus memiliki massa 5 massa Bumi untuk bisa memberi pengaruh gravitasi pada obyek KBO lainnya. Dan dari hasil simulasi, idealnya Planet Sembilan memiliki massa sekitar 10 massa Bumi.

Dari massanya bisa dipastikan planet Sembilan merupakan planet Bumi-super. untuk ukuran, planet Sembilan diperkirakan memiliki ukuran 2 – 4 kali ukuran Bumi dan orbit sebidang dengan orbit 6 obyek KBO yang mengelompok tersebut.

Keberadaan planet Bumi-super bukanlah sesuatu yang “aneh”. Setidaknya pemodelan evolusi Tata Suryamenunjukan kehadiran planet masif lainnya atau planet Bumi-super memang dimungkinkan. Meskipun kemudian planet ini terlontar saat proses migrasi planet-planet raksasa di Tata Surya.  Diduga penyebab utama terlontarnya planet Bumi-super adalah papasannya dengan Jupiter saat proses migrasi planet-planet ke lokasinya saat ini.

Secara teori dan pemodelan, kehadiran planet Sembilan memang dimungkinkan. Akan tetapi ada pekerjaan rumah yang lebih besar untuk Konstantin Batygin dan Mike Brown. Menemukan planet Sembilan lewat pengamatan. Tanpa bukti pengamatan, pekerjaan ini hanya teori yang tidak terbukti.

Survei WISE dalam cahaya inframerah juga tidak memberikan hasil kehadiran planet masif seukuran Jupiter dan Saturnus.

Pengamatan juga dilakukan dengan Teleskop Subaru 8,2 meter di Mauna Kea, Hawaii dan belum memberikan hasil. Tidak mudah untuk bisa menemukan planet Sembilan karena ia seharusnya sangat redup dan akan lebih banyak menghabiskan waktunya jauh dari Matahari.

Untuk yang tertarik, pencarian planet Sembilan bisa dilakukan dengan teleskop kembar 10 meter W.M. Keck di Hawaii.  Dan diharapkan kehadiran Large Synoptic Survey Telescope di masa depan bisa menjadi jawaban. Satu hal penting yang menjadi kendala dalam pencarian ini adalah, orbit planet Sembilan memang bisa diprediksi lewat simulasi. Akan tetapi kedua astronom tersebut tidak bisa memberikan perkiraan dimana planet Sembilan itu berada saat ini.

Pada akhirnya, pencarian planet Sembilan memang mirip mencari jarum di jerami. Seandainya planet Sembilan ditemukan, maka Mike Brown memastikan tidak akan ada perdebatan apakah planet Sembilan sebuah planet atau bukan, karena ia seharusnya memenuhi semua syarat planet yang dibuat oleh IAU pada tahun 2006.

Sebaik apapun hasil pemodelan, jika tidak ada konfirmasi pengamatan maka ia hanya akan menjadi teori dan spekulasi. Jadi kita tunggu saja!


Berabad-abad yang lalu, sebuah asteroid seukuran lapangan speak bola melengkung melalui tata surya dan bertabrakan dengan bumi.

Mengarah langsung ke bentangan es yang tidak berpenghuni: Antartika.

Kejadian itu 430.000 tahun yang lalu, di tengah zaman Pleistosen.

Di tempat lain, beberapa Neanderthal paling awal menyebar ke seluruh Eropa dan mammoth berkeliaran di belahan bumi utara.

Batuan luar angkasa menghantam atmosfer tebal. Friksi merobeknya, dan saat meteor yang hancur itu jatuh ke dataran tinggi Antartika, ia meninggalkan jejak pilar yang menyala di belakangnya.


Mereka menggunakan petunjuk kimiawi yang terkunci dalam partikel untuk menyatukan apa yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu.

Pada tahun 2013, asteroid seukuran rumah meledak di atas kota Chelyabinsk di Rusia, menghancurkan kaca dan melukai lebih dari 1.600 orang.

Jika sebuah kota berada di garis bidik meteor Antartika yang lebih besar, 430.000 tahun yang lalu, kota itu akan hancur.

Kekuatan ledakan itu empat kali lebih kuat dari meteor tahun 1908 yang meratakan hutan di dekat Tunguska, Rusia dan ribuan kali lebih kuat dari bom nuklir yang meledak di Hiroshima, Jepang.
 


Roh rubah dikenal dengan nama Kitsune di Jepang, Kumiho di Korea dan Huli Jing di Tiongkok. Pada dasarnya mereka adalah mahluk yang sama tapi dengan sedikit perbedaan karena wilayah yang berbeda.

Pada ketiga budaya itu, sebagian besar cerita roh rubah dipandang sebagai mahluk yang jahat. Mereka dikenal berdampak buruk bagi manusia yang bertemu dengannya. Roh rubah mendekati manusia untuk menyedot kekuatan hidup mereka dan bahkan memakan dagingnya. Dengan demikian, roh rubah dapat memiliki semua ingatan, pengetahuan, dan bentuk manusia yang dimakan olehnya.

Semakin tua umur roh rubah maka ia akan menjadi semakin kuat. Setelah memperoleh masa hidup dari manusia dan berusia 500 tahun ia akan menumbuhkan ekor ekstra untuk tiap usia 100 tahun. Rubah paling tua yang banyak jadi legenda ialah rubah berekor sembilan yang usianya mencapai 900 tahun. 

Roh rubah yang paling umum dikenal dan populer adalah Kitsune dari Jepang, ia bisa laki-laki maupun perempuan, meskipun lebih umum jadi perempuan. 

Nama kitsune, menurut Ancient Origins berasal dari dua kata, "Kitsu" yang berarti suara yang dibuat rubah tapi juga bisa "kemarilah" dan "Tsune" yang berarti "selalu" atau juga warna "emas" atau kata "energi" tergantung pada kanji yang digunakan. dan "Ne" adalah versi feminin untuk mengekspresikan atau menekankan suasana hati yang baik dalam Bahasa Jepang, seperti shiawase-ne! (saya sangat senang) atau li-ne! (bagus)

Jadi Kitsune bisa berarti "selalu emas" atau "selalu berenergi/bersemangat" tergantung bagaimana menafsirkannya.


Ada tiga jenis Kitsune di Jepang. Masing-masing memiliki karakteristik khusus yang membuatnya sedikit unik. Pertama Youko, ia sebenarnya bukan roh rubah tapi iblis yang telah mengambil bentuk rubah. Sebuah puisi dari Huli Jing mengatakan bahwa Youko terdengar seperti bayi, ketika seseorang mendengar dan menyelamatkan bayi itu justru dia akan dimakan. 

Kedua adalah Myoubu, ia adalah roh rubah yang menyejajarkan diri dengan utusan Inari O-kami, salah satu Tuhan dalam budaya Jepang. Myoubu dapat melakukan kejahatan, tapi di sisi lain ia akan membantu para penyembahnya. Patung Myoubu dapat ditemukan di kuil dan kuburan mengenakan oto merah yang khas. 

Kemudian yang terakhir, Nogitsune. Rubah yang berinteraksi langsung dengan manusia, mereka bisa baik atau buruk. Nogitsune tidak selaras dengan Inari O-kami sehingga dianggap liar. Mereka dapat melakukan apapun dan tidak bergantung pada karma.



 

Sekitar 2000 SM, salep ganja digunakan untuk mengobati luka mata dan glaukoma. Saat ini sains membuktikan bahwa ganja adalah anti-inflamasi yang ampuh yang mengurangi tekanan intraokular.

Penggunaan ganja untuk pengobatan juga disebutkan dalam papirus medis. Misalnya pada plat A26 dari Papirus Ramesseum III menjelaskan perawatan untuk mata. Formulanya adalah sebagai berikut “seledri, ganja digiling dan dibiarkan dalam embun semalaman. Kedua mata pasien harus dibasuh dengannya di pagi hari.”

Firaun Mesir mungkin juga menggunakan ganja untuk tujuan yang seremonial. Sisa-sisa Ramses Agung (Firaun pada 1213 SM) mengandung jejak ganja, seperti halnya sisa-sisa mumi Mesir lainnya. Pada 1990-an serangkaian penelitian dari Nerliche, Parsche, dan Balabanova melaporkan penemuan yang mengejutkan ini. Studi Nerliche mencatat bahwa mumi memiliki endapan tetrahidrokanabinol (THC) yang signifikan. Peneliti menyimpulkan bahwa ini kemungkinan diperoleh melalui asap ganja.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan ganja untuk pengobatan di Mesir terus berkembang. Sekitar 1000 SM, tampaknya bahkan orang-orang biasa di Mesir Kuno mengetahui potensi tanaman tersebut. Sayangnya, data historis tentang penggunaan ganja selama periode ini relatif lebih sedikit.

Mungkinkah pemahaman orang Mesir kuno tentang ganja merambat ke bidang lain yang berkaitan dengan kesehatan dan tubuh? Bisa jadi. Dalam karya epiknya The Odyssey, Homer mencatat bahwa "setiap orang di Mesir adalah dokter yang terampil". Semua orang, bahkan termasuk wanita. Beberapa dokter pertama Mesir adalah wanita yang dihargai karena kemampuan merawat. Selain itu, wanita juga terampil sebagai bidan.

Catatan terakhir yang ditulis oleh papirus muncul sekitar tahun 200 M yaitu papirus Wina. Yang satu ini menyebutkan ganja sebagai pengobatan untuk tumor, sakit telinga, dan demam. Dalam beberapa kasus, papirus Wina merekomendasikan penggunaan akasia dan ganja secara bersamaan.

Kesulitan penerjemahan membuat pengetahuan penuh tentang penggunaan ganja untuk pengobatan di Mesir menjadi tantangan. Orang Mesir kuno adalah pemimpin dalam dunia medis pada zamannya. Dan mereka mencapainya melalui pengabdian pada tanaman obat seperti ganja.

Sekitar 2000 SM, salep ganja digunakan untuk mengobati luka mata dan glaukoma. Saat ini sains membuktikan bahwa ganja adalah anti-inflamasi yang ampuh yang mengurangi tekanan intraokular.

Penggunaan ganja untuk pengobatan juga disebutkan dalam papirus medis. Misalnya pada plat A26 dari Papirus Ramesseum III menjelaskan perawatan untuk mata. Formulanya adalah sebagai berikut “seledri, ganja digiling dan dibiarkan dalam embun semalaman. Kedua mata pasien harus dibasuh dengannya di pagi hari.”

Firaun Mesir mungkin juga menggunakan ganja untuk tujuan yang seremonial. Sisa-sisa Ramses Agung (Firaun pada 1213 SM) mengandung jejak ganja, seperti halnya sisa-sisa mumi Mesir lainnya. Pada 1990-an serangkaian penelitian dari Nerliche, Parsche, dan Balabanova melaporkan penemuan yang mengejutkan ini. Studi Nerliche mencatat bahwa mumi memiliki endapan tetrahidrokanabinol (THC) yang signifikan. Peneliti menyimpulkan bahwa ini kemungkinan diperoleh melalui asap ganja.



Seiring berjalannya waktu, penggunaan ganja untuk pengobatan di Mesir terus berkembang. Sekitar 1000 SM, tampaknya bahkan orang-orang biasa di Mesir Kuno mengetahui potensi tanaman tersebut. Sayangnya, data historis tentang penggunaan ganja selama periode ini relatif lebih sedikit.

Mungkinkah pemahaman orang Mesir kuno tentang ganja merambat ke bidang lain yang berkaitan dengan kesehatan dan tubuh? Bisa jadi. Dalam karya epiknya The Odyssey, Homer mencatat bahwa "setiap orang di Mesir adalah dokter yang terampil". Semua orang, bahkan termasuk wanita. Beberapa dokter pertama Mesir adalah wanita yang dihargai karena kemampuan merawat. Selain itu, wanita juga terampil sebagai bidan.

Catatan terakhir yang ditulis oleh papirus muncul sekitar tahun 200 M yaitu papirus Wina. Yang satu ini menyebutkan ganja sebagai pengobatan untuk tumor, sakit telinga, dan demam. Dalam beberapa kasus, papirus Wina merekomendasikan penggunaan akasia dan ganja secara bersamaan.

Kesulitan penerjemahan membuat pengetahuan penuh tentang penggunaan ganja untuk pengobatan di Mesir menjadi tantangan. Orang Mesir kuno adalah pemimpin dalam dunia medis pada zamannya. Dan mereka mencapainya melalui pengabdian pada tanaman obat seperti ganja.

 Kuil kuno tersembunyi yang ditemukan di Meksiko setelah gempa 7,1 skala Richter.

Gempa bumi dengan kekuatan 7.1 skala Richter yang mengguncang Meksiko pada September 2017, menyebabkan kerusakan dan menewaskan 369 orang. Namun, minggu lalu, arkeolog mengumumkan bahwa gempa tersebut mengarahkan mereka kepada kuil kuno tersembunyi.

Kuil itu berada di dalam piramida ganda di situs kuno Teopanzolco, yang jika diterjemahkan namanya berarti “di kuil tua atau yang ditinggalkan”. Situs tersebut berlokasi 43 mil dari selatan Mexiko City.

Menurut para arkeolog, kuil tersembunyi tersebut kira-kira berasal dari 1150 A.D. Kemungkinan ia berkaitan dengan peradaban Tlahuica yang membangun struktur utama situs Tepanzolco.

Ketika para peneliti dari Mexico’s National Institute of Anthropology and History memindai kerusakan piramida ganda akibat gempa, mereka menyadari adanya jejak kuil lebih tua di dalamnya. Piramida terluarnya dibangun di atas piramida tua – yang mana merupakan ciri khas masyarakat Tlahuica

Tlahuica merupakan orang-orang Aztec yang tinggal di Morelos beberapa abad lalu. Mereka menjadi subjek Kekaisaran Aztec pada 1400-an dan meninggalkan situs Teopanzolco saat kedatangan Spanyol pada 1500.

Kuil tersembunyi itu diduga dibuat untuk dewa hujan Tláloc yang merupakan sosok penting selama periode Aztec. Tláloc memiliki kekuatan mendatangkan hujan untuk menyirami tanaman. Meski begitu, ia juga mampu menyebabkan kekeringan, serangan petir, dan badai.

Untuk menenangkan Tláloc, para pemujanya melakukan ritual pengorbanan anak-anak pada bulan pertama berdasarkan kalender mereka.

Para peneliti menemukan pecahan keramik dan pembakar dupa di antara sisa-sisa kuil. Mereka juga menemukan fakta bahwa gempa bumi telah merusak struktur inti piramida yang ada di dalamnya.

Diketahui bahwa gempa Meksiko 2017 telah merusak banyak situs bersejarah, termasuk gereja-gereja serta Monte Albán, ibu kota bagi orang-orang kuno Zapotec.


Jackalope, binatang dengan tubuh kelinci dan tanduk kijang atau rusa, adalah ikon budaya Amerika Barat. Gambar makhluk itu dijual di segala macam pernak-pernik di wilayah tersebut, dari kartu pos hingga gelas. Tapi apakah jackalope itu nyata, atau hanya mitos?

Meskipun tidak ada hewan hibrida seperti itu, ada unsur kebenaran dalam legenda itu, kata Michael Branch, seorang profesor sastra dan lingkungan di University of Nevada, Reno dan penulis buku "On the Trail of the Jackalope: How a Legend Captured the World's Imagination and Helped Us Cure Cancer”.

“Ini adalah makhluk mitologis. Tapi memang memiliki hubungan nyata dengan kelinci bertanduk di alam yang terserang virus papiloma," sambung Branch.

Kelinci tidak menumbuhkan tanduk secara alami. Tapi virus papiloma kelinci bisa membuat mereka melakukannya. Papillomavirus umum di banyak spesies, dan setiap jenis biasanya menginfeksi anggota spesies inang tertentu, kata Branch. Contoh utama adalah human papillomavirus, atau HPV.


Ketika virus papiloma kelinci menginfeksi kelinci, dapat menyebabkan tumbuhnya tumor jinak dari wajah atau kepalanya yang terkadang menyerupai tanduk atau tanduk. Kadang-kadang, tumor - terbuat dari keratin, protein yang sama yang membentuk kuku dan rambut - tumbuh di bagian tubuh lain, tetapi paling sering terjadi di kepala, kata Branch. Tumor bisa menjadi ganas pada beberapa kelinci.

Namun, pertumbuhan ini tidak selalu terlihat seperti tanduk. Mereka sering hitam dan asimetris, dan hampir tidak megah seperti tanduk jackalope. "Ini cukup aneh, untuk mengatakan yang sebenarnya," kata Branch. "Tergantung seberapa parah penyakitnya pada kelinci, itu bisa terlihat sangat mengerikan."

Pada 1933, seorang ahli virologi Amerika bernama Richard Shope menemukan bahwa virus papiloma kelinci, yang dinamai Shope papillomavirus, menyebabkan kelinci yang terinfeksi menumbuhkan ciri-ciri yang menyerupai tanduk, menurut sebuah studi tahun 2015 di jurnal PLOS One.

Sampai saat itu, sebagian besar ilmuwan tidak percaya bahwa virus dapat menyebabkan kanker. Ada beberapa bukti bahwa virus dapat menyebabkan kanker pada burung. Tetapi para peneliti skeptis, dan tentu saja tidak berpikir bahwa itu bisa terjadi pada mamalia, kata Branch. Kelinci bertanduk membuktikan bahwa mereka salah.


"Ini membuka banyak jalan penelitian untuk melihat apa kanker lain mungkin disebabkan oleh virus dan akhirnya bekerja menuju pengembangan vaksin melawan mereka," kata Shope.

Secara khusus, ini memungkinkan para peneliti untuk mulai membuat vaksin HPV, yang dapat mengurangi risiko kanker serviks dan beberapa jenis kanker lainnya.

Branch kemudian menekankan tidak semua kelinci yang terinfeksi virus papiloma Shope tumbuh cula, sama seperti tidak semua manusia dengan HPV berkembang menjadi kanker. Namun pada kelinci yang melakukannya, penyakit ini seringkali berakibat fatal. Tanduk dapat mengganggu kemampuan hewan untuk makan, dan mereka mungkin mati kelaparan.


Kelinci bertanduk mungkin telah mengilhami mitos jackalope, tapi itu jauh dari pasti. Jackalope berasal dari dua bersaudara remaja di Douglas, Wyoming. "Sejauh yang kami tahu, anak-anak muda ini menemukan benda ini sendiri. Mereka adalah pemburu dan ahli taksidermi amatir, dan mereka menjual jackalope pertama mereka ke pemilik hotel di tahun 1930-an," kata Branch.

Waktu ini adalah kebetulan yang aneh. Tepat ketika dua anak laki-laki ini membuat lelucon tersebut, tunggangan jackalope palsu di Wyoming, pada saat yang hampir bersamaan, Shope berada di Institut Rockefeller (untuk Penelitian Medis) di Princeton, New Jersey, di labnya, mengerjakan kelinci bertanduk.




Arkeolog menemukan baju zirah kulit kuno berusia 2.700 tahun. Baju tersebut ditemukan di makam seorang kstaria di Yanghai dekat kota modern Turfan di Tiongkok Barat Laut. Diperkirakan pria tersebut berasal dari  tahun 786-543 SM,

Dikutip SCI News, baju zirah tersebut terbuat dari kulit yang terdiri dari potongan kulit berbentuk sisik yang disusun rapi. Ada sekitar 5.444 sisik yang lebih kecil dan 140 sisik yang lebih besar, yang, bersama dengan tali dan lapisan kulit, memiliki berat total 5 kg.

“Zirah Yanghai adalah rompi berbentuk celemek yang menutupi bagian depan, selangkangan, samping dan punggung bawah,” kata Dr. Patrick Wertmann dari Institute of Asian and Oriental Studies di University of Zurich dan rekan-rekannya.

“Ini dapat dipakai dengan cepat dan tanpa bantuan orang lain dengan melilitkan bagian kiri di sekitar punggung, mengikatnya di pinggul kanan dan mengencangkan penutup bahu, dengan tali melintang di bagian belakang hingga tali di bagian pinggul yang berlawanan,” papar Dr. Wertmann.

Wertmann mengatakan bahwa baju zirah merupakan pakaian pertahanan yang sangat profesional dan ringan dan paling ekonomis.

“Potongan tali kekang kuda, yang juga ditemukan di makam, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah seorang penunggang kuda,” tuturnya.

Menurut tim, total 5.444 skala kecil dan 140 skala besar awalnya digunakan untuk baju besi; bersama dengan tali kulit dan lapisan menambahkan hingga total berat 4-5 kg.

Zirah kulit kuno ini diperkirakan berasal dari tahun 786-543 SM. Sisik. Zirah Yanghai diproduksi secara profesional dalam jumlah besar,” kata Dr. Wertmann.

Dengan meningkatnya penggunaan kereta dalam perang Timur Tengah, baju besi khusus untuk penunggang kuda dikembangkan pada abad ke-9 SM.

“Zirah ini kemudian menjadi bagian dari peralatan standar pasukan militer Kekaisaran Neo-Asyur, yang meluas dari bagian Irak saat ini ke Iran, Suriah, Turki, dan Mesir,” sambungnya. 


Korespondensi gaya tetapi spesifikasi fungsional membuat dua baju besi muncul sebagai pakaian untuk unit yang berbeda dari pasukan yang sama. Baju besi Yanghai mungkin untuk kavaleri ringan. Sementara baju besi MET mungkin untuk infanteri berat.

Masih menjadi perdebatan para peneliti apakah pemakai baju besi Yanghai sendiri adalah salah satu tentara asing dalam dinasti Asyur yang dilengkapi dengan peralatan Asyur dan membawanya pulang, atau dia merebut baju besi dari orang lain yang ada di sana.

Tanpa kelangsungan hidup bahkan satu baju besi skala lengkap yang sebenarnya dari konteks Asyur, bukti yang tersedia (yaitu dalam representasi tertentu pada relief batu) tidak cukup untuk membuat penilaian definitif tentang asal yang tepat dari baju besi skala dari Yanghai.

Namun, apa yang ditetapkannya adalah bahwa baju besi Yanghai adalah salah satu bukti aktual langka dari transfer teknologi Barat-Timur melintasi benua Eurasia selama awal milenium pertama SM ketika transformasi sosial dan ekonomi dipercepat. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam jurnal Quaternary International.

 


Perjalanan dari Belanda menuju Hindia-Belanda zaman dulu bisa berlangsung beberapa bulan dengan menggunakan kapal uap.

Desember 1933

Terobosan pertama dilakukan oleh KLM di tahun 1924 dengan penerbangan pertama menuju Hindia-Belanda. Dan perjalanan ini berlangsung sekitar lima minggu dengan paling tidak 20 pemberhentian.


Sambutan pesawat Pelikan, alat transportasi pertama yang menempuh perjalanan dari Belanda ke Indonesia hanya dalam 4 hari, 1933. (credit: Spaarnestad Photo/Nationaal Archief/ Collectie Spaarnestad/ Fotograaf onbekend Photographer display Onbekend)

Sambutan atas kedatangan pesawat Pelikan, alat transportasi pertama yang menempuh perjalanan dari Belanda ke Indonesia hanya dalam 4 hari, 1933. (credit: Spaarnestad Photo/Nationaal Archief / Collectie Spaarnestad/Fotograaf onbekend Photographer display Onbekend)


Namun pada bulan Desember 1933, KLM mencatat sejarah baru, karena pesawat Fokker F18 bermesin tiga dengan nama “Pelikan” dan berkode PH-AIP, berhasil menempuh perjalanan dari Schippol menuju Jakarta “hanya” dalam waktu 4 hari, 4 jam, serta 40 menit!

Sebuah rekor yang mencengangkan di saat itu. Tidak heran, warga Belanda di Jakarta pada saat itu pun berbondong-bondong datang ke Cililitan (sekarang Halim Perdanakusuma) untuk menyambut kedatangan alat transportasi “ajaib” ini.

Terlihat dalam foto, sambutan atas kedatangan pesawat Pelikan, alat transportasi pertama yang menempuh perjalanan dari Belanda ke Indonesia hanya dalam 4 hari, pada tahun 23 Desember 1933 begitu meriah.

“Pelikan” kembali balik ke Jakarta dan mendarat di bandara Cililitan yang kemudian menjadi bandara Halim Perdanakusuma, Jakata Selatan pada saat ini.

23-12-1933. Sambutan pesawat Pelikan, alat transportasi pertama yang menempuh perjalanan dari Belanda ke Indonesia hanya dalam 4 hari, 1933. (credit: Spaarnestad Photo/Nationaal Archief/ Collectie Spaarnestad/ Fotograaf onbekend Photographer display Onbekend)

September 1935

Pada bulan September 1935, pesawat buatan Asia bermesin ganda menjejakkan roda di daratan Eropa pertama kali. Namun, Achmad bin Talim baru menginjakkan kakinya di Amsterdam tahun 1974. Tapi karyanya sudah mendarat di sana lebih dulu, pada bulan September 1935.

Pada 27 September 1935, pesawat buatan Asia menjejakkan rodanya di daratan Eropa, untuk yang pertama kalinya di dunia! Pesawat itu berhasil terbang dengan jarak jauh, melewati beberapa benua, lalu mendarat mulus di Schipol, Amsterdam.

Pesawat bermesin ganda itu dibuat 100 persen di Jawa, dalam gudang di Jalan Pasir Kaliki, Bandung atas pesanan jutawan Khouw Khe Hien yang menginginkan pesawat udara untuk meningkatkan efisiensi kegiatan bisnisnya.

Pada tahun sebelumnya di bulan Maret 1934, Khouw memesan kepada Laurents Walraven, bagian desain teknik Militaire Luchtvaart-KNIL

Berdasarkan syarat kebutuhan sang businessman Khouw, Walraven kemudian merancang sebuah pesawat cabin monoplane dengan sayap rendah yang aerodinamis, ramping dan dilengkapi dengan dua mesin yang masing-masing berkekuatan 90 tenaga kuda.

Sementara, urusan pesawat merupakan keahlian atau craftsmanship dari Achmad bin Talim dan rekan-rekannya. Menakjubkan!

Sebagai pewaris NV Merbaboe, perusahaan pemotongan sapi, jutawan Khouw Ke Hien ingin mengembangkan usahanya. Dia merasa transportasi darat dan laut kurang efisien.

Di sisi lain, dia butuh mengunjungi dan mengawasi cabang-cabang perusahaan di sejumlah kota dalam waktu singkat. Setelah putar otak, dia memutuskan harus punya pesawat sendiri.

pesawat Walraven-2 made-in-bandung wossat245 PK-KKN

Achmad bin Talim (kiri) dan Laurents Walraven (kanan) di depan pesawat buatan mereka, Walraven-2 dan telah memiliki kode registrasi penerbangan PK-KKY

Pada Maret 1934, Khouw Ke Hien menghubungi Achmad bin Talim, teknisi pesawat dari Luchtvaart Afdelling, unit Militaire Luchtvaart Dients. Dia pesan pesawat. Kriterianya lumayan berat.

Pesawat itu harus mampu terbang dengan jarak jauh berikut kargo seberat 130 kilogram plus dua penumpang. Ia juga mesti bermesin ganda sehingga bisa tetap terbang bila satu mesin mati.

Talim mendiskusikan pesanan tersebut dengan kawan-kawannya. Termasuk dengan Laurents Walraven, desainer teknik di Militaire Luchtvaart-Koninklijke Nederlandsch Indische Leger, yang juga punya design workshop sendiri.

Keputusannya: mereka terima pesanan itu. Walraven dan Kapten MP Pattist membuat cetak-biru dan desainnya, sementara Talim dan kawan-kawan lainnya yang mengerjakannya.

Walraven mendesain pesawat itu dengan performa apik, yang dia namakan Walraven-2. Dua mesin Pobjoy (ada yang menulis Pobyo) Niagara 7 silinder berkekuatan masing-masing 90 tenaga kuda terpasang di kedua sayap.

Menurut artikel “Built in the Dutch East Indies” dalam majalah Flight, 28 Februari 1935, dengan mesin itu “pesawat didesain untuk penerbangan jarak jauh –berkisar 1.100 mil di udara.”

Aerodinamika mendapat perhatian penting. Walraven-2 berbeda dari kebanyakan pesawat kala itu yang desainnya belum compact atau ringkas, dan rendah nilai estetis.

Selain badan yang ramping, Walraven-2 bersayap tunggal dan rendah – kala itu umumnya pesawat yang ada bersayap ganda dan letak sayapnya tinggi; mesinnya kebanyakan tunggal. Walraven-2 juga dilengkapi cowl (penutup) mesin dan roda dengan bentuk aerodinamis.

Pesawat Walraven-2 pesanan Khouw Ke Hien; dibuat oleh Laurents Walraven, MP Pattist, dan Achmad bin Talim. (Foto: Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute)

Pesawat Walraven-2 pesanan Khouw Ke Hien; dibuat oleh Laurents Walraven, MP Pattist, dan Achmad bin Talim. (Foto: Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute)

 Sepuluh bulan kemudian, pada awal Januari 1935, Letnan Terluin melakukan penerbangan perdana pesawat Walraven-2 pesanan Khouw tersebut. Evaluasinya: menunjukkan kinerja baik, tanpa satu kesulitan apapun.

Sekitar dua minggu kemudian, 28 Januari 1935, pesawat menerima registrasi penerbangan PK-KKH, yang diambil dari singkatan nama Khouw Khe Hien.

Pesawat Walraven-2 yang berikutnya disebut “W-2” tergolong model paling modern di zamannya pada saat itu. Entah kenapa, Khouw memilih terbang dulu ke daratan Eropa. Padahal Eropa jaraknya lebih jauh dari daratan Tiongkok, dan justru lebih dekat dari Hindia Belanda (Indonesia, tatkala itu).

Walraven-2 pun, menurut almarhum Achmad bin Talim, belum pernah diuji coba terbang jarak jauh di Pulau Jawa.

“Tahu-tahu ia berangkat dari Bandung lewat Batavia ke Eropa,” kenang Achmad, tahun 1981.

Sejarah tidak mencatat lagi bagaimana nasib pesawat Walraven-2 PK-KKH. Achmad bin Talim pun tidak ingat lagi. Meski ia masih sempat melihat si pesawat di salah satu hanggar Andir (sekarang Bandara Hussein Sastranegara), Bandung, sebelum ditinggalkan pemiliknya untuk selamanya. (Cartono Soejatman, Dudi Sudibyo / ANGKASA, via  NatGeo)