Reconstruction of Homo floresiensis by Atelier Elisabeth Daynes. Credit Kinez Riza

 “Setidaknya ada tiga manusia kerdil dari serpihan-serpihan fosil yang ditemukan di pulau Flores, NTT, Indonesia yang juga merupakan pulau tempat Homo floresiensis alias “Manusia Hobbit” ditemukan, dan menurut penanggalan karbon atau carbon-dating, ternyata fosil-fosil yang masih misterius itu berusia 700.000 tahun! Jauh lebih tua dari si Hobbit!,” menurut dua makalah baru di jurnal Nature, pada Kamis (9/6/2016) lalu.

Fosil manusia purba yang ditemukan berupa fosil tulang rahang kanan parsial, dan beberapa gigi yang terisolasi, yang usianya mendahului Hobbit lebih dari setengah juta tahun!

Kehadiran mereka di pulau Flores ini menunjukkan bahwa individu kecil adalah bagian dari populasi yang kemudian memunculkan istilah “Hobbit”, julukan manusia katai di film fiksi terkenal “The Lord of The Rings”, yang mana fosil terdahulu pernah ditemukan di gua ‘Liang Bua’ di pulau yang sama.

“Kami tidak bisa yakin tentang ukuran tubuh mereka yang sebenarnya, karena kami hanya memiliki mandibula dan gigi,” ujar Yousuke Kaifu, penulis laporan pertama yang mengatakan kepada Discovery News.

“Tapi ukuran mereka menunjukkan bahwa manusia hominin purba (awal anggota dari genus Homo) yang berusia 700.000 tahun  ini sekecil Homo floresiensis dari Liang Bua,” lanjut Yousuke Kaifu.

tulang-rahang-manusia-mata-menge

Tulang rahang manusia Mata Menge

Empat gigi yang ditemukan berasal dari individu dewasa yang sama dengan pemilik fragmen rahang bawah. Sementara itu, pemeriksaan lebih detail mengungkap bahwa dua gigi lainnya merupakan gigi susu, masing-masing milik dua anak yang berbeda. Tim kemudian menggunakan teknik statistik untuk membandingkan rahang bawah dan tulang gigi dengan fosil spesies lain seperti H. habilis, H. erectus dan H. floresiensis asli.

Kaifu adalah seorang antropolog dari National Museum of Nature and Science di Jepang, bersama dengan penulis utama dari makalah pertama Gerrit van den Bergh dan rekan-rekan mereka, menganalisis sisa-sisa fosil yang baru ditemukan.

Mereka menggali lapisan batuan sedimen di sebuah situs yang disebut Mata Menge, terletak sekitar 43,5 mil jauhnya dari Liang Bua. Para peneliti percaya bahwa fosil ini berasal dari manusia purba yang lebih awal dari Homo floresiensis yang dimilik setidaknya dari satu orang dewasa dan dua anak-anak.

Ketika sisa-sisa Hobbit pertama kali ditemukan pada tahun 2003 lalu, banyak ilmuwan benar-benar bingung dengan ukurannya yang kecil. Beberapa dari mereka bahkan berpikir bahwa individu ini adalah anggota dari spesies kita yang secara patologis menjadikannya kerdil atau karena penyakit.

Bagaimanapun itu Van den Bergh mengatakan bahwa penemuan terbaru ini “menggugurkan semua keragu-raguan setiap orang yang percaya bahwa ukuran Homo floresiensis hanyalah dari manusia purba yang normal kemudian mengecil atau kerdil karena suatu penyakit.”

tulang-gigi-manusia-mata-menge2

Tulang gigi manusia Mata Menge

Makalah kedua, dengan penelitian yang dipimpin oleh Adam Brumm dari Griffith University dan University of Wollongong, menjelaskan geologi wilayah Mata Menge dan menegaskan bahwa pendahulu Hobbit yang tinggal disana, setidaknya berusia 700.000 tahun yang lalu. Dikatakan bahwa alat-alat batu juga ditemukan di Flores dan penanggalan menunjukkan usia sekitar 700.000 hingga 1 juta tahun yang lalu.

Untuk menentukan umur fosil, tim peneliti lain mengambil sampel dari lapisan sedimen sekitarnya dan menggunakan teknik penanggalan dengan tingkat akurasi tinggi yang disebut argon-argon, yang mengukur peluruhan radioaktif argon dari waktu ke waktu.

Mereka juga mengisolasi fragmen gigi dan menggunakan kombinasi metode penanggalan berdasarkan peluruhan uranium. Penelitian menunjukkan bahwa fosil ini berusia sekitar 700.000 tahun, membuatnya menjadi hominin tertua yang pernah ditemukan di Flores.

“Saya sudah menduganya, tetapi tetap terkejut ketika pertama kali melihat fosil dan menyadari fakta bahwa orang-orang sekecil itu hidup 700.000 tahun lalu, ketika Homo erectus yang berbadan besar hidup di berbagai bagian benua Asia,” lanjut Kaifu.

Secara bersama, semua temuan ini menunjukkan bahwa populasi individu kecil ini mungkin masih bertahan hidup secara terus-menerus sebagai keturunan di pulau Flores sejak sekitar satu juta tahun yang lalu, hingga setidaknya sekitar 38.000-60.000 tahun yang lalu.

Adapun dari mana mereka berasal sebelum menetap di Pulau Flores, Kaifu mencurigai bahwa “Homo erectus berbadan besar sampai di pulau Flores dan kemudian mengerdil atau dwarfed di pulau ini.”

Temuan Hominid Baru di Situs Mata Menge Telusuri Evolusi Homo floresiensis 1

Lokasi penggalian terbaru, yang disebut Mata Menge, terletak di Lembah Soa atau Soa Basin, Flores tengah, sekitar 74 kilometer di tenggara Liang Bua, Pulau flores, NTT.

Homo erectus yang lebih kecil dan lebih tua dari Homo floresiensis

Van den Bergh menuturkan, analisis yang menunjukkan bahwa rahang manusia yang ditemukan di Mata Menge itu mendekati karakteristik Homo erectus dan Homo floresiensis.

Rahang itu cenderung tipis dan vertikal dan tidak memiliki celah seperti yang biasa dijumpai pada spesies manusia purba lain, Australopithecus. Sementara itu, dilihat dari giginya, manusia Mata Menge juga memiliki karakteristik yang merupakan perpaduan dari Homo floresiesis dan Homo erectus.

Rekonstruksi digital berdasarkan hasil CT scan fosil, misalnya, menunjukkan bahwa puncak gigi manusia Mata Menge mirip dengan Homo erectus. Van den Bergh menambahkan, “Tubuh yang ekstrim mengecil dan ukuran otak dwarfisme tidak dapat terjadi pada skala luas, kita sekarang telah menerima apa yang terjadi…, dan dapat beralih ke pertanyaan berikutnya yaitu: mengapa itu bisa terjadi dan oleh mekanisme apa?”

Aida Gómez-Robles, seorang ilmuwan dari George Washington University yang mengkhususkan diri dalam evolusi manusia menjelaskan, bahwa salah satu teori tentang Hobbit adalah bahwa mereka menyusut dalam ukuran kecil itu dengan proses yang disebut sebagai “pengerdilan di pulau” atau island dwarfing.

Fosil berusia 700.000 tahun dari anggota genus Homo yang digali dari pulau Flores, Indonesia

Fosil berusia 700.000 tahun dari anggota genus Homo yang digali dari pulau Flores, Indonesia

Island dwarfing ini mengacu pada berkurangnya ukuran atau terjadi pengecilan secara ekstrim dalam ukuran, karena tidak adanya ancaman dan pemangsa atau predator dan juga akibat kelangkaan sumber daya alam yang khas dari ekosistem suatu pulau.

Ketika sisa-sisa Hobbit pertama kali ditemukan, para peneliti juga pernah menemukan bukti adanya “gajah kerdil” atau pygmy elephant, ini menunjukkan bahwa binatang berkulit tebal juga terkena proses island dwarfing di Pulau Flores.

Gómez-Robles mengatakan kepada Discovery News bahwa ada dua makalah baru yang penting karena “mereka menunjukkan bahwa asal-usul Homo floresiensis sangat tua, yang menegaskan bahwa ini adalah spesies yang benar-benar valid dengan akar evolusi yang tua.”

Menurut Gómez-Robles, hal ini memiliki dua implikasi penting, yaitu:

Yang pertama, bahwa ukuran yang sangat kecil yang merupakan karakteristik dari Homo floresiensis mungkin telah berevolusi selama periode yang sangat singkat.

Yang kedua, bahwa ukuran kecil ini tetap stabil selama jangka waktu yang panjang, karena Homo floresiensis lebih baru dari situs Liang Bua ukurannya tetap dan sangat mirip dengan ukuran fosil dari Mata Menge ini, yang mana adalah orang-orang yang dijelaskan dalam dokumen yang terbaru.

Analisis mereka mengindikasikan bahwa fosil dari Mata Menge paling mirip H. erectus, meskipun mereka berukuran jauh lebih kecil dan memiliki banyak fitur struktural yang mirip dengan H. floresiensis.

“Fosil sangat mirip, tetapi fosil Mata Menge sedikit lebih primitif dibandingkan dengan H. floresiensis dari Liang Bua,” ungkap penulis utama studi, Yousuke Kaifu yang juga merupakan arkeolog National Museum of Nature and Science di Tokyo, Jepang.

https://i0.wp.com/www.wapresri.go.id/file/2016/03/1B1A4249.jpg

Orang Indonesia dan Asia Tenggara cenderung lebih kecil dari ras manusia lainnya seperti orang dari kebanyakan ras lain, termasuk ras Kaukasia yang tinggi.

Menurut peneliti, walau tak sekecil Hobbit pada masa lalu, namun hingga pada hari ini, orang-orang dari Indonesia memang cenderung lebih kecil dari ras manusia lainnya, walau ada juga ras Asia selain Indonesia yang juga kecil.

Tapi pada masa kini ras Indonesia jauh lebih tinggi daripada Hobbit, hal ini bisa jadi dimungkinkan karena ras Hobbit telah melakukan perkawinan campuran dengan ras manusia modern, cara yang sama seperti yang dilakukan ras manusia kuno, Neanderthal.

Tetapi penemuan lainnya tentang masalah fosil di manusia Mata Menge tetap akan diperlukan untuk mencari tahu, apa yang terjadi dengan penduduk dari pulau Flores yang masih misterius ini.

Leluhur Homo floresiensis?

Penemuan fosil ini mengeliminasi teori bahwa hobbit merupakan bentuk Homo sapiens yang sakit, dengan kepala lebih kecil dan mengalami kondisi perkembangan yang terhambat seperti down syndrom atau mikrosefali.

Jadi apakah ini fosil leluhur Hobbit yang sebenarnya? Sampel yang jauh lebih tua ini menunjukkan kesamaan menarik dengan H. floresiensis, termasuk ukurannya yang kecil. Dengan demikian, hal tersebut memberikan bukti terbaik bahwa sisa-sisa fosil itu berpotensi sebagai leluhur hobbit.

Temuan Hominid Baru di Situs Mata Menge Telusuri Evolusi Homo floresiensis 5“Sejak hobbit ditemukan, ada dua hipotesis utama tentang leluhurnya,” kata Gerritt van den Bergh, arkeolog Universitas Wollongong di Australia yang turut andil dalam penelitian ini.

Menurut salah satu teori, H. floresiensis merupakan bentuk kerdil dari Homo erectus, kerabat manusia purba yang hidup di Asia Timur dan beberapa bagian Afrika hingga sekitar 143.000 tahun lalu.

Namun sebagian peneliti berpendapat bahwa hobbit bahkan berevolusi lebih awal, dari hominin dengan badan lebih kecil seperti Homo habilis atau Australopithecus.

“Penemuan baru ini menunjukkan bahwa Homo floresiensis memang bentuk kerdil Homo erectus dari Pulau Jawa, sekelompok kecil yang terdampar di Flores dan berkembang dalam isolasi,” kata van den Bergh.

Penelitian lebih lanjut di Liang Bua mengungkap bahwa hobbit membuat peralatan batu. Tetapi tanpa sisa-sisa tambahan, sejarah evolusi mereka menjadi terselubung misteri.

Sejak 2010, tim telah menemukan ribuan peralatan batu dan fosil-fosil gajah kecil, tikus raksasa, komodo dan buaya. Ketika peneliti memperluas penggalian mereka pada 2014, mereka menemukan sisa-sisa tengkorak hominin, termasuk satu fragmen rahang bawah, enam gigi dan sepotong kecil tulang tengkorak.

Bagian dari temuan Hominid baru di situs Mata Menge yang terdiri dari fosil gigi dan rahang dari 3 individu, yaitu satu dewasa dan dua anak-anak.

Bagian dari temuan Hominid baru di situs Mata Menge yang terdiri dari fosil gigi dan rahang dari 3 individu, yaitu satu dewasa dan dua anak-anak.

“Awalnya, kami pikir sedang berhadapan dengan rahang bawah dari spesimen remaja, karena itu sangat kecil, bahkan lebih kecil dari rahang Homo floresiensis,” kata van den Bergh.

“Tapi setelah CT scan, kami terkejut melihat bahwa rongga akar sepenuhnya telah berkembang, menunjukkan bahwa itu adalah spesimen dewasa.”

Meskipun arkeolog belum bisa memastikan bahwa hominin tua tetap milik spesies yang sama dengan H. floresiensis, analisis menunjukkan bahwa penghuni Mata Menge kemungkinan adalah nenek moyang hobbit.

Kategorisasi ini juga didukung oleh peralatan batu dari Mata Menge, yang memiliki kemiripan mencolok dengan yang ditemukan di situs Liang Bua.

Peneliti juga mencatat bahwa peralatan batu lainnya yang telah ditemukan di Flores bertanggal satu juta tahun lalu, kisaran waktu yang sama dengan H. erectus yang tinggal di Jawa.

Dengan menggabungkan semua bukti, kronologi bagaimana H. erectus menetap di Flores dan kemudian menyusut ke ukuran hobbit seperti yang ditemukan di Mata Menge dan Liang Bua mulai terungkap.

Penggalian Lanjutan

Beberapa orang skeptis mungkin berpendapat bahwa tidak masuk akal Homo erectus menyusut hanya dalam rentang waktu 300.000 tahun. Tetapi, Direktur Human Origins Program di National Museum of Natural History Institusi Smithsonian, Rick Potts mengungkapkan bahwa ada studi kasus tercatat dari mamalia lain yang menyusut dengan cepat karena merespon sumber daya yang terbatas atau kurangnya predasi.

Misalnya, rusa merah di pulau Jersey menyusut menjadi seperenam dari ukuran aslinya hanya dalam waktu 6.000 tahun.

Temuan Hominid Baru di Situs Mata Menge Telusuri Evolusi Homo floresiensis 6

Dengan melanjutkan penggalian di Mata Menge, tim peneliti berharap dapat menemukan lebih banyak sisa-sisa tengkorak yang dapat memberikan deskripsi yang lebih kuat dari kerabat manusia ini, serta fosil lebih tua yang mungkin bisa membantu menghubungkan titik-titik perkembangan dan membentuk garis waktu yang kohern untuk “cabang aneh” di pohon evolusi kita.

“Saya pikir, Flores sendiri merupakan laboratorium kecil evolusi manusia yang pada akhirnya akan memungkinkan kita untuk memahami bagaimana tubuh manusia berkembang dalam merespon tekanan lingkungan,” ungkap Potts.

“Mungkin memang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya, tetapi saya pikir itu adalah kesempatan yang luar biasa,” pungkasnya.

Jadi, siapa sebenarnya manusia Mata Menge? Apakah dia Homo floresiensis atau Homo erectus? Atau sebenarnya dia merupakan leluhur hobbit, atau manusia jenis baru? Juga masih misterius.

(IndoCropCircles.com / Nature / DiscoveryNews / NatioanlGeographic)

Pustaka:

Orang Indonesia cenderung lebih kecil dari ras manusia lainnya seperti orang dari kebanyakan ras lain, termasuk ras Kaukasia yang tinggi.

Orang Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia, cenderung lebih kecil dari kebanyakan ras lain, termasuk ras Kaukasia yang lebih tinggi.

0 Responses "Ditemukan Lagi Di Pulau Flores: Fosil Misterius Manusia Katai Purba Ras Berbeda Berusia 700.000 Tahun Lebih Tua Dari Hobbit!"

Post a Comment