Sejak terbukanya pintu gerbang menuju Eropa di Konstantinopel, kisah Janisari dan Al Fatih, Mehmed bin Murad II melegenda. Perjalanannya membuka panji Islam tersebar hampir ke seluruh Eropa.
Ana Ruiz menulis kepada Travel Thru History dalam artikel berjudul "Medina Azahara: The Lost City of Córdoba, Spain" yang terbit pada 25 Juli 2017. Ana merupakan jurnalis dan penulis tujuh buku, termasuk dua bukunya tentang sejarah dan budaya Spanyol.
Ia mengisahkan adanya invasi Islam yang masuk ke Kórdoba. Tahun 936, Abd ar-Rahman III, Khalifah Umayyah pertama di Kórdoba, memulai pembangunan kota Islamnya yang megah, 5 mil sebelah barat Kórdoba, ibukota al-Andalus (Spanyol Islam).
Abd ar-Rahman memberi tengara nama kotanya yang megah itu sebagai Medina az-Zahra atau Azahara. Nama Zahra merupakan nama selir terfavorit dan terkasihnya di Granada.
"Ketika Khalifah bertanya kepada Zahra 'apa yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kebahagiaannya?' Zahra menjawab bahwa dia ingin melihat salju di Pegunungan Sierra Nevada (Pegunungan yang Ditutupi Salju) di rumahnya di Granada," imbuh Ana.
Sang khalifah lantas memerintahkan pasukannya agar barisan pohon badam ditanam saling berdekatan di taman-taman medina. Ketika bunga putih pohon almond mekar di musim semi, itu menciptakan kesan atau ilusi salju yang turun dan Zahra tidak menangis lagi.
"Dua puluh lima tahun dibutuhkan dengan lebih dari 10.000 orang untuk dapat membangun kota Medina Azahara yang bersinar, seperti yang dikenal dalam bahasa Spanyol," terusnya.
Dibangun di lokasi dengan keindahan alam yang luar biasa di kaki bukit terendah Pegunungan Sierra Morena, pusat kota baru ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal baru Khalifah tetapi juga berfungsi sebagai pusat administrasi, sambil menegaskan, memperkuat, dan mengonsolidasikan kekuasaannya atas kerajaannya.
Kota istana yang dibentengi membentuk bentuk persegi panjang berukuran hampir 1.524 meter dengan lebar 762 meter yang tertutup dan dilindungi dengan aman oleh dinding ganda.
Jalan raya dan jembatan dibangun dan saluran air Romawi abad pertama yang direkonstruksi memasok air dari Sierra.
Namun, kekuasaan Khilafah mulai menurun menjelang akhir abad ke-10 karena pergulatan internal di dalam dan pada tahun 1010, pasukan Berber menjarah dan membakar Medina Azahara hingga rata dengan tanah.
Menurut Ana, selama berabad-abad berikutnya, reruntuhan kota yang dulunya mulia ini terus-menerus dijarah dan dijarah untuk pembangunan gedung-gedung sampai ke Marrakesh.
Pada abad ke-15, sisa-sisa kota yang terlupakan ini dikenal oleh penduduk setempat sebagai Córdoba La Vieja. Penggalian arkeologi dimulai hingga akhir tahun 1911 dan yang tersisa saat ini hanya sekitar 10% dari apa yang ada di dalam kota bertembok.
Meskipun kecemerlangan Medina Azahara berumur pendek, ia berdiri sebagai yang paling penting di Andalusia. Kota yang dulu megah adalah situs arkeologi terbesar Muslim Spanyol saat ini dan merupakan kandidat untuk menjadi Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2018.
0 Responses "Reruntuhan Kota Kuno Azahara, Peradaban Islam yang Hilang di Spanyol"
Post a Comment