Lahir pada tahun 1878 di Austria, Franz Reichelt kemudian memantapkan dirinya di Prancis sebagai penjahit pakaian yang sohor dan sukses.
Ia menyewa sebuah apartemen di lantai 3 di 8 rue Gaillon dekat Avenue de l'Opera, yang disewanya sejumlah 1500 franc selama setahun sejak 1907. Di sana ia membuka usaha penjahitan baju yang kemudian dijual kepada orang-orang Austria yang datang ke Paris.
Beberapa sumber mengungkapkan bahwa ada motivasi tersendiri yang membuatnya sangat giat untuk menciptakan dan mendesain setelan parasutnya.
"Sejak Juli 1910, Reichelt mulai mengembangkan baju parasutnya," tulis Gabe Paoletti kepada All Thats Interesting dalam artikelnya berjudul The Story Of Franz Reichelt, The Man Who Died Jumping Off The Eiffel Tower, pada tahun 2021.
"Di tahun-tahun itu, ia telah menyaksikan perkembangan pesat pesawat terbang di masa awal kemunculannya dengan penuh pesona," tambahnya.
Tetapi, ketika ia membaca cerita tentang banyaknya kasus kecelakaan pesawat, Reichelt menjadi bertekad untuk membantu para pilot. Dari sana, ia mulai mengembangkan sebuah setelan parasut.
"Dia membayangkan sesuatu yang cukup ringan sehingga pilot bisa memakainya, dan cukup kuat sehingga bisa menyelamatkan nyawa pilot," lanjutnya.
Boneka demi boneka percobaan berparasut —dilempar dari apartemen Reichelt di Paris— dan mereka jatuh langsung ke permukaan Bumi begitu saja tanpa pendaratan yang baik.
Namun, Reichelt menjadi yakin bahwa masalahnya bukan terletak pada penemuannya, tetapi pada bagaimana dia mengujinya. Dia percaya bahwa dia perlu mengujinya dari ketinggian yang lebih tinggi dan apartemennya bukanlah tempat yang cukup tinggi.
"Setelan parasut itu belum sempat bersentuhan dengan udara, jadi saya membutuhkan lima puluh atau seratus meter, bukan dua puluh lima (apartemennya), maka hasilnya akan luar biasa," kenang Reichelt sebelum melakukan uji coba pertamanya.
Ia semakin termotivasi untuk mewujudkan penemuannya ketika Aéro-Club de France, menawarkan hadiah sebesar 10.000 franc kepada siapa saja yang dapat membuat parasut keselamatan untuk penerbang yang beratnya tidak melebihi 25 kg.
Menara Eiffel menawarkan hal yang ia butuhkan. Benar saja, pada 4 Februari 1912, Reichelt memanggil teman, jurnalis, dan juru kamera untuk menyaksikannya melompat dalam uji cobanya dari platform pertamanya, Menara Eiffel.
"Franz Reichelt mulai melobi polisi Paris untuk membiarkan dia menguji penemuannya dari Menara Eiffel. Setelah satu tahun, mereka akhirnya setuju," terang Paoletti.
Franz Reichelt tiba di Menara Eiffel pada pukul 7 pagi. Tapi yang membuat teman-temannya ngeri, saat menemukan ia tidak membawa boneka apapun sebagai instrumen uji cobanya.
"Yang para rekan jurnalis dan kameramen termukan adalah ia mengenakan setelan parasutnya sendiri, dan bermaksud mengujinya sendiri dengan tubuhnya," terusnya.
Banyak teman Reichelt, serta seorang penjaga keamanan yang bekerja di sana, mencoba meyakinkannya untuk tidak melompat. Tapi Reichelt tak bergeming, ia tidak terpengaruh.
Saat kerumunan di bawah menyaksikan, Reichelt berjalan ke platform pertama Menara Eiffel, sekitar 200 kaki (61 meter) dari tanah.
Sebelum melompat, seorang rekan penerjun payungnya telah memperingatkan Reichelt bahwa parasutnya tidak akan memiliki cukup waktu untuk (mengembang) digunakan.
Pada 8:22, Reichelt telah mencapai posisinya. Melangkah ke atas meja kecil di sebelah tepi peron, dia merobek koran dan mempelajari arah angin. Kemudian, dia melihat ke bawah lalu melompat dengan percaya diri.
Akhirnya, dalam persekian detik ia telah terjun. Parasutnya hanya terlipat di sekelilingnya, dan dia jatuh dengan keras ke rerumputan yang membeku.
"Dia jatuh sangat keras… darah menetes dari mulut, hidung, dan telinganya… lengan dan kaki kanannya remuk, tengkorak dan punggungnya patah. Ia tewas seketika," pungkasnya.
Meskipun polisi bergegas ke sisi Franz Reichelt, penjahit berusia 33 tahun itu telah meninggal karena luka-lukanya. Kejatuhannya telah meninggalkan lubang enam inci di tanah.
Dan hari ini, Reichelt tidak dikenang karena penemuannya, yang ia rancang dengan aspirasi yang paling tulus. Sebaliknya, dia diingat Paris dan dunia karena keangkuhannya.