Di desa kecil Giethoorn, Belanda, ketenangannya hampir seperti mimpi. Di sana, tidak ada kendaraan bermotor sama sekali. Bahkan, tidak ada jalanan untuk dilewati mobil atau motor.
Para penduduk lokal dan wisatawan yang mengunjungi Giethoorn, bergerak dengan cara yang 'tenang': menggunakan sepeda, perahu, atau berjalan kaki.
Tidak banyak yang bisa dilakukan di desa ini kecuali berjalan-jalan di antara rumah-rumah asri beratap jerami dan melintasi kanal labirin.
Nama Giethoorn berasal dari abad ke-13, bermula dari kisah para petani yang kehilangan ternak kambingnya dalam peristiwa air bah 1170. "Goat horn" atau "Geytenhoren" kemudian disingkat menjadi Giethoorn. Nama itu melekat hingga sekarang.
Dan berabad-abad setelah banjir besar, air terus menentukan sejarah dan lanskap kehidupan desa tersebut.
Di dekat Taman Nasional De Weerribben-Wielden, para pemerhati satwa liar mendaki lahan basan dan alang-alang rumah untuk bertemu dengan berang-berang hingga burung kormoran besar.
Anda juga dapat menikmati keindahan desa ini melalui jalur air–naik perahu dayung atau kano.
Tanpa suara bising dari kendaraan bermotor, suara alam menghidupkan pemandangan untuk semua indera.
Tips berkunjung ke Giethoorn
Untuk menikmati 'jam-jam emas' di Giethoorn, atur alarm Anda di pukul 6 pagi. Kemudian abadikan sejuknya suasana pagi di desa tersebut. Terutama di sepanjang jalur perairan atau kanal. Atau Anda juga bisa melakukannya di sore hari, tepat sebelum matahari terbenam.
Anda bisa berkunjung ke Giethoorn dengan menggunakan kereta dan bus. Untuk menghindari keramaian, pilih bulan April, Mei, Juni atau September. Tentu saja, weekdays jauh lebih sepi dibanding akhir pekan.
0 Responses "Damainya Giethoorn, Desa Tanpa Jalan Raya dan Kendaraan Bermotor"
Post a Comment