Studi baru yang telah dipublikasikan di The Astronomical Journal mengungkapkan bahwa komet ATLAS (C/2019 Y4) mungkin berasal dari pecahan komet kuno yang lebih besar. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil analisis menggunakan gambar yang diperoleh dalam kampanye Teleskop Luar Angkasa Hubble selama tiga hari.

Peneliti mengidentifikasi dua kluster fragmen yang dihasilkan oleh peristiwa disintegrasi awal. Sesuai dengan fragmen A dan B pecahan komet ATLAS yang diidentifikasi dalam data ground-based.

Seperti diketahui, komet ATLAS ditemukan oleh survei ATLAS pada 28 Desember 2019. Di tahun berikutnya, komet ATLAS menjadi komet paling terang yang dapat diamati di tahun 2020 dan dapat dilihat dengan mata telanjang sekitar bulan April 2020.

Namun, pada 20 hingga 23 April 2020, komet ATLAS pecah menjadi sekitar 30 fragmen atau bagian. Komet ATLAS yang hancur saat ini terletak di dalam orbit planet Mars, pada jarak sekitar 145 juta kilometer dari Bumi.

ATLAS terfragmentasi tepat sebelum perihelion, meninggalkan bekas ekornya di angkasa dalam bentuk awan tipis debu dan partikel bermuatan. Pecahan-pecahan itulah yang kemudian diamati para astronom saat ini dengan menggunakan Teleskop Hubble milik NASA/ESA.

"Komet ATLAS adalah potongan (komet) kuno dari 5.000 tahun yang lalu,” kata Dr. Quanzhi Ye, seorang astronom di University of Maryland, dilansir Sci-News.

Menurut peneliti, hal itu mungkin karena komet ATLAS mengikuti "jalur kereta api" orbit yang sama dengan komet yang terlihat pada tahun 1844. "Ini berarti kedua komet itu mungkin 'saudara' dari komet induk yang pecah berabad-abad sebelumnya," jelasnya.


Hubungan antara dua komet pertama kali dicatat oleh astronom amatir Maik Meyer. Tapi, komet ATLAS dianggap aneh karena tidak seperti komet induknya yang dihipotesiskan. Pada kenyataanya, komet ATLAS hancur saat berada lebih jauh dari Matahari daripada Bumi, pada jarak lebih dari 100 juta mil.

“Ini jauh lebih jauh daripada jarak di mana induknya melewati Matahari. Ini menekankan keanehannya,” kata Dr. Ye.

Menurut Dr. Ye, jika komet ATLAS pecah pecah dengan jarak yang sangat jauh dari Matahari seperti saat ini. Bagaimana komet ATLAS bisa bertahan melewati lintasan terakhir mengelilingi Matahari 5.000 tahun yang lalu? Hal itu menjadi pertanyaan besar.

Hingga saat ini, para peneliti memperkirakan komet ATLAS pada 5.000 tahun yang lalu 'mengayun' dalam jarak 23 juta mil dari Matahari. Saat itu, komet ATLAS mungkin menjadi pemandangan spektakuler bagi peradaban Eurasia dan Afrika Utara di akhir zaman batu.


“Ini sangat tidak biasa karena kami tidak mengharapkannya. Ini adalah pertama kalinya anggota keluarga komet periode panjang terlihat putus sebelum melintas lebih dekat ke Matahari,” katanya.

Pada saat pecah, menurut peneliti, satu fragmen komet ATLAS hancur dalam hitungan hari. Sementara potongan lainnya bertahan selama berminggu-minggu. Hal itu menunjukan, bahwa bagian nukleus atau inti dari komet lebih kuat dari bagian lainnya.

Peneliti memperkirakan, penyebab pecahnya komet ATLAS yang paling mungkin adalah bahwa aliran material pada komet ATLAS mungkin telah memutar komet begitu cepat sehingga gaya sentrifugal merobeknya.

Penjelasan alternatif yang paling mungkin, menurut peneliti, adalah bahwa komet ATLAS memiliki apa yang disebut es super-volatil yang telah menyebabkan potongan tersebut meledak seperti kembang api di udara. "“Ini rumit karena kita mulai melihat hierarki dan evolusi fragmentasi komet ini. Perilaku komet ATLAS menarik tetapi sulit dijelaskan," katanya.

0 Responses "Komet ATLAS Mungkin Pecahan dari Komet Purba yang Lebih Besar"

Post a Comment