Sampai saat ini, bintang yang dianggap paling besar di alam semesta adalah VY Canis Majoris, yang terletak di gugus bintang Canis Major, dengan jarak sekitar 4.900 tahun cahaya dari Bumi. Sebegitu besarnya, VY Canis Majoris termasuk bintang yang paling terang cahayanya.

VY Canis Majoris diketahui pertama kali berdasarkan catatan Jerome Lalande pada 7 Maret 1801. Catatan itu menyebutkan VY Canis Majoris sebagai 1 di antara 7 bintang besar di alam semesta, dengan suhu sekitar 3.000 K—termasuk dingin untuk sebuah bintang bercahaya. Sampai saat ini, para ilmuwan belum menemukan bintang lain yang lebih besar dan lebih masif dibanding VY Canis Majoris.

Berbeda dengan bintang-bintang besar lain, VY Canis Majoris merupakan bintang tunggal, dan bukan sistem bintang yang ada dalam tata surya. Ukuran bintang tersebut sangat besar, jika dibandingkan dengan tata surya kita. 

Diameternya sekitar sembilan kali jarak Matahari ke Bumi, atau sekitar 3.063.000.000 kilometer. Jika diukur dengan kecepatan cahaya, VY Canis Majoris memerlukan jarak tempuh 8 jam kecepatan cahaya untuk dapat mengitarinya satu putaran.

VY Canis Majoris dapat dibilang bintang yang sekarat. Seperti bintang besar lain di alam semesta, VY Canis Majoris menjadi sangat besar karena bahan bakar yang berupa hidrogen telah habis di dalamnya, dan mulai menggabungkan hidrogen dengan kulit luar dari inti helium. 

VY Canis Majoris bahkan dapat lebur bersama helium, lithium, dan sebagainya. Nantinya, ia akan memiliki inti yang terdiri dari besi, sebagaimana planet.

Akhirnya, setelah reaksi fusi dari terbentuknya inti besi tersebut, mereka tidak lagi menghasilkan energi, sehingga tidak mampu mengimbangi tekanan gravitasi yang dihasilkan oleh bintang. Ketika semua bahan bakar fusi habis, bintang akan runtuh serempak dalam sebuah ledakan supernova, dan akan menjadi lubang hitam atau black hole. 

Seperti disebutkan di atas, sampai saat ini para ilmuwan belum menemukan bintang lain yang lebih besar dibanding VY Canis Majoris. Namun tidak menutup kemungkinan di masa-masa mendatang mereka akan menemukan bintang lain yang massanya lebih besar.
 


 Bumi telah ada jauh-jauh hari sebelum ada manusia yang menjadi penghuninya. Bahkan, bumi telah terbentuk sebelum ada nakhluk-makhluk lain semisal hewan dan tumbuhan. Kenyataan itu bisa ditelusuri melalui fosil-fosil yang ditemukan, terkait fosil manusia, fosil hewan, dan fosil tumbuhan, yang dibandingkan dengan usia bebatuan tertentu di bumi.

Bagaimanakah wujud bumi ketika kehidupan belum ada di dalamnya? Bagaimana bumi bisa mewujud seperti yang sekarang kita kenal, dengan berbagai wilayah kehidupan, serta aneka makhluk hidup di dalamnya?

Dalam sejarah pelanet bumi, perubahan-perubahan bentuk fisiografis dan iklim selama pembentukannya terjadi dalam proses yang sangat besar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi yang paling ekstrem selama seribu tahun pertama terbentuknya bumi, sebelum biosfir terbentuk di permukaan bumi.

Relik-relik tumbuhan dan binatang yang telah menjadi fosil di permukaan kerak bumi, yang pada zaman geologis berada di atas permukaan bumi sebelum munculnya manusia, menunjukkan bahwa daerah-daerah yang sekarang bersuhu dingin dahulunya memiliki iklim tropis.
Terdapat beberapa penjelasan mengenai perubahan-perubahan iklim yang terjadi ketika bumi pertama terbentuk hingga sekarang. Pendapat yang mendekati fakta yang ada saat ini adalah bahwa sumbu bola bumi melengkung tajam, dan wilayah yang kini menjadi kutub utara dan selatan dahulu berada di dekat ekuator.

Penjelasan lain menyebutkan bahwa benua-benua yang ada sekarang telah mengalami pergeseran, dan bergerak melintasi permukaan bumi seperti kayu-kayu yang bergerak di sepanjang rawa, bukan seperti batu yang diam di satu tempat.

Pandangan mengenai fosil-fosil tumbuhan dan hewan tropis yang ada di wilayah non-tropis merupakan sebuah permasalah pada zaman geologis yang sudah ada selama jutaan tahun, sebelum munculnya hominid (yang sekarang kita kenal dengan manusia dan primata) pertama.

Kemunculan hominid di lapisan kehidupan bersamaan dengan perubahan iklim di bumi merupakan serangkaian periode glasial yang bergantian dengan proses mencairnya lapisan es selama zaman pleistosin, berlangsung kurang lebih dua juta tahun terakhir.

Selama periode glasial, permukaan bumi tidak seluruhnya tertutup oleh lapisan es, tampaknya sebagian besar wilayah yang tertutup hanya di bagian dua kutub dunia saja, dengan beberapa bagian di wilayah pegunungan tinggi dekat ekuator.

Terbentuknya es di beberapa wilayah membuat volume air laut turun cukup drastis di seluruh wilayah bumi. Terbentuk wilayah-wilayah baru akibat dari merosotnya volume air laut tersebut. Selain itu, daratan baru yang muncul membuat manusia dan hewan melakukan perjalanan darat mencari wilayah baru, mengingat perjalanan melalui jalur laut belum ditemukan.


Kita tentu akrab dengan krim wajah, khususnya para wanita yang biasa menggunakan kosmetik untuk mempercantik diri. Kita pun mungkin mengira bahwa krim wajah adalah temuan baru atau sesuatu yang baru ada di zaman modern.

Ternyata perkiraan itu keliru. Krim wajah ternyata sudah ada sejak zaman Romawi kuno, atau sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.

Para ekspeditor dari perusahaan Pre-Construct Archaelogy (PCA) menemukan sebuah wadah berdiameter 6 centimeter yang berisi krim wajah milik seorang wanita dari zaman Romawi kuno.

Wadah itu ditemukan di situs kuil Romawi, yang dulu dibangun sebagai persembahan untuk dewa Mars Camulus. Krim tersebut berasal dari sekitar tahun 150 M. Krim ini sekarang dipajang di Museum of London.

Meskipun telah berusia ribuan tahun, krim wajah itu terawetkan dengan baik, sehingga sidik jari pemakainya masih bisa terlihat, bahkan hanya dengan mata telanjang sekalipun.

Tim PCA pun dapat meniru isi produk krim itu dari bahan-bahan yang baru. Bahan-bahan utama krim wajah itu adalah lemak hewani yang dicampur pati dan mineral timah oksida.

Penemuan unik ini lalu dianalisis secara kimia oleh Richard Evershed dari University of Bristol, yang sering melakukan percobaan-percobaan unik, seperti mencari tahu komposisi obat, makanan, dan kosmetik kuno.

Percobaan-percobaan itu biasanya ia lakukan dengan cara meneliti sisa-sisa yang terdapat di alat makan, pot, atau tembikar yang berasal dari zaman tersebut.

Jadi, apa saja sebenarnya isi krim wajah tersebut? Dari penelitian yang dilakukan pada 2004, tim ilmuwan Richard Evershed mengumumkan bahwa krim wajah yang mereka namakan "krim Londinium" tersebut sebagian besar terdiri dari lemak hewani, kemungkinan besar sapi atau domba.

Mereka juga menemukan pati, yang kemungkinan didapat dengan cara merebus akar dan biji-bijian dalam air. Sebagai tambahan, krim itu juga mengandung mineral timah dioksida bernama cassiterite, yang rumus kimianya adalah SnO2.

Tekstur krim itu lembut dan nyaman ketika dioles di kulit. Meskipun awalnya akan terasa berminyak, karena lemak hewani yang digunakan, tekstur berminyak itu terkalahkan oleh tekstur yang lembut dan terasa seperti bedak karena pati yang terkandung di dalamnya.

Dalam pembuatan kosmetik modern pun, pati masih sering digunakan untuk memberikan tekstur lembut. Penambahan SnO2 adalah untuk memberi warna putih ke dalam krim tersebut. Wanita-wanita zaman Romawi kuno senang memiliki kulit wajah yang terang, sehingga krim itu dulu juga mungkin digunakan sebagai alas bedak.




 


Kiamat tidak saja sesuatu yang mengerikan di masa depan, namun juga sesuatu yang nyaris terjadi di masa lalu. Setidaknya, itulah simpulan yang berhasil diambil dari penelitian para ilmuwan.

Medan magnet bumi, yang melindungi makhluk hidup dari radiasi solar intens, ternyata hampir ambruk 565 juta tahun yang lalu, seperti disimpulkan sebuah penelitian yang terbit di Jurnal Nature Geoscience.

Apabila medan magnet ambruk, kehidupan di Bumi sudah pasti menghadapi tantangan berat, karena atmosfer planet akan menghilang, lantas mengikis permukaan dengan radiasi berbahaya.

Untungnya, inti cair planet bumi mulai berubah solid di akhir periode Ediacaran, menurut sebuah penelitian. Peristiwa ini kemudian mengisi ulang muatan medan magnet di titik terlemahnya. Kini, setengah miliar tahun kemudian, medan magnet Bumi sepuluh kali lebih kuat dari era tersebut.

Sekelompok ilmuwan yang dipimpin Richard Bono, seorang peneliti palaeomagnetisme dari University of Rochester, menggunakan kristal kuno dari sebuah lokasi dekat kota Sept-Iles, Quebec, untuk mengonstruksi ulang garis waktu proses “nuckleasi” inti planet bumi, juga disebut solidifikasi.

Di satu titik, diduga inti planet Bumi sepenuhnya berbentuk cairan. Jujur saja, pertanyaan 'kapan sesungguhnya inti ini mulai menjadi solid?' sering kali membuat ilmuwan pusing tujuh keliling selama beberapa dekade terakhir. Sebelumnya, ada dugaan ini terjadi antara 500 juta tahun yang lalu hingga 2,5 miliar tahun lalu. Tim Bono kini berhasil menyajikan bukti bahwa proses nukleasi baru dimulai 565 juta tahun yang lalu.

Inti planet Bumi terbuat dari campuran besi-nikel yang panasnya hampir sama dengan permukaan Matahari (sekitar 5.430 derajat Celsius). Inti ini dikelilingi bagian cair yang menggerakkan magnetisme Bumi lewat siklus konveksinya. Inti ini perlahan-lahan berkembang dengan cara “membekukan” besi dan nikel cair menjadi padat, sebuah proses yang memompa panas ke dalam inti dan mendorong medan magnet Bumi.

Kristal adalah kunci dari penelitian, karena medan magnet Bumi meninggalkan jejak pada beberapa mineral dengan cara memengaruhi arah dan orientasi pembentukan kisi-kisi mereka. Peneliti memeriksa feldspar dan kristal piroksen dari bebatuan era Ediacaran yang ditemukan dekat Sept-Iles, yang menunjukkan bahwa medan magnet sempat kacau balau di akhir periode Ediacaran dengan cara membalikkan polaritasnya 20 kali dari kecepatannya sekarang.

Itu adalah tanda-tanda dari kehancuran geodinamo, lapor tim. Fakta bahwa medan justru bertambah kuat semenjak kejadian tersebut, semakin memperkuat teori bahwa proses nukleasi dimulai dan memberikan dinamo Bumi energi yang dibutuhkan untuk mempertebal medan.

Garis waktu yang diajukan Bono dan kolega peneliti, menyiratkan proses nukleasi terjadi sebelum ledakan Era Cambrian, sebuah periode evolusioner 541 juta tahun lalu yang menghasilkan kehidupan, termasuk memunculkan banyak nenek moyang binatang masa kini.

Bukti dari magnetisme lemah di akhir periode Ediacaran mendorong beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa Bumi sempat mengalami radiasi esktrem tanpa medan magnet yang kuat. Peristiwa ini menyebabkan kepunahan besar di masa lalu. Organisme yang bertahan hidup di era ini kemungkinan yang bisa banyak bergerak atau spesies berkulit tebal, yang sanggup melindungi diri dari radiasi, dan kemudian berkembang pesat di awal periode Cambrian.

Bono dan koleganya mengakui temuan mereka memiliki korelasi, bahkan terkesan membenarkan, spekulasi di atas. Tapi perlu diingat,belum ada konsensus umum tentang apakah medan magnet lemah berhubungan dengan peristiwa ledakan Cambrian.

"Intensitas medan geomagnetik super rendah di era Ediacaran sangat menarik," seperti dikutip dari penelitian tersebut. "Narasi bahwa menurunnya perlindungan magnet memiliki dampak besar dalam evolusi binatang sangat kontroversial."

Akan butuh lebih banyak penelitian untuk menempa pengertian kita tentang bagaimana dan apabila fluktuasi intensitas magnetik Bumi mempengaruhi proses evolusi makhluk hidup.

Dengan cara menawarkan bukti meyakinkan ke dalam debat perihal inti Bumi, Bono dan koleganya telah melengkapi satu bagian penting ke dalam puzzle besar soal rahasia masa lalu planet yang kita huni sekarang.


Hoax mungkin istilah yang terdengar modern, khususnya setelah internet menjadi bagian kehidupan banyak orang. Kenyataannya, berita hoax memang banyak yang muncul di internet.

Tetapi, ternyata, hoax telah ada sejak zaman kuno, setidaknya pada era ketika internet belum dikenal secara luas. Lebih dari seratus tahun yang lalu, manusia sudah mengenal hoax, sudah memproduksi hoax, dan sudah pernah dibohongi oleh hoax.

Di antara hoax yang pernah muncul di masa lalu, berikut ini lima yang pernah menghebohkan dunia.

Raksasa Cardiff (1869)

Sebuah foto menunjukkan ada beberapa orang mengelilingi sosok seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari ukuran tubuh manusia pada umumnya.

Sosok tersebut merupakan hasil dari penggalian beberapa pekerja pada tanggal 16 Oktober 1869 di Cardiff, New York. Tentu saja banyak yang percaya bahwa ada raksasa yang benar-benar hidup di zaman dahulu kala.

Ternyata, setelah ditelusuri kebenarannya, sosok yang disebut Raksasa Cardiff tersebut merupakan hasil karya seseorang bernama George Hull.

Hull membuat sosok raksasa tersebut, karena sebelumnya pernah berdebat keras dengan seorang wakil gereja. Hull berpendapat bahwa pada zaman dahulu, bumi dihuni oleh banyak raksasa.

Untuk lebih menjadikan berita hoax-nya dipercaya banyak orang, Hull menyewa sejumlah pekerja untuk menggali sebuah tempat yang di dalamnya telah 'diisi' raksasa buatan tersebut.

Monster Loch Ness (1934)

Danau Loch di Skotlandia merupakan salah satu tempat wisata yang sangat digemari oleh para wisatawan. Selain tempatnya yang indah, di sana juga beredar rumor bahwa di dalamnya ada hewan raksasa yang dikenal dengan nama Nessie atau Loch Ness.
Bahkan rumor mengenai keberadaan Nessie di danau tersebut ditambah lagi dengan sebuah foto hitam putih yang menunjukkan hewan itu sedang menjulurkan kepalanya ke luar permukaan danau, pada tahun 1934.

Awalnya, banyak orang percaya bahwa foto tersebut nyata. Namun, pada tahun 1990, Discovery Channel melakukan analisis dan menyatakan bahwa foto tersebut hanyalah rekayasa.

Sang fotografer atau pemilik foto tersebut, Robert Kennert Wilson, tidak berkenan untuk diadili, karena sejak awal dia hanya mengatakan bahwa ada sesuatu di dalam air dan dia tidak mengatakan bahwa ada Loch Ness menampakkan diri.

Kerangka Putri Duyung (1842)

Legenda mengenai Putri Duyung sampai sekarang belum dapat dibuktikan oleh peneliti, dan masih dianggap sebagai cerita rakyat atau mitos atau legenda.

Namun, pada tahun 1842, sebuah pameran yang dihelat oleh P.T Barnum menampilkan sebuah sosok yang diklaim sebagai kerangka Putri Duyung. Banyak yang mempercayai bahwa Feejee Mermaid atau Fiji Mermaid memang benar-benar ada.

Namun, apa yang telah dipercaya oleh banyak orang tersebut ternyata hanyalah rekayasa yang terbuat dari kertas, badan orangutan, kepala monyet, dan bagian bawah ikan.

Diciptakannya rekayasa kerangka Putri Duyung ini hanya untuk mengejar popularitas, dan agar dapat dijual dengan harga tinggi.

Manusia pertama di bumi (1912)

Di tahun 1912, ada satu penemuan tengkorak manusia yang ditemukan di daerah bernama Piltdown, Inggris. Karena itulah, tengkorak tersebut dinamakan Piltdown Man.

Beragam pameran dilakukan dengan menampilkan Piltdown Man ini sampai tahun 1953. Namun, ternyata, tidak semua arkeolog dan para pakar percaya bahwa tengkorak itu otentik.

Setelah dilakukan penelitian, akhirnya ditemukan jawaban bahwa tengkorak tersebut merupakan gabungan antara manusia (bagian atas) dan orangutan (rahang bagian bawah) yang sengaja disambung.

Mayat alien (1995)

Pada tahun 1995, seseorang bernama Ray Santilli mengklaim bahwa dia mempunyai video super-rahasia yang didapat atau direkamnya dari kawasan militer.

Video tersebut memperlihatkan ada sebuah autopsi terhadap sebuah jasad alien yang didapatkan dari kecelakaan sebuah pesawat luar angkasa, dan dikenal dengan nama Roswell UFO (1947).

Anehnya, setelah mengklaim bahwa video tersebut otentik, dua hari setelahnya Santilli mengatakan bahwa video itu hanyalah rekayasa, dan alien yang ditampilkan adalah buatan.
 


Major Mass Extinction atau Mass Cataclysm (kehancuran luar biasa/kepunahan massal) sudah pernah terjadi sebanyak 5 kali di bumi. Lima peristiwa ini dikemukakan oleh Jack Sepkoski dan David M. Raup, dan dijuluki sebagai ‘The Big 5’.

Peristiwa seperti ini jauh di luar jangkauan adaptasi makhluk hidup, karena efek yang masif pada iklim bumi dalam waktu yang relatif singkat. Minimalnya, setiap peristiwa ini bisa memusnahkan lebih dari 65% spesies yang ada pada saat itu. Berikut 5 Major Mass Ectinction yang sudah pernah melanda bumi.

O-S Extinction, 444 juta tahun lalu

Peristiwa Great Cataclysm pertama dalam sejarah kehidupan di planet bumi adalah O-S Extinction. O-S merupakan singkatan Ordovician–Silurian. Extinction merupakan peristiwa kepunahan massal yang mengakhiri era Ordovician, masa dimana dinosaurus baru akan muncul beratus juta tahun lagi.

Di zaman ini, kehidupan masih berorientasi di lautan (baru sedikit hewan darat). Peristiwa ini memusnahkan sekitar 86% spesies yang hidup pada zaman itu.

Penyebab kepunahan massal dalam peristiwa ini sangat kompleks dan saling menguatkan dengan berbagai teori. Mulai dari teori adanya paparan sinar gamma dari Hypernova (ledakan bintang yang bahkan jauh lebih kuat dari Supernova, berasal dari bintang yang jauh lebih besar dari matahari) yang berjarak 6000 tahun cahaya dari bumi, sampai logam beracun yang mengontaminasi dari batuan di dasar lautan.

Late Devonian Extinction, 375 juta tahun yang lalu

‘Kiamat’ kembali melanda kehidupan di bumi, tepatnya di akhir era Devonian. Kehidupan sudah memiliki tanaman berbentuk pohon (sudah tidak lagi perdu) yang tersusun atas lignin (hasil evolusi, suatu struktur yang kuat namun juga fleksibel).

Kehidupan masih menjadi milik hewan lautan dengan spesies dominan berupa trilobites (spesies ini dulu merajai bumi, jauh sebelum dinosaurus, dia bertahan di bumi lebih dari 270 juta tahun). Namun, dengan munculnya Cataclysm, sangat banyak spesies yang punah dan terutama makhluk yang tinggal di lautan.

Total peristiwa Cataclysm ini memusnahkan kurang lebih 75% spesies yang hidup pada masa itu.

Penyebab yang paling pasti dari peristiwa ini adalah Algal Bloom. Kenapa bisa? Jawabannya ada dari keberadaan tanaman pohon itu sendiri. Tanaman pohon yang akarnya jauh tertancap ke dalam bumi. Hal ini melepaskan nutrient ke samudra (hampir mirip peristiwa Eutrofikasi enceng gondok akibat pemakaian pupuk berlebih).

Hal ini menyebabkan algae tumbuh dan hidup subur di samudra, lalu menggunakan hampir seluruh oksigen yang ada di samudra. Sisanya dapat bisa ditebak, makhluk hidup di lautan musnah akibat kehabisan oksigen.

Permian Extinction, 251 juta tahun lalu

Akhirnya kita sampai pada suatu peristiwa kepunahan massal terbesar, terburuk, yang pernah menimpa kehidupan di planet bumi. Suatu Cataclysm yang kemudian dijuluki “The Great Dying”. Terjadi di akhir era Permian, menjadi suatu bentuk pukulan telak bagi kehidupan yang ada di bumi saat itu.

Bagaimana tidak, 96% dari seluruh spesies yang ada di bumi saat itu musnah total. Semuanya, mulai dari trilobites (yang masih bertahan dari kejadian Devonian Event) sampai hampir seluruh hewan darat dan lautan jadi korban. Kepunahan dinosaurus (yang masih terjadi di masa depan) terlihat sebagai bencana ‘kecil-kecilan’ bila dibandingkan peristiwa ini.

Apa yang menyebabkan peristiwa ini sedemikian mematikan bagi kehidupan saat itu? Pertama, penyebab peristiwa ini adalah erupsi gunung berapi, yang sekarang menjadi daerah Siberia.

Bumi menjadi neraka bagi kehidupan saat itu. Arus air laut terhenti akibat iklim yang ekstrem, menyebabkan hampir seluruh makhluk hidup di laut mati karenanya. Hanya sebagian kecil kehidupan yang selamat dari bencana itu.

Tr-J Extinction, 200 juta tahun lalu

Lanjutan kehidupan dari 4% spesies yang tersisa dari Permian Extinction. Setelah bersusah payah dibentuk oleh evolusi baru, kembali menghadapi Great Cataclysm lainnya.

Walaupun tidak sebesar pengaruh kejadian sebelumnya, kemusnahan sekitar 80% spesies yang ada menyebabkan perubahan sangat besar bagi kehidupan yang ada di bumi. Peristiwa ini terjadi di akhir masa Triassic, dan tepat sebelum benua besar Pangaea mulai pecah.

Mungkin beda dari peristiwa lain di daftar ini, penyebab Triassic–Jurassic Event masih belum dapat dipastikan kebenarannya. Beberapa teori dikemukakan, seperti Collision atau tabrakan asteroid, sampai perubahan iklim akibat Green House Effect (dikemukakan sebagai dampak sekunder yang timbul dari peristiwa ‘The Great Dying’ sebelumnya).

Yang jelas, dampak yang ditimbulkan sangat besar, jadi apa pun Cataclysm yang terjadi, dipastikan itu merupakan bencana yang sangat besar.

Tapi selain hal mengerikan mengenai kepunahan tersebut, peristiwa ini menggulirkan babak baru dalam sejarah kehidupan bumi. Kepunahan hewan seperti Archosaurs, Therapsids, dan lainnya, memberikan kesempatan bagi Dinosaurus untuk menguasai planet bumi.

K-Pg Extinction, 65 juta tahun lalu

Cretaceous-Paleogene Extinction adalah peristiwa yang menyebabkan kepunahan seluruh Dinosaurus (walau beberapa Dinosaurus terbang masih bisa selamat dari peristiwa ini). Tak cuma dinosaurus, hewan yang menguasai lautan saat itu, seperti Ammonites, juga musnah. Total kejadian Mass Extinction yang terakhir kali terjadi ini menghilangkan 76% spesies di bumi kala itu.

Penyebabnya, seperti yang kita ketahui, adalah tabrakan asteroid yang luar biasa. Tapi sebenarnya tabrakan asteroid yang setara dengan 100 teraton TNT hanyalah pukulan 'pamungkas' dari serangkaian bencana yang sudah lebih dahulu terjadi.

Lagi-lagi, aktivitas vulkanik yang menyebabkan perubahan iklim ekstrem di bumi saat itu, menghambat aliran samudra, dan sebagai konsekuensinya membunuh banyak sekali makhluk laut pada saat itu.

Tabrakan asteroid yang terkenal itu lebih memberikan dampak terhadap hewan darat seperti Dinosaurus. Untungnya, beberapa hewan mamalia dapat selamat dari kejadian ini, dan memberikan lanjutan sejarah bagi kehidupan (nenek moyang semua mamalia yang kita lihat sekarang).

 Misteri air sungai yang berubah jadi hijau terang. Sungai Goldstream di Kanada sesuai namanya yang berarti 'aliran emas' warna airnya secara aneh berubah menjadi hijau terang atau hijau neon. Sungai yang melintasi kota Langford di British Columbia, nampak seperti hasil akhir bencana radioaktif.



Belakangan diketahui, penyebab berubahnya air sungai yang awalnya misterius itu ternyata adalah akibat dari pemakaian senyawa organik yang digunakan sebagai pewarna untuk menguji sistem air. Namun, pejabat setempat mempertanyakan kejadian tersebut. Sebab, saat itu tak ada tes yang dilakukan.

Adalah Tyson Elder(24)  dan teman-temannya yang menyusuri sungai untuk memoto elang botak atau Bald Eagles saat melihat air sungai berwarna hijau terang pada 29 Desember 2010. "Dari kejauhan yang bisa aku lihat adalah warna hijau terang," kata dia, seperti dimuat Daily Mail. "Melihat sesuatu berwarna seterang itu sangat tak terduga dan agak mengerikan, terutama karena wilayah itu adalah tujuan wisata populer."

Pada musim dingin, tambah dia, elang-elang gundul diketahui bersarang di sekitar sungai itu, Tyson dan rekan-rekannya khawatir berubahnya warna air sungai mengancam jiwa para binatang. Berita aliran sungai berwarna hijau neon menyebar cepat setelah Tyson mengunggah gambar itu di Twitter-nya.


Kata Tyson, saat itu, warna hijau menyebar sepanjang 400 meter selama sekitar 3 jam. Tak hanya mengambil gambar, ia dan rekannya juga merekam dan mengunggahnya ke YouTube. Video itu langsung melejit dan ditonton lebih dari 550 ribu orang. Sebaliknya, kepala pemadam kebakaran Langford, Bob Beckett menduga, warna hijau di sungai itu adalah kerjaan orang iseng. "Itu seperti sebuah tipuan, kami akan menyelidiki kasus ini," kata dia.

Apakah pewarna hijau membahayakan? Pejabat Kesehatan Vancouver mengatakan zat fluorescein, yang juga digunakan sebagai penanda dalam prosedur medis, meski tak beracun, dapat menyebabkan reaksi alergi. "Itu tidak memiliki toksisitas yang tinggi, tetapi dapat menyebabkan reaksi alergi," kata petugas medis, Murray Fyfe.

Sejauh ini tidak dilaporkan adanya kematian ikan atau binatang lain secara massal gara-gara sungai yang berubah jadi hijau. Menurut harian, Montreal Gazette, hanya dalam waktu satu jam, warna sungai kembali normal.


Para ilmuwan telah menemukan sisa-sisa fosil reptil laut raksasa dari zaman dinosaurus.
 Awalnya ditemukan di Pulau Seymour Antartika selama ekspedisi sepanjang tahun 1989, spesimen pemecah rekor ini, merupakan yang terberat dari jenisnya yang pernah ditemukan, serta membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk digali.
 Diyakini berasal dari era Cretaceous, 'monster laut' prasejarah ini adalah elasmosaur, yaitu sejenis plesiosaurus yang terlihat seperti manatee besar dengan leher yang sangat panjang dan empat sirip. 
Berukuran hampir 40 kaki (12 meter lebih) panjangnya dan berbobot hingga 15 ton, makhluk besar ini akan menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di lautan pada saat Tyrannosaurus rex menjelajahi tanah.


 Mereka yang punya pengalaman mendekati kematian kerap bercerita melihat sinar yang sangat terang atau berjalan melintasi lorong cahaya, sebelum akhirnya tersadar dan kembali ke dunia nyata. Fenomena yang masih diselimuti kabut misteri itu mulai sedikit terkuak.

Satu dari 10 pasien penyakit jantung yang mendapat serangan jantung dilaporkan sering mengalami fenomena cahaya, atau merasakan damai dan ketenangan yang luar biasa.

 Para ahli dalam laporannya di jurnal Critical Care mengatakan, fenomena cahaya tersebut diduga berasal dari karbondioksida. Hasil uji pada 52 pasien penyakit jantung didapati bahwa kadar gas buang gas dalam tubuh orang yang hampir meninggal rata-rata lebih tinggi dari 11.

Pengalaman bersentuhan dengan "dunia sana" itu, menurut para ahli, disebabkan karena matinya sel-sel otak akibat kekurangan oksigen (anoxia). Pendapat lain menyebutkan, hal itu terjadi karena tingginya kadar karbondioksida dalam tubuh orang yang hampir mati.

Studi sebelumnya menemukan bahwa pemberian napas bantuan dengan karbondioksida bisa menimbulkan rasa halusinasi yang mirip dengan pengalaman orang-orang yang mati suri tersebut. Studi lain menyebutkan, efek pembiusan dalam operasi juga bisa menimbulkan halusinasi.

Namun, belum diketahui mengapa dalam tubuh pasien serangan jantung terdapat kadar karbondioksida yang tinggi. "Ini adalah bagian lain dari teka-teki yang harus dipecahkan," kata Zalika Klemenc-Ketis, salah seorang peneliti.

Ahli jantung, Dr Pim van Lommel, yang juga pernah mengalami mati suri, mengatakan, fenomena cahaya adalah misteri besar dalam hidup manusia. "Sampai saat ini belum ada kajian ilmiah yang bisa menjelaskannya secara memuaskan," katanya.


 Dalam sebuah artikel di NewsMax, Stephen Hawking menyebut bahwa lubang hitam mempunyai pintu ke luar. Dengan demikian, fisikawan termasyhur itu percaya bahwa lubang hitam mungkin bukan sebuah ruang tanpa pintu menuju tempat lain, seperti yang selama ini banyak orang kira.

Dalam teorinya yang terakhir, seperti dikutip oleh BusinessInsider, Hawking memperkirakan penjelajah ruang angkasa bisa lolos dari lubang hitam, namun mereka tidak bisa kembali ke alam tempat mereka berasal

Awalnya, lubang hitam dipercaya sebagai akhir dari keberadaan alam semesta, namun Hawking berargumentasi bahwa lubang hitam tidak sehitam seperti yang mereka bayangkan.

"Benda yang bisa keluar dari lubang hitam mungkin bisa keluar, dan mungkin bisa keluar ke alam semesta lainnya." ujar Hawking, seperti dilansir UniversityWorldNews.com

Dengan demikian, siapa pun yang masuk ke lubang hitam tidak akan bisa kembali ke alam semesta kita lagi.

"Jadi meskipun saya berada di sekitar tempat penerbangan, saya tidak akan mencobanya," kelakar Hawking.

Berdasarkakan temuan arkeolog, Bangsa Amazon bukan cuma mitos macam di film 'Wonder Woman'. Perempuan dari bangsa nomaden di pegunungan adalah inspirasi orang Yunani saat menulis kisah Amazon.

Jika mengacu mitologi Yunani kuno, Bangsa Amazon—yang dikisahkan seluruh penduduknya adalah perempuan tangguh—terkesan cuma takhayul. Sumber cerita tentang Amazon mayoritas dari legenda pahlawan-pahlawan mitologi Yunani. Bangsa Amazon terkesan hanyalah alegori untuk ambisi lelaki "menjinakkan" perempuan yang punya pendirian.

Dalam kisah-kisah Yunani Kuno, perempuan Amazon adalah target para pahlawan lelaki untuk dilawan, ditiduri, atau paling baik jadi pembantu sepanjang perjalanan si lelaki menaklukkan musuh. Makanya, Ratu Amazon, bernama Antiope, dalam cerita klasik Yunani diculik Raja Theseus lalu dipaksa jadi istrinya. Hilang sudah semua sifat tangguhnya sebagai perempuan Amazon.

Komik dan selanjutnya adaptasi film Wonder Woman semakin menabalkan citra perempuan Amazon hanyalah hasil imajinasi manusia. Tafsirannya makin progresif, tapi tetap saja bangsa seluruh penghuninya perempuan yang egalitarian, maju, dan tangguh hanya ada di khayalan.

Tak heran bila banyak sejarawan menyimpulkan kisah Amazon adalah cara Bangsa Yunani menafsirkan dunia. Mirip epos Mahabarata atau Ramayana bagi Bangsa India.

Rupanya, kesimpulan itu terlalu prematur. Setidaknya, jika kita melihat artefak seni Bangsa Yunani kuno. Kalau merujuk karya-karya seni tersebut, suku perempuan kuat itu benar ada.

Sebagian pakar arkeologi kini menduga Bangsa Amazon yang menginspirasi seniman Yunani masa lalu dalam menyusun mitologi adalah orang-orang Scythian. Itu julukan untuk suku nomaden di dataran Stepa, dekat Pegunungan Kaukasus. Peradaban Scythian diduga kuat paling berkembang selama kurun tahun 900 hingga 200 Sebelum Masehi.

Sosok perempuan Scythian yang tangguh, dan diduga kuat jadi inspirasi cerita soal Amazon, kini menjadi topik pameran British Museum. Pameran barang-barang antik itu diberi tajuk Scythians: warriors of ancient Siberia.

Bangsa Scythian sudah biasa berpindah-pindah dari Benua Eropa ke Asia. Lokasi pekuburan bangsa nomaden ini dapat ditemukan di Pegunungan dekat Siberia, Laut Hitam, Turki, sampai Cina modern.

Selama ini, arkeolog mengira yang dikuburkan adalah laki-laki Scythian, karena kerangka itu dikeliling senjata macam pedang, panah, tameng, perisai, atau cambuk. Di era itu, sangat tidak lazim perempuan dikuburkan dengan alat perang.

Analisis DNA yang lebih maju beberapa tahun terakhir mengungkap betapa kelirunya asumsi arkeolog dulu. Setelah diteliti, ternyata sebagian tulang belulang dipastikan berjenis kelamin perempuan. Lebih spesifik lagi, sepertiga tulang perempuan Scythian yang ditemukan di berbagai kuburan kuno itu memiliki luka-luka akibat kekerasan, hampir pasti dampak dari pertempuran. Dari sanalah para pakar semakin yakin, pasukan tempur Bangsa Scythian juga terdiri atas personel perempuan.

"Sebenarnya dari dulu ilmuwan juga sudah menduga kalau mitologi Amazon itu didasarkan pada prajurit perempuan tangguh yang benar-benar ada di dunia, setidaknya sezaman dengan peradaban Yunani kuno," kata Adrienne Mayor, pakar peradaban kuno dari Universitas Stamford.

"Penemuan tulang belulang yang memiliki luka peperangan itu membuktikan kalau sosok perempuan tangguh di masa lalu bukan khayalan."

Namun, benarkah perempuan Scythian seperti gambaran mitologi Bangsa Amazon?

Jika merujuk pada artefak yang tersisa, misalnya yang ditemukan pakar di Kazakhstan, cukup sulit membuat spekulasi apa pun. Soalnya, bangsa nomaden ini belum mengenal peradaban tulis, walaupun sudah pasti punya bahasa tutur. Pakar hanya bisa berharap deskripsi Yunani Kuno sebagian menggambarkan kenyataan perempuan Scythia.

Masalahnya, banyak detail soal perempuan tangguh Amazon dipastikan dilebih-lebihkan. Misalnya gambaran para prajurit perempuan itu membangun peradaban mandiri tanpa lelaki, dengan cara bersetubuh dengan orang asing, lalu hanya merawat perempuan.

Cerita itu dipastikan cuma fantasi. Begitu pula anekdot perempuan Amazon memotong satu payudaranya agar bisa lebih akurat memanah, sudah pasti khayalan semata. Sebab, perempuan modern membuktikan bisa memanah sama presisi seperti lelaki, walau punya dua payudara yang utuh.

Cerita-cerita itu kemungkinan berasal dari tafsir penulis Yunani kuno, bernama Hellanikos. Dia bilang, kata Mazon dalam bahasa kuno artinya buah dada. Sehingga Amazon artinya "hanya punya satu buah dada."

Berdasarkan penelusuran pakar masa sekarang, keterangan Hellanikos keliru. Sumber kisah Amazon justru didasarkan pada seorang prajurit perempuan gagah berani, bernama Ratu Amezan.

Salah satu keterangan penulis Yunani yang bisa dipercaya, pada akhirnya, adalah deskripsi prajurit perempuan Scythian memanah dari atas kuda di belakang barisan tempur lelaki. Mayor, yang mendalami berbagai kitab klasik seputar Amazon, menyatakan taktik perang semacam itu sangat masuk akal, dan banyak dipakai di masa tersebut.

Di kebudayaan bangsa-bangsa nomaden lainnya, kemampuan menunggang kuda dianggap lebih penting dari jenis kelamin. Selain itu, sudah banyak ditemukan pula indikasi bahwa di berbagai kebudayaan nomaden, lelaki menjadi bagian dari infanteri penggempur, sementara perempuan bertugas memanah untuk menyerang musuh dari jauh.

Temuan arkeologis lain mengindikasikan kalau semua perempuan Scythia bertempur, tak peduli mereka sudah atau belum menikah. Hal ini didasarkan pada tulang belulang prajurit Scythia yang terkubur bersama anak-anaknya.

Berbagai asumsi keliru soal perempuan di peradaban klasik kemungkinan besar muncul akibat pemahaman modern kita tentang peran gender. Seakan-akan, kesetaraan sosial antara lelaki-perempuan baru terjadi paling cepat dua abad lalu. Padahal tidak selamanya perempuan di peradaban kuno ada di bawah lelaki. Mereka sudah diposisikan setara.

Contohnya adalah keberadaan klan prajurit perempuan Raja Macha Mong Ruadh di Irlandia, atau para prajurit Viking perempuan Skandinavia. Ketika bukti arkeologis mengindikasikan sebagian budaya tidak terlalu patriarkis, manusia modern jadi terkejut.

Dengan demikian, sebaiknya kita sekarang lebih kritis saat membaca cerita dari naskah-naskah kuno yang menggambarkan perempuan kuat dan independen. Sangat mungkin, perempuan yang tangguh macam itu memang ada, dan perannya justru penting dalam masyarakat tempat mereka hidup.

"Intinya, manusia modern tidak bisa lagi menganggap Bangsa Amazon hanya khalayan semata," kata Mayor. "Bisa dibilang, cerita Amazon tidak sepenuhnya akurat, tapi ada sosok dari dunia nyata yang menginspirasi penulis-penulis Yunani saat menggambarkan mereka dalam karya sastra maupun seni rupa."

Menurut Mayor, alih-alih menyudutkan, sebetulnya para penulis lelaki Yunani kuno kagum melihat ketangguhan prajurit perempuan Scythia. "Mitologi Amazon bukan cerita tentang penaklukan lelaki terhadap perempuan mandiri," ujarnya.

"Kita sekarang perlu memandangnya sebagai bukti bahwa di masa prasejarah, sudah ada masyarakat egalitarian yang tinggal di stepa-stepa walaupun buta huruf. Gaya hidup dan ketangguhan mereka membuat kagum orang-orang Yunani, sebagaimana kita pun yang hidup di era modern dibuat kagum olehnya."