Dryococelus australis
,
 serangga tongkat langka dari Pulau Lord Howe di Australia, ibarat bangkit dari kematian. Sempat disangka punah sekitar tahun 1930-an, kini, berkat pengujian DNA terbaru, serangga yang dijuluki sebagai lobster pohon itu kembali ditemukan.

Lobster pohon memiliki tubuh sepanjang hampir 15 cm berwarna cokelat kehitaman dengan perut kokoh dan enam kaki panjang. 

Penurunan populasi besar-besaran pada spesies ini bermula ketika sebuah sebuah kapal karam di perairan dekat Pulau Lord Howe. Selain awak kabin, kapal itu juga mengangkut segerombolan tikus yang dengan cepat menginvasi pulau tersebut. 

Dengan tidak adanya mamalia besar yang memangsa tikus, populasi hewan pengerat itu pun meledak, sehingga menyebabkan kepunahan serangga lobster pohon dan lima spesies burung. 

Tiga puluh tahun berselang, sekelompok pemanjat tebing menemukan sisa-sisa serangga yang diduga kuat merupakan lobster pohon di Piramida Ball, sisa erosi gunung berapi dan kaldera yang berjarak sekitar 23 km dari Pulau Lord Howe. 

Tahun 2001, para peneliti kembali ke Piramida Ball dan menemukan spesimen hidup yang tampak seperti serangga tongkat Pulau Lord Howe. Serangga tersebut kemudian dikumpulkan dan dibawa ke penangkaran di Kebun Binatang Melbourne.

Meski begitu, identitas serangga tersebut masih menjadi topik perdebatan. Secara penampilan, serangga tongkat di penangkaran tampak berbeda. Mereka memiliki tubuh berwarna cokelat yang lebih gelap, dan kaki belakangnya lebih tipis dibanding spesimen dari Pulau Lord Howe yang diawetkan di museum. 

Sepasang lobster pohon (Dryococelus australis) di atas daun. (Rohan Cleave/Melbourne Zoo, Australia)
Setelah pengurutan genom dilakukan terhadap spesimen di museum maupun penangkaran, para ilmuwan menyadari bahwa keduanya hanya memiliki variasi genetik kurang dari satu persen. Artinya, cukup untuk mengklasifikasi mereka sebagai spesies yang sama. Hasil studi ini kemudian diterbitkan dalam jurnal Current Biology. 

Sementara itu, hingga saat ini penyebab perbedaan fisik di antara spesimen museum dan penangkaran masih menjadi misteri. Periset menduga, hal itu mungkin berkaitan dengan variasi pada kondisi lingkungan atau umur individu. 

Pemerintah Australia kini berencana untuk menekan populasi tikus invasif di Pulau Lord Howe, dan mungkin mengenalkan kembali serangga tongkat ke habitat aslinya. 

Meski serangga tongkat asal Pulau Lord Howe ini ternyata belum punah, mereka tetap berstatus Kritis. Jumlah pasti individu yang tersisa di alam liar tidak diketahui, karena Piramida Ball hanya bisa dicapai oleh para pemanjat tebing. 




 

0 Responses "Disangka Punah, Serangga Tongkat Langka Kembali Ditemukan"

Post a Comment